Ninanoor – Pemerintah akhirnya mengeluarkan keputusan pada akhir Desember 2020 untuk membubarkan atau melarang FPI. Termasuk pelarangan segala simbol dan atribut FPI. Ada beberapa alasan yang dikemukakan pemerintah, dua di antaranya adalah soal keterlibatan beberapa anggota FPI melakukan tindak pidana terorisme dan umum, serta seringnya FPI melakukan razia atau sweeping di masyarakat. Secara rinci disebutkan bahwa ada 35 pengurus atau anggota FPI maupun yang pernah bergabung diduga terlibat dalam tindak pidana terorisme. Di mana sebanyak 29 orang di antaranya sudah dijatuhi hukuman. Sementara itu ada 206 orang terlibat berbagai tindak pidana umum lainnya, dan 100 di antaranya telah dijatuhi hukuman pidana.
Dalam acara pengumuman pelarangan FPI itu juga diputarkan video berisi anggota FPI berorasi mendukung keberadaan ISIS. Dan satu lagi video yang memperlihatkan anggota FPI mendukung baiat massal kepada ISIS di Makassar pada bulan Januari 2015 Sumber. Video ini yang kemudian dibongkar habis-habisan dalam persidangan Munarman.
Pada saat pemerintah mengumumkan pelarangan FPI, masih banyak pihak yang merasa bahwa jika mereka membela FPI, maka publik juga akan ikut-ikutan menolak pelarangan itu. Misalnya Fadli Zon, yang menyebut pembubaran FPI sebagai pembunuhan terhadap demokrasi Sumber. Lalu ada suara Waketum MUI, Anwar Abbas, yang mempertanyakan apakah FPI begitu berbahaya dan akan mengganti Pancasila dan UUD 1945? Sumber Sumber.
Yang terjadi kemudian adalah kebalikan dari harapan-harapan mereka itu. Publik menikmati masa-masa yang damai dan tentram tanpa keributan dari FPI. Tidak ada lagi yang sok sweeping. Bahkan rencana para eks anggota FPI untuk membentuk ormas baru pengganti FPI pun tidak terdengar gaungnya. Bahkan, dalam persidangan Munarman banyak sekali terbongkar benang merah antara Munarman, Rizieq Shihab, FPI dan aksi-aksi terorisme.
Acara baiat kepada ISIS, yang videonya diputar pada saat pemerintah mengumumkan pelarangan FPI, ternyata merupakan acara yang berkedok sebagai seminar. Untuk menutupi isi acara itu yang sebenarnya, yakni baiat atau pengucapan sumpah setia kepada ISIS. Kehadiran para anggota FPI di acara tersebut ternyata diwajibkan dan terinspirasi dari ceramah Rizieq Shihab di acara milad (ulang tahun) FPI pada 17 Agustus 2014 Sumber. Isi ceramah Rizieq waktu itu memang tentang ISIS. Rizieq mengatakan ISIS lahir karena kezaliman pemerintah. “Jadi intinya kalau memang pemerintah zalim kepada FPI, kita hitamkan, kita hitamkan,” jelas saksi AM mengutip ceramah Rizieq.
Saksi AM juga memaparkan soal maklumat FPI yang isinya dukungan terhadap ISIS. Yang di bagian penutupnya menyebutkan bahwa maklumat itu dibuat untuk menjadi pegangan bagi seluruh pengurus, aktivis, laskar, anggota dan simpatisan FPI. Menurut saksi AM, kehadiran anggota FPI untuk mengikuti baiat ISIS di Makassar berdasarkan ceramah Rizieq dan maklumat FPI tersebut Sumber. Tentu saja saksi juga memaparkan kehadiran Munarman di acara itu sebagai salah satu penceramah Sumber.
Sementara itu, di persidangan insiden tewasnya laskar FPI di km 50 Cikampek, terungkap perilaku para laskar FPI yang tak ubahnya seperti teroris. Mereka memusuhi aparat polisi. Mereka berusaha merebut senjata api Briptu Fikri Ramadhan dengan cara mencekik, mencakar dan memukuli Briptu Fikri Sumber. Sehingga menyebabkan luka dan lebam yang sangat terlihat di badan/wajah Briptu Fikri. Mengingatkan kita pada peristiwa kerusuhan berdarah di Mako Brimob yang dilakukan oleh para napi terorisme pada bulan Mei 2018 silam Sumber. Juga pada beberapa aksi penyerangan terhadap markas polisi oleh para teroris.
Semua fakta sudah terungkap. Bukan hanya dalam bentuk video, tapi juga dalam bentuk berbagai kesaksian oleh anggota FPI sendiri. Membongkar kebohongan FPI soal bagaimana mereka cinta dan setia pada Pancasila dan UUD 1945. Selama ini mereka ngeles terus, soal hubungan antara FPI dan organisasi-organisasi teroris. Belagak nggak kenal. Padahal mereka justru jadi aktor utamanya.
Berita-berita terkait persidangan Munarman dan persidangan kasus Km 50 sangat banyak. Termasuk berita yang banyak peminatnya. Sehingga makin membuka mata publik terhadap kedok FPI yang sebenarnya. Kedok Munarman dan kedok Rizieq. Tidak ada lagi bekas-bekas omongan pembelaan dari Fadli Zon dan Anwar Abbas. Siapa juga yang mau membela teroris? Aksi teroris sudah pasti mengacau, merusak, melukai dan bahkan menghilangkan nyawa sesama anak bangsa. Mana mau bangsa Indonesia memelihara ormas yang jelas-jelas mendukung terorisme. Kita mau Indonesia ini aman dan damai, agar bisa makin maju dan sejahtera. Selalu dari kura-kura!
sumber: seword