KAPAN PANDEMI AKAN BERAKHIR?

VOA – Para warga mengantri untuk menjalani tes usap COVID-19 di salah satu pusat test COVID-19 di Hong Kong, pada 11 Februari 2022. (Foto: AP/Kin Cheung)

“Kapan pandemi akan berakhir?” adalah pertanyaan yang banyak diungkapkan selama hampir dua tahun terakhir.

“Secara epidemiologis, kita tidak tahu. Mungkin dalam satu-dua bulan – jika tidak ada lagi varian mengkhawatirkan yang muncul, setidaknya di sini, di Amerika Serikat,” kata J. Alexander Navarro, asisten direktur Pusat Sejarah Kedokteran Universitas Michigan.

Hingga 16 Februari 2022, sekitar 78 juta penduduk AS telah terinfeksi COVID-19 dan 923.067 di antaranya meninggal dunia. Tujuh puluh enam persen penduduk AS juga sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Sara Sawyer, pakar biologi molekular, sel dan perkembangan di University of Colorado Boulder, setuju bahwa mungkin akhir pandemi sudah dekat, sebagian berkat omicron – varian COVID-19 yang muncul pada November 2021.

“Varian ini pada dasarnya membuat banyak orang yang semula enggan divaksinasi, akhirnya bersedia divaksinasi karena banyak di antara mereka yang tertular pada gelombang kali ini,” ungkap Sawyer. “Maka akan sulit bagi virus-virus itu untuk merebak lagi di tengah gelombang raksasa seperti omicron karena banyak sekali orang yang sudah punya kekebalan, baik karena infeksi sebelumnya maupun suntikan vaksin.”

Para pakar memperkirakan bahwa lebih dari 70 persen penduduk AS sudah divaksinasi atau sembuh dari infeksi virus corona, kata Sawyer. Ia menambahkan bahwa bonus tambahan bagi mereka yang telah tertular adalah mereka memperoleh sistem kekebalan tubuh yang jauh lebih canggih terhadap virus itu.

Suatu pandemi biasanya dianggap “selesai” ketika virus terkait menjadi endemik.

Seorang siswa menggunakan masker dan pelindung wajah saat menghadiri kegiatan belajar di Sekolah Dasar Washington di Lynwood, California, pada 12 Januari 2022. (Foto: AP/Marcio Jose Sanchez)

“Ketika virus-virus menjadi dapat diprediksi – polanya, musimnya dan jumlah orang yang dapat mereka infeksi dan jumlah kematian yang diakibatkannya – dapat kita katakan virus itu sudah menjadi endemi,” ungkap Sawyer. “Itu artinya virus itu menjadi sebuah virus yang akan hadir untuk jangka panjang di tengah populasi manusia.”

Meskipun COVID-19 tidak akan benar-benar hilang, varian yang akan datang diperkirakan tidak akan seberbahaya yang sebelumnya.

“Jika Anda tertular oleh salah satu varian, sementara saya terinfeksi varian yang berbeda dan berakhir di UGD keesokan harinya, sedangkan Anda hanya merasakan sensasi menggelitik di tenggorokan dan lantas pergi menonton pertandingan bisbol putra Anda, pergi ke swalayan dan menghadiri pesta ulang tahun seseorang, tebak, varian mana yang akan lebih gampang menyebar?” tanya Swayer. “Varian Anda yang akan lebih mudah menyebar. Dari sejarah evolusi virus, kita mengetahui bahwa virus-virus akan menyelinap menjadi semakin tidak mematikan dan lebih mudah menular. Virus menjadi semakin gampang menginfeksi orang lain ketika ia tidak lagi menyebabkan sakit yang sama parahnya.”

Akan tetapi bahaya terlalu cepat menyimpulkan bahwa pandemi sudah usai tetap mengintai.

“Saya rasa, secara sosial, kebanyakan orang cenderung menganggap pandemi sudah usai ketika secara epidemiologi sebetulnya belum,” kata Navarro. “Pada dasarnya tidak ada jalan untuk kembali. Dan yang saya takutkan sekarang adalah apabila ada varian mengkhawatirkan baru yang muncul, saya tidak tahu apakah kita bisa meminta orang-orang kembali bermasker, apakah kita mampu menerapkan semacam perintah penutupan terstruktur jika diperlukan.”

Ketika terjadi pandemi flu tahun 1918 yang menewaskan hingga 50 juta orang di seluruh dunia, warga Amerika menjadi muak karena terus dibatasi dan berhenti mengikuti langkah-langkah pencegahan flu sebelum waktunya. Akibatnya, dua gelombang pandemi flu kembali menghantam AS, menyebabkan lebih banyak korban jiwa.

Meski ada beberapa kesamaan antara pandemi COVID-19 dan pandemi flu, belajar dari masa lalu tidak selalu menjadi barometer yang tepat ketika pandemi saat ini mungkin akan berakhir dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi canggih yang kita miliki.

“Kita tahu persis apa yang harus kita lakukan, dan ini adalah keuntungan yang tidak dimiliki orang zaman dahulu,” kata Nükhet Varlik, lektor sejarah di Rutgers University-Newark. “Kita punya vaksin. Kita menerapkan aturan kesehatan masyarakat. Kita punya keahlian medis, jadi kita memang tahu apa yang perlu dilakukan. Melihat itu semua, kita sebenarnya memiliki keuntungan yang tidak pernah ada sebelumnya jika dibandingkan dengan masyarakat lampau. Kita bisa melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan. Tapi, apakah kita melakukan hal-hal tersebut? Itu lain soal.”

Varlik mengatakan, “kapan pandemi berakhir?” adalah pertanyaan yang menyesatkan dan memicu harapan palsu, alih-alih berfokus pada upaya mengendalikan dan memitigasi pandemi.

“Virus ini akan menjadi endemi, tapi bukan berarti tidak bisa menjadi pandemi lagi. Jadi ini layaknya sebuah dansa… dia bisa menjadi pandemi, atau epidemi, atau endemi… dan ia bisa berubah seiring waktu berjalan,” ungkap Varlik. “Saya cukup yakin COVID akan terus menjadi epidemi di satu bagian dunia di masa mendatang… dan, tentu saja, dengan adanya perjalanan dan cara lain, ia dapat menyebar ke tempat lain, ke negara lain. Sampai ia musnah di seluruh dunia, tak ada cara untuk benar-benar merasa aman dari penyakit ini.”

Kapan para pakar penyakit menular akan mengumumkan pandemi berakhir, terkait erat dengan berapa banyak penyakit yang siap diterima dan ditanggung oleh masyarakat, kata Navarro. COVID-19 dapat menjadi seperti flu – membunuh puluhan ribu warga Amerika setiap tahunnya, terutama mereka yang ada dalam kategori medis yang rentan.

“Pada titik tertentu, Anda hanya perlu mengatakan kepada diri Anda sendiri, ‘Anda tahu, saya hidup di dunia. Ada bahaya di dunia yang saya tinggali, penyakit menular, kecelakaan mobil.’ Tapi Anda tidak boleh membiarkan hal itu melumpuhkan Anda. Semua hal itu selalu ada sejak dulu,” kata Sawyer. “Saya tentu tidak akan pernah mau menyampaikan pesan bahwa sekarang inilah hal lain yang perlu orang-orang khawatirkan dan cemaskan, ketika virus ini menjadi endemi. Lebih baik, segera vaksinasi COVID-19, segera vaksinasi flu, lindungi diri Anda dan lanjutkan hidup Anda.” [rd/em]
sumber: voa

This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *