Xhardy – Prabowo dulu sangat dielu-elukan oleh kelompok sebelah, gabungan dari FPI, PA 212 GNPF Ulama dll. Mereka bahkan tidak malu menggunakan agama untuk memoles Prabowo seakan-akan dia adalah capres yang sangat direstui Tuhan.
Akan tetapi setelah Prabowo kalah kedua kalinya, dan terjadi manuver mengejutkan di mana Prabowo memilih merapat ke kubu pemerintah, ditambah dengan Sandiaga yang juga jadi Menparekraf, kelompok ini seolah sakit hati dan memutuskan say goodbye pada Prabowo.
Jelas mereka tidak senang dan menganggap Prabowo sebagai pengkhianat yang memilih merapat ke kubu yang mereka benci selama ini.
Dengar-dengar Prabowo mau nyapres lagi di pemilu 2024. Ternyata masih saja belum menyerah. Mungkin alasannya adalah lawan terberatnya, Jokowi sudah tidak bisa nyapres lagi. Dan elektabilitas Prabowo termasuk masih tinggi meski bisa dikalahkan oleh Ganjar.
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Yusuf Martak menyatakan bahwa PA 212 tak akan lagi mendukung Prabowo jika kembali mengajukan diri jadi capres di pemilu 2024.
Yusuf juga menyinggung bahwa Prabowo pernah menandatangani pakta intergitas yang berisi 17 poin. “Tidak ada satupun untuk Habib Rizieq dan untuk kita. Hanya poin ke-17 memulangkan Habib Rizieq, itu saja,” kata Yusuf Martak dalam video yang diunggah kanal YouTube Refly Harun
Yang menarik adalah, Yusuf Martak menyatakan bahwa Prabowo dan Sandiaga Uno pernah membawa uang karungan yang berasal dari iuran umat pada Pilpres 2019. “Mana ada capres dan cawapres pulang bawa duit karungan?” katanya.
Dalam hal ini, Yusuf mempertanyakan mengenai bagaimana cara Prabowo mengembalikan dana umat dan memilih bergabung dengan pemerintahan Jokowi.
Kalau ucapan Yusuf Martak benar, ini sungguh ironis sekaligus lucu. Kenapa mau-mau saja membiarkan Prabowo bawa uang itu?
Kelompok ini mengaku pintar, tapi sebenarnya mudah diperdayai. Publik pun sudah tahu kalau kelompok ini tidak lebih dari pion yang gampang digerakkan. Apalagi kalau ada logistik yang cukup. Mereka sampai detik ini pun tidak sadar kalau mereka ini hanya dijadikan alat tumpangan bagi siapa pun yang mau menjadikan mereka sebagai alat politik berbau agama.
Saya tidak dukung Prabowo karena secara pribadi pun saya tidak mendukung orang ini masuk ke kubu pemerintah apalagi jadi Menhan. Bagi saya, ini adalah lawakan politik yang tidak berkualitas. Ibarat Donald Trump diangkat Joe Biden sebagai Menteri Pertahanan AS. Konyol.
Tapi yang jadi poin pentingnya adalah, menurut PA 212, Prabowo orang yang tidak tepat lagi untuk didukung. Artinya, sedikit banyak, mereka kecewa dengan Prabowo saat ini. Tepatnya apa yang bikin kecewa, tak ada yang tahu, tapi yang penting ada rasa kecewa di mana Prabowo yang mereka kenal sebelumnya, saat ini sudah berubah.
Kalau mereka tidak pernah mau sadar, selama itulah mereka akan tetap bernasib mengenaskan. Habis manis sepah dibuang. Dimanfaatkan kalau ada maunya, kayak tukang ojek, ada perlu baru dipanggil. Dukung satu orang habis-habisan, pakai berbagai cara, kadang ugal-ugalan, kalah lalu ditinggalkan, dilepehin.
Sakit? Syukurin.
Mereka memang pantas mendapatkan ganjaran itu. Selama ini, mereka terlalu sok suci. Merasa seperti pemilik kavling surga dan dengan entengnya menentukan siapa yang bisa masuk ke sana. Agen surga dadakan yang terjun ke politik. Kalau mereka merasa dikhianati, syukurin deh. Biar mereka sadar dan ngaca, suka jualan surga kok bisa dibohongi. Malu dong, ah.
Siapa berikutnya yang akan mereka dukung? Kalau melihat gaya mereka, hanya ada satu orang yang cocok. Siapa lagi kalau bukan Anies. Tak mungkin dukung Ahok atau Ganjar.
Satu lagi, kalau mereka tidak mau dibohongi lagi untuk ke sekian kali, sebaiknya dukung Novel Bamukmin aja. Sosok dari kelompok yang sama, yang katanya mau jadi cawapres dan yakin didukung puluhan juta orang. Dijamin tidak akan ada drama pengkhianatan dan sakit hati nasional. Dia tidak akan berpindah ke kubu pemerintah. Bukan karena tidak mau, tapi kubu pemerintah yang tak bakal mau. Dilirik pun nggak bakalan, hehehe.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword