PRABOWO NYAPRES LAGI! TIDAK PERLU KHAWATIR KARENA BELUM TENTU MENANG, BERIKUT ALASANNYA

Fery Padli – Ketua umum Partai Gerindra, Prabowo digadang-gadang bakal maju lagi di Pilpres 2024 mendatang.

Seperti yang dikatakan oleh Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, Kader Gerindra hanya akan mendukung Prabowo sebagai Capres 2024. Tidak ada nama lain.

Termasuk Sandiaga Uno yang banyak didukung oleh Forum Ijtima Ulama, dengan tegas Muzani mengatakan tidak akan direkomendasikan oleh Gerindra.

Artinya apa? Kalau Menteri Pariwisata itu serius mau Nyapres, mau tidak mau harus dia pindah partai.

Bisa ke PKS, PAN atau partai lain.

Sementara, Gerindra Jatim juga sudah menyampaikan komitmennya untuk bisa memenangkan Prabowo pada Pilpres 2024 mendatang.

“Antusiasme untuk membawa panji-panji Partai Gerindra penting, lebih penting lagi fokus kita untuk mengantarkan Bapak Prabowo Subianto (menjadi presiden). Itu yang terpenting,” ujar Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad dengan nada penuh semangat.

Pada intinya semua kader Gerindra ingin Prabowo jadi presiden. Karena dengan begitu, akan banyak kemudahan-kemudahan yang didapatkan oleh Partai Gerindra. termasuk mendapat jatah menteri yang lebih banyak dari sekarang.

Hanya Sandiaga Uno doang kader Gerindra yang tidak ingin Prabowo jadi presiden. Karena dia juga ingin jabatan itu.

-o0o-

Dan Om Prab mau bertarung lagi di Pilpres ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Serta kader Gerindra beserta pendukungnya juga tidak usah jumawa.

Karena kenapa?

Belum tentu menang juga.

Berikut penulis coba sampaikan beberapa alasan kenapa Prabowo belum tentu menang jika ikut berlaga di Pilpres 2024 mendatang. Meskipun lawan terkuatnya Jokowi sudah tidak ikut kontestasi lagi?

1. Orang sudah bosan melihat muka-nya

“Dia lagi, dia lagi”. Demikian yang ada di benak netizen pasca tahu Prabowo akan Nyapres lagi.

Sebagaimana kita ketahui bahwa selama 3 kali Pilpres, Ketua umum Partai Gerindra itu tidak pernah sekalipun absen ikut kontestasi memperebutkan kursi RI-1 dan RI-2 tersebut.

Di Pilpres 2009, Prabowo jadi Cawapres. Berpasangan dengan Megawati. Kalah

Di Pilpres 2014, Prabowo jadi Capres. Berpasangan dengan Hatta Rajasa. Kalah

Di Pilpres 2019, Prabowo jadi Capres. Berpasangan dengan Sandiaga Uno. Kalah juga

Ikut Pilpres terus tapi kalah melulu. Hehehe

Pertanyaannya, apa gak bosan lihat mantan suami Titiek Soeharto itu Nyapres?

Gantian doang. Kasih kesempatan sama yang lain.

Dan kalau orang sudah bosan melihat mukanya, tentu sudah bisa dipastikan tidak akan memilih bos Fadli Zon itu.

2. Terlanjur dicap merangkul kelompok intoleran tapi dibenci Kadrun

Sebagaimana kita ketahui bahwa dua kali Pilpres, 2014 dan 2019 Prabowo selalu merangkul FPI.

Yang kita tahu sendiri bahwa FPI ini merupakan Ormas intoleran yang suka main hakim sendiri. Serta doyan melakukan tindak kekerasan terhadap kelompok-kelompok yang tidak disukainya.

Seperti warga Ahmadiyah pernah menjadi korban kekerasan Laskar FPI.

Begitupun dengan kelompok Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKBB) pernah menjadi korban penyerangan pengikut Rizieq itu. Padahal sebagian besar pesertanya adalah ibu-ibu dan anak-anak.

Dan bisa dibilang masyarakat sudah trauma dengan kelakuan FPI ini. Kalau bisa, jangan nian mereka sampai berkuasa .

Sehingga, ketika mereka coba bercokol pada Prabowo, orang pun otomatis enggan memilih mantan menantu Soeharto itu menjadi presiden.

Karena kalau Prabowo jadi presiden, sudah bisa dipastikan FPI akan semakin leluasa melakukan aksi bejatnya, main hakim sendiri tersebut.

Namun di sisi lain, sekarang pasukan Kadrun juga benci kepada Prabowo. Yang disebabkan oleh Om Prab mau menjadi menteri Jokowi.

Bahkan, Ketua PA 212 Slamet Maarif pernah mengatakan pendiri Gerindra itu sudah selesai.

Sekarang dukungan, eks FPI, PA 212, GNPF Ulama, dan eks HTI mengarah ke Anies Baswedan untuk Pilpres 2024 mendatang.

Jadi, bisa dibilang Pilpres 2024 merupakan Pilpres apesnya Prabowo. Karena ia ditinggalkan oleh dua kelompok sekaligus.

3. Partai lain kapok mendukungnya

Dua kali mengusung Prabowo, dua kali tidak pernah dapat kursi menteri. Demikian yang dialami oleh PKS.

Padahal tidak gampang lho menjadi Timses itu. Banyak banget pengorbanannya. Mulai dari tenaga, waktu dan pikiran.

Penulis yakin ukhti dan akhwat PKS mengkampanyekan Prabowo pada Pilpres 2014 dan 2019 silam tidak digaji. Karena tujuan mereka lebih besar dari itu yakni dapat jatah kursi menteri.

Tapi seperti kata pepatah, ‘maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai’.

Prabowo gagal terpilih jadi presiden, PKS pun gagal pula dapat kursi menteri. Meski harapannya besar banget. Hehehe

Pertanyaannya, apakah PKS masih mau mengusung dia lagi?

Tentu tidak.

Anies kansnya jauh lebih besar diusung oleh partai dakwah itu dibandingkan ketua umum partai Gerindra tersebut.

Demikian beberapa alasan kenapa Prabowo belum tentu menang meskipun lawannya bukan Jokowi.

Dan kalau dia nyalon lagi kemudian kalah, mudah-mudahan bisa bersikap lebih dewasa.

Karena malu dong sama Firza. Uda tua tapi masih main presiden-presidenan.
sumber : seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *