NICHO SILALAHI SEBUT PEREMPUAN KALIMANTAN DI JUAL KE CHINA, PUNCAK APA KABAR?

Jaya Wijaya – Nicho Silalahi adalah seorang suku Batak yang berada di pihak oposisi, beliau mengaku sebagai aktivis. Tanpa bermaksud membawa-bawa suku, tapi penulis harus tuliskan suku beliau, karena di artikel ini penulis akan menjelaskan sedikit analisa tentang kelakuan yang bersangkutan di kancah politik tanah air.

Seperti kita ketahui, suku Batak adalah suku yang mayoritas mendukung Jokowi sejak dua kali pilpres. Bisa dibilang Batak dan keturunan Tionghoa sangat dominan mendukung Jokowi. Kalau di kubu Prabowo ibarat suku Minang.

Di kalangan politisi, penulis juga jarang sekali melihat suku Batak yang menjadi oposisi Jokowi. Ferdinand sekarang sudah beralih posisi, Jansen yang pada pilpres mendukung Prabowo, jarang bersuara keras saat ini apalagi jika tidak ada hubungan dengan Demokrat.

Maka bisa bisa dibilang, Nicho Silalahi ini adalah suku Batak yang mencoba menjadi anti mainstream dengan menjadi pembenci Jokowi. Itu dari segi suku, bagaimana dari segi agama?

Beliau sendiri berkata bahwa beliau akan menjadi kafir yang pertama jihad, jika HRS menyerukan kata tersebut. Ini jelas anti mainstream juga, karena menurut hasil survei pasca pemilu, 80 lebih persen umat Kristen mendukung Jokowi.

Jadi dari segi suku dan agama, pilihan beliau menjadi hater pemerintah Jokowi adalah pilihan anti mainstream. Apakah salah? Ini yang menarik untuk kita bahas.

Dalam politik kita harus paham kalau ada orang-orang yang ingin mendapat pengaruh, memiliki pemuja dan hal-hal berhubungan dengan kekuasaan lainnya. Entah itu karena buzzer, sedang mencalonkan menjadi pejabat, atau hanya untuk memuaskan hasrat semata agar dianggap orang hebat.

Kedua yang harus kita ketahui adalah dalam politik juga ada yang dinamakan pangsa pasar. Sama halnya dengan kita berdagang atau persaingan bisnis, untuk mendapatkan keuntungan kita harus bisa memanfaatkan pangsa pasar.

Di Bandung ada supermarket yang bernama Borma, daripada mendirikan cabang di pusat-pusat kota, mereka lebih memilih pangsa pasar di pinggiran kota. Hasilnya? Semakin hari cabangnya semakin bertambah dan kini menjadi pemain besar. Hal itu terjadi bahkan saat supermarket seperti Carefour, Hero, Giant banyak yang gerainya tutup selama pandemi.

Lalu dalam dunia mobile phone, Apple contohnya yang tujuan utamanya menggaet pangsa pasar kelas menengah ke atas. Hingga kini selalu menjadi salah satu pemain besar dan kuat dalam industri mobile phone secara keseluruhan.

Demikian juga dengan penceramah atau ustad misalnya. Ada yang menggarap pangsa pasar spesialis halal haram seperti Abdul Somad, ada yang menggarap pasar radikal politik seperti HRS dan Bahar, lalu ada yang menggarap pasar damai dan rahmatan lil alamin seperti Quraish Shihab, ada juga yang menggarap pangsa pasar denial seperti Anwar Abbas.

Lalu apalagi? Influencer contohnya Abu Janda, beliau adalah muslim yang mengambil pangsa pasar dari kalangan minoritas, dengan cara menjadi pembela ketika ada isu menyangkut minoritas. Kalau di kadrun ada Lieus Sungkharisma, yang katanya tokoh Tionghoa namun anti Jokowi dan pendukung ijtima ulama.

Kembali ke pertanyaan awal, apakah salah menjadi anti mainstream dalam kasus Nicho Silalahi? Abu Janda bisa dibilang berhasil, karena jarang sekali narasi seorang muslim yang konsisten membela minoritas.

Banyak influencer muslim moderat yang narasinya terkesan hanya untuk membersihkan nama agamanya, tidak berani frontal menyerang para intoleran (cari aman).

Dalam kasus Nicho penulis bisa berkata kalau cara anti mainstream Nicho ini salah bahkan bodoh.

Tidak selamanya mengambil cara anti mainstream itu menguntungkan. Salah satu contoh adalah saat Nokia memilih OS Windows Phone ketika para perusahaan Handphone lain (kecuali Apple) memilih Android sebagai OS utama dari Handphone mereka.

Okelah itu kan bukan politik, dan lagi saat itu siapa yang tahu kalau diantara Blackberry, Android, Apple dan Windows, yang mana akan menguasai pasar? Masalahnya yang dilakukan Nicho ini sudah banyak contoh dan sejarahnya, bagaimana pihak yang bekerjasama dengan kelompok Radikal pada akhirnya merekalah yang lebih dulu di penggal.

Di Iran, penganut komunis mendukung Khomeini ketika revolusi Iran. Mereka bekerjasama menggulingkan rezim Syah Pahlevi. Setelah berhasil apa yang terjadi? Penganut komunis di Iran yang pertama dibantai habis oleh Khomeini.

Di Afghanistan, Taliban awalnya dibiayai Amerika (dan Pakistan) untuk melawan pengaruh soviet. Setelah mereka menang dan berkuasa? Mereka melawan Amerika, sampai akhirnya digulingkan setelah tragedi WTC.

Di Palestina (ini yang banyak tidak diketahui), Israel sempat mensupport Hamas pada awal pembentukan untuk melawan Fatah. Sekarang? Siap-siap kalau persediaan rudal sedang banyak, Israel akan dihujani dengan rudal tersebut oleh Hamas.

Tidak perlu penulis tuliskan satu-satu. Sikap tidak tahu berterima kasih kadrun ini sudah terkenal di seluruh dunia. Pengungsi Afghanistan dan Rohingya yang ditolong Indonesia contohnya, mereka malah menghina negara kita dan meminta segera pindah ke negara kafir Eropa.

Setelah ditampung Eropa apakah mereka akan berterimakasih pada bangsa Eropa? Tidak, di sana mereka akan menjadi pelaku kriminal, pelaku teror dan perongrong sistem negara tersebut. Itu sebabnya masalah imigran ini sudah jadi masalah serius di seantero Eropa.

Yang terjadi di Eropa itu mereka belum berkuasa loh, kalau sudah berkuasa maka apa yang akan terjadi?

Salah satunya, orang-orang “kafir” seperti Nicho Silalahi dan para SJW lah yang akan mereka “gorok” pertama kali. SJW di seluruh belahan dunia selalu membela hak-hak kadrun, tapi di mata kadrun mereka ini tidak lebih dari pendukung LGBT yang wajib dimusnahkan.

Ini adalah suatu pola yang selalu berulang, sudah banyak contohnya di dalam sejarah. Itulah kenapa menjadi anti mainstream dengan merangkul kadrun, penulis pastikan adalah keputusan yang salah. Ketika mereka berkuasa, maka Nicho Silalahi yang akan pertama mereka sikat. Trust me it works!!

Wow panjang ya pembahasan Nicho? Ini belum masuk ke postingan beliau. Oke kita bahas saja sedikit postingan Nicho Silalahi yang menghina Wanita Kalimantan, berikut isinya :

”Saat Hutan ditebang, banjir merendam rumah warga ± sebulan, perempuannya dijual ke China untuk dijadikan budak seks, anak² pada mati tenggelam di bekas galian tambang kalian pada diam, Tapi saat ada yang mengatakan “Tempat Jin Buang Anak” kalian Demo. Sebenarnya kalian siapa?”

Komentar penulis : Wanita Kalimantan memang banyak yang menikah dengan keturunan Tionghua. Tapi penulis belum pernah mendengar fakta kalau perempuan Kalimantan dijual ke China untuk dijadikan budak seks. Pembaca ada yang tahu ini fakta atau hoax?

Yang penulis tahu justru suku Sunda yang banyak dijual ke turis Arab di Puncak. Ini sih sudah jadi rahasia umum ya.

Menikahkan kontrak wanita dengan warga Arab, ini pantas disebut menjual wanita. Dan untuk apa warga Arab menikah kontrak kalau bukan untuk kepuasan seks?

Jadi dalam sudut pandang warga Arab, ya mereka ibarat membeli wanita untuk dijadikan budak seks. Karena setelah masa kontrak habis, mereka bisa semau udel membuangnya.

Lalu apakah karena banyak suku Sunda yang dijual ke Arab di puncak, suku Sunda tidak boleh marah ketika sukunya dihina? Jawabannya sudah menjawab semua postingan Nicho Silalahi.

Apakah karena misal ada warga Betawi di Jakarta kebanjiran, lalu suku Betawi tidak boleh marah ketika sukunya dihina?

Apakah karena ada hutan ditebang di Kalimantan, warga Kalimantan tidak boleh marah ketika warganya dihina? Inikah pernyataan seorang yang katanya aktivis?

Lagian tahu darimana warga Kalimantan tidak marah ketika ada hutan yang ditebang? Jangan pengalihan isu ah, penebangan hutan+banjir dan penghinaan adalah kasus yang berbeda.

Hanya karena marah dihina, bukan berarti warga Kalimantan diam saat hutan ditebang dan banjir.

Terakhir, kalau memang prihatin dengan penebangan hutan dan banjir di Kalimantan, kok malah sewot ketika warga Kalimantan marah dihina? Memangnya kalau tidak marah saat dihina, banjir dan penebangan hutan akan terselesaikan? Ini sih namanya Jaka Sembung bawa golok.

Kesimpulan : dari postingan di medsos yang penuh kebodohan, kita jadi paham kenapa Nicho Silalahi, si Domba Gurun ini mengambil sikap anti mainstream dengan berada di barisan kadrun. Barisan yang ketika berkuasa, maka merekalah yang pertama akan mencukur leher dia.

Begitulah Kura-Kura.

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *