Waspada.co.id – Heboh insiden penjeweran yang dilakukan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi kepada pelatih biliar Sumut, Khoiruddin (7Choki) Aritonang tampaknya terus berlanjut. Bahkan insiden tersebut dikabarkan akan dilanjutkan kepada pelaporan ke pihak kepolisian (Polda Sumut).
Sejumlah pihak baik yang pro maupun kontra terkait insisden itu pun seakan tak mau kalah untuk memberikan komentarnya. Mulai dari politisi tingkat nasional hingga provinsi, aktivitis, ormas, hingga kalangan mahasiswa.
Terkait hal ini, sebenarnya Edy Rahmayadi sudah memberikan klarifikasi atas apa yang dilakukannya itu. Dirinya mengakui jika tindakannya menjewer pelatih biliar Choki Aritonang merupakan bentuk sayang.
Di sisi lain, Choki Aritonang sendiri tidak terima atas apa yang dilakukan Gubsu Edy kepada dirinya, terlebih hal itu dilakukan di depan banyak orang. Terkait tepuk tangan, dirinya menilai tidak ada yang istimewah atas apa yang terjadi saat itu sehingga rasanya tidak perlu ada yang ditepuk tangani.
Terlepas hal yang dilakukan Edy Rahmayadi itu salah atau tidak, mestinya hal ini tidak harus diperpanjang. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk menyelesaikannya, karena bisa saja hal yang terjadi itu karena miss komunikasi yang terjadi antara keduanya.
Apalagi memang hal itu terjadi saat pemberian tali asih kepada atlet dan pelatih berprestasi di PON Papua 2021. Tentunya moment itu sekaligus sebagai ajang silaturahim antara pelatih, atlet, Gubernur Sumut, dan para stakeholder lainnya.
Baiknya saat ini para pemangku kebijakan khususnya di bidang olahraga, para atlet dan pelatih harus merapatkan barisan demi menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) pada tahun 2024, di mana Sumatera Utara dan Aceh akan dipercaya menjadi tuan rumahnya.
Jangan gara-gara permasalahan ini, terjadi kerenggangan di antara pihak-pihak tersebut.
Sebagai tuan rumah tentunya bukan sesuatu yang mudah, Sumut sebagai tuan rumah tidak hanya dituntut sukses sebagai penyelenggara event, tapi juga sukses meraih prestasi yang ditandai dengan masuknya Sumut dalam tiga besar PON 2024, atau bahkan jika bisa menjadi juara umumnya. Tentu itu tidak mudah, diperlukan kekompakan dan soliditas untuk meraih target itu.
Namun diyakini dalam permasalahan ini, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi akan mendapatkan solusi terbaik agar insiden penjeweran itu tidak menjadi melebar ke mana-mana.
Karena memang seorang pemimpin itu dituntut untuk mendapatkan jalan atau solusi yang terbaik dari segala permasalahan yang dihadapinya, terutama hal ini terkait dengan rakyatnya sendiri.
Sebelumnya, seperti diketahui bahwa insiden penjeweran itu terjadi saat Pemerintah Daerah (Pemda) Sumut memberikan motivasi sekaligus pemberian tali asih kepada atlet Sumut peraih medali PON XX Papua. Lalu, di tengah pidatonya, Edy tiba-tiba menunjuk seorang pria dan memintanya untuk ke depan.
Tindakan yang dilakukan mantan Pangkostrad ini pun diduga lantaran melihat pelatih tersebut tidak tepuk tangan karena tertidur. (***)
sumber: waspada.