SUMUR ZAMZAM

Oleh Sumanto Al Qurtuby

TS ini merupakan kelanjutan dari dua tulisanku sebelumnya tentang “sumber air” di Arab Saudi. Seperti saya katakan sebelumnya, sumur Zamzam yang berlokasi di Wadi Ibrahim, Makah, bukanlah satu-satunya sumur air di Arab Saudi yang bersumber dari “groundwater” di area Arabian Shelf.

Ada banyak sekali sumur-sumur air ini tersebar di berbagai daerah: Najran, Asir, Jizan, Bahah, Tabuk, Jauf, dlsb. Berbagai teknologi terus dikembangkan dan berbagai industri terus didirikan untuk mengeksplorasi sumber-sumber air bawah tanah (groundwater) ini karena menjadi salah satu pemasok kebutuhan air minum & air bersih di negara terluas di kawasan Arab ini setelah Aljazair.

Karena khawatir sumber-sumber air bawah tanah ini akan terus menipis akibat curah hujan yang tidak menentu & pertambahan penduduk yang terus meningkat, maka sejak 1980an sebetulnya pemerintah sudah mengembangkan teknologi desanilasi air laut, yaitu proses “mengtawarkan” air laut untuk keperluan air bersih dan air minum untuk seluruh warga yang tinggal di Arab Saudi, termasuk penduduk Makah & Madinah, yang diambil dari Teluk Arab di ujung timur dan Laut Merah di ujung barat.

Seperti sumur-sumur air bawah tanah lainnya, sumur Zamzam pun tak lepas dari kekhawatiran pemerintah akan menipis persediaannya sehingga tak bisa memenuhi kebutuhan orang-orang di kompleks Masjid Haram, khususnya jamaah umrah dan haji. Oleh karena itu pemerintah melakukan berbagai kebijakan untuk memelihara sumur Zamzam ini.

Badan yang diserahi tugas untuk mengurus zamzam adalah Zamzam Studies and Research Center (yang merupakan divisi dari Saudi Geological Survey) dan King Abdullah Zamzam Water Distribution Center. Lembaga ini bertugas untuk menjaga kuantitas, kualitas, dan distribusi air Zamzam. Penting untuk dicatat bahwa air Zamzam hanya digunakan untuk keperluan minum saja bagi para jamaah di area Masjid Haram. Selebihnya, untuk warga yang tinggal di Makah, kebutuhan air diambil dari sumber air lain, termasuk air sulingan tadi yang dialirkan dari Jeddah dan Syuaibah.

Menjaga kandungan air groundwater yang menjadi sumber sumur Zamzam itu penting mengingat kebutuhan selalu meningkat seiring dengan peningkatan jamaah umrah & haji yang berkunjung ke Masjid Haram. Oleh karena itu lembaga tadi melakukan sejumlah upaya, antara lain, membatasi penggunaan air oleh masyarakat serta pembatasan pemompaan air agar tidak melebihi batas yang ditetapkan. Kebutuhan air Zamzam biasanya meningkat di bulan Ramadan & Dhulhijah (saat musim haji) dan turun drastis di bulan Muharam & Safar.

Hal lain yang mereka lakukan adalah dengan mengembangkan sejumlah teknologi agar Wadi Ibrahim, area tempat sumur Zamzam itu, tetap terjaga. Misalnya teknologi pengelolaan air hujan (“rainfall harvesting system”) melalui proyek “Wadi Ibrahim Environmental Management System”. Kemudian, melalui Jabal Omar Developmental Project, mereka mengatur dan mengawasi berbagai bangunan di kawasan Wadi Ibrahim yang bisa berpotensi mengurangi kandungan / sumber air di Wadi Ibrahim.

Pemerintah paham bahwa upaya itu dilakukan agar sumur Zamzam tetap subur dan mengalir untuk “mengairi” para jamaah umroh, haji atau siapa saja yang berada di area Masjid Haram. Eksplorasi dan konservasi sumur Zamzam sudah dilakukan berkali-kali sejak zaman Dinasti Abbasiyah dan kemudian Turki Usmani karena problem penipisan sumber air (“water depletion”) tadi.

Apakah penduduk Makah sejak zaman bahula selalu menggunakan sumur Zamzam? Tidak. Bahkan sumur Zamzam pernah “disembunyikan” ditutup pasir & batu oleh sejumlah suku yang kalah perang (seperti suku Khuza’ah). Lalu dari mana orang-orang di Makah memperoleh sumber air minum? Ada sumur-sumur lain di Makah seperti Sumur Yusrah yang digali oleh Ka’ab bin Lu’ay. Ada juga sumur Ar-Ruwa. Kelak kakek Nabi Muhammad, Abdul Muthalib, yang menggali lagi sumur Zamzam itu.

Begitulah menggali tanah untuk mendapat air adalah bagian dari naluri manusia yang tinggal di kawasan kering air. Orang-orang kampungku dulu juga begitu, mereka menggali sumur untuk mendapatkan air. Kalau orang-orang Jakardah mah nggak perlu menggali sumur untuk mendapatkan aer karena sudah punya “kolam raksasa” di tengah kota kalau musim hujan qiqiqi

=================================
Jika ingin mengoleksi buku-buku Karya Prof. Sumanto bisa dipesan disini
🛒https://bit.ly/Order_buku_Prof_Sumanto
WA Only: https://bit.ly/bukuprofsumanto

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *