TOLONG! EKONOMI AFGHANISTAN NYARIS LUMPUH, RAKYAT KELAPARAN

Jakarta, CNBC Indonesia – Krisis ekonomi di Afghanistan telah mengarah menuju bencana kemanusiaan. Terbaru, alarm kejatuhan itu didengungkan kembali oleh Swedia dan Pakistan.

Situasi ekonomi negara itu semakin kacau sejak Taliban berkuasa. Sebab, banyak bantuan dan pendanaan yang seharusnya mengalir ke Afghanistan dihentikan. Hal tersebut menghadirkan ancaman kolaps.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Menteri Pembangunan Swedia Per Olsson Fridh mengatakan, kejatuhan ekonomi itu semakin nyata

“Negara ini berada di ambang kehancuran dan keruntuhan itu datang lebih cepat dari yang kita duga,” katanya dikutip Minggu (24/10/2021).

Ia mengatakan, kondisi tersebut akan menjadi ladang bagi kelompok teroris baru di Negara Asia Tengah itu. Meski begitu, Swedia memutuskan akan tetap menyalurkan bantuan langsung tanpa adanya singgungan dengan Taliban.

Menteri Informasi Pakistan Fawad Chaudhry menyerukan dunia agar membebaskan aset-aset Kabul yang berada di luar negeri. Ini agar Afghanistan tidak jatuh dalam krisis ekonomi yang dalam.

“Apakah kita akan mendorong Afghanistan ke dalam kekacauan atau kita akan mencoba dan menstabilkan negara?,” ujarnya.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan sinyal PDB negara itu bisa terkontraksi hingga 30%. IMF menyebutkan hal tersebut merupakan dampak pembekuan aliran bantuan dan dana ke negara itu yang ditetapkan oleh negara-negara Barat.

Selain IMF, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan saat ini 18 juta orang di negara Asia Tengah itu sedang terancam oleh kelaparan hebat. Sebab, saat ini bank mulai kehabisan uang, pegawai negeri belum dibayar, dan harga pangan melonjak drastis.

“Saya mendesak dunia untuk mengambil tindakan dan menyuntikkan likuiditas ke dalam ekonomi Afghanistan untuk menghindari keruntuhan,” katanya kepada media pekan lalu.

Selain itu, Antonio juga mengalamatkan kritik terhadap Taliban. Ia menyebut kebijakan Taliban yang melarang wanita untuk bekerja telah membuat hambatan baru yang menutup peluang negara itu untuk bangkit dari krisis.

Tak hanya di sektor pangan, sektor kesehatan negara itu juga sudah mulai menunjukan tanda-tanda kolaps. Saat ini, faskes Afghanistan dilaporkan mulai penuh sesak diisi oleh pasien yang membutuhkan obat-obatan dan perawatan.

“Kami kekurangan segalanya. Kami membutuhkan dua kali lipat peralatan, obat-obatan, dan staf,” kata Mohammad Sidiq, kepala departemen pediatrik di rumah sakit Mirwais di selatan kota Kandahar. RS itu itu sendiri sudah mengalami kelebihan kapasitas 100%.(miq/miq)
sumber: cnbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *