KATANYA, TOL SEHARGA 10 TRILIUN KOQ DIJUAL 2,4 TRILIUN, SEBODOH ITUKAH ELIT DEMOKRAT?

Alifurrahman – Terus terang saya ga paham apa yang ada dalam kepala para kader Demokrat. Karena saya pikir mereka ini adalah orang-orang berpendidikan tinggi. Tapi entah kenapa pemikirannya, selevel dengan orang-orang yang tidak sekolah.

Bayangkan, beberapa kader Demokrat menggoreng isu penjualan tol cibitung cilincing seharga 2.4 triliun rupiah. Padahal katanya, biaya pembuatan tol lebih dari 10 triliun. Kok bisa dijual hanya 2.4 triliun?

Beberapa kader Demokrat ini kemudian memasang dua capture berita antara penjualan dan biaya pembuatan. Seolah negara sangat rugi gara-gara penjualan ini. Ya gimana? Bikinnya 10 triliun kok dijual cuma 2.4 triliun.

Saya lihat kader-kader mereka di daerah juga sangat asyik menertawakan. Ada yang menyamakan dengan harga motor bekas yang selalu turun, ada juga yang beranggapan ini karena faktor pandemi yang belum selesai, jadi harga-harga jatuh di pasaran.

Padahal, yang dijual 2.4 triliun itu adalah divestasi saham. Waskita menjual kepemilikan sahamnya sebesar 55 persen kepada PT Akses Pelabuhan Indonesia. Sehingga sekarang tol Cibitung Cilincing ini sepenuhnya miliki PT API.

Lalu apakah rugi? Kenapa hanya dijual 2.4 triliun padahal bikinnya 10 triliun?

Hehehe begini krat, demokrat. Angka 10 triliun itu adalah biaya pembangunan atau investasi. Rinciannya, 7.4 triliun didapat dari pinjaman beberapa bank. Sementara sisanya, sekitar 3.4 triliun, barulah dari penanaman modal dua perusahaan, Waskita dan PT API.

Dalam penanaman modal ini, proporsinya ya sesuai dengan kepemilikan saham. 55 persen dari Waskita, sementara 45 persen dari 3.4 triliun ini dari PT API.

Jadi penanaman modal yang disetor oleh pihak Waskita adalah sekitar 1.8 triliun. Sementara sisanya sekitar 1.6 triliun itu dari PT API.

Nah sekarang, Waskita menjual semua saham kepemilikannya kepada PT API senilai 2.4 triliun. Apakah untung? Ya untung banget. Lah wong modal dia cuma sekitar 1.8 triliun kok.

Selain itu, dengan penjualan saham ini, otomatis hutang 7.4 triliun yang sebelumnya didapat dari bank, itu sepenuhnya menjadi tanggungan PT API. Dalam kata lain, Waskita sudah tidak punya beban hutang dari pembangunan tol Cibitung Cilincing ini.

Jadi, ini adalah cerita dan fakta soal penjualan tol Cibitung Cilincing. Bukan seperti propaganda Demokrat, yang seolah negara membangun 10 triliun tapi cuma dijual 2.4 triliun.

Terus terang saya ga paham. Apakah orang-orang Demokrat ini tidak tahu soal beda antara nilai investasi, penanaman modal dan penjualan saham? Kalau lihat dari background pendidikannya, mestinya mereka paham. Tapi kalau melihat tingkah polahnya hari ini, kok ya kayak ga paham.

Kalau mereka paham tapi sengaja menebar propaganda ini, jelas ini adalah contoh politik licik. Tapi kalau mereka tidak tahu soal beda antara nilai investasi, divestasi dan penjualan saham, kok ya bodoh sekali.

Apapun itu, apa yang sudah dilakukan oleh kader-kader Demokrat ini menambah panjang rentetan salah paham dan salah tafsir. Seperti sebelumnya, Demokrat bilang Megawati melengserkan Gus Dur. Padahal tidak ada kuasa atau kewenangan Bu Mega untuk bisa menjatuhkan Gus Dur.

Atau seperti Ibas yang menganggap semua masyarakat Indonesia adalah rakyatnya. Padahal dia siapa sih? Hahahaha anggota DPR tapi jarang masuk rapat. Dan anggota DPR itu tidak punya rakyat, mereka hanya punya partai.

Kebodohan yang ditunjukkan oleh para kader dan elite partai Demokrat ini sangat massif dan terstruktur. Kayak merata, maksudnya, merata bodohnya.

Dan kabar buruknya, mereka tak pernah merasa bersalah dengan itu. Tetap menganggap pendapat mereka itu sebagai sebuah kebenaran yang mutlak. Padahal salah kaprah.

Lalu apa selanjutnya? Ya kita lihat saja. Kalau melihat polanya, kebodohan demi kebodohan yang ditunjukkan untuk menebar propaganda di tengah masyarakat ini terus dilakukan tanpa rasa malu, tanpa koreksi. Satu kesalahan dan kebodohan ditimpali dengan kebodohan dan kesalahan baru. Sehingga pada akhirnya mereka seperti merasa bisa meyakini dan membenarkan semua kesalahan yang sudah mereka sebar-sebarkan.

Saya berharap mereka bisa mengoreksi. Karena berita pun bisa saja dikoreksi. Tapi kalau melihat gaya dan polahnya, kayaknya mereka ini sudah muka tembok semua. Begitulah kura-kura.
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *