Xhardy – Fadli Zon yang mendesak Densus 88 dibubarkan sama sekali tidak ada kepekaan terhadap para korban tindakan terorisme. Banyak yang yakin ucapan Fadli ini adalah tindakan untuk memancing keributan dan polemik seperti yang memang diyakini kita semua.
Catat, bukan hanya kali ini saja Fadli Zon membuat polemik. Sudah tidak terhitung lagi dia membuat keributan dan tidak pernah meminta maaf terkait itu. Yang saya paling ingat adalah ketika dia minta maaf saat ketahuan bohong soal Ratna Sarumpaet yang katanya dianiaya.
Itu pun sebenarnya karena sudah panas situasinya. Coba kalau tidak, Fadli Zon Ini akan pura-pura bodoh tidak peduli dengan apa yang terjadi.
“Narasi semacam ini tak akan dipercaya rakyat lagi, berbau Islamofobia. Dunia sudah berubah, sebaiknya Densus 88 ini dibubarkan saja. Teroris memang harus diberantas, tapi jangan dijadikan komoditas,” kata Fadli.
Entah sejak kapan Densus 88 mempolitisasi atau menjadikan terorisme sebagai komoditas. Densus 88 bekerja dalam senyap, tidak butuh pencitraan dan liputan dari media. Justru kelompok tukang demo itulah yang menjadikan agama sebagai komoditas dan dipolitisasi. Doktrin mereka yang menyesatkan membuat banyak orang salah kaprah hingga berbuat nekat. Bukankah itu fakta sebenarnya di lapangan?
Salah satu korban terorisme Bom Bali 1, Suyanto (56), mengkritik pernyataan Fadli Zon yang ingin Densus 88 dibubarkan. Suyanto mengatakan pernyataan itu tak tepat, dan pihaknya tak setuju dengan wacana pembubaran Densus 88 tersebut.
“Wah kalau pembubaran Densus 88, saya terus terang di sini para korban, saya juga mewakili korban sangat tidak setuju. Bahkan, kalau bisa otoritas Densus 88 itu diberi kewenangan lebih daripada sekarang,” kata Suyanto, saat menghadiri peringatan Bom Bali 1 di Kuta.
“Itu, saya kira orang yang tidak waras mengusulkan Densus 88 bubar, dicatat itu orang-orang tidak waras,” katanya lagi.
Selain Polri yang mengatakan tidak akan meladeni seruan dari Fadli Zon, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar juga merespons pernyataan Fadli Zon. Dia mengatakan Densus 88 dalam penanggulangan terorisme adalah penegak hukum dan penyidik kejahatan terorisme.
“Iya, tentunya dalam sistem penanggulangan terorisme, penegak hukumnya harus dilaksanakan oleh densus. Densus kan harus tetap dibutuhkan dalam konteks penegakan hukum kejahatan terorisme. Nanti, kalau dibubarkan yang melaksanakan penegakan hukumnya siapa,” katanya.
Yang jelas bukan Fadli Zon pak. Dia itu jelas memang pengecut yang sering bikin sensasi di cuitannya. Sesudah polemik, dia pura-pura diam dan lanjut ke topik lainnya. Ini adalah tindakan pengecut yang hanya berani sembunyi di balik demokrasi. Mulut orang ini kayak tidak pernah diajari etika dan adab.
Fadli Zon mungkin tidak merasakan apa yang dirasakan oleh para korban terorisme. Dia mana pernah rasakan pedih dan pilu ditinggalkan anggota keluarga, sahabat dan teman dengan cara yang mengerikan akibat serangan teror. Dia cuma enak-enak sebagai anggota DPR dengan gaji, tunjangan dan fasilitas enak.
Jika ada serangan teror, dan Densus 88 dibubarkan, apakah Fadli Zon mau tanggung jawab? Paling cuma mengecam, simpati dan prihatin saja. Karena sifat dasar bapak satu ini cuma bikin polemik, tapi terlalu penakut untuk menyerang atasannya sendiri, Prabowo. Padahal kalau mau kritik, Prabowo juga banyak yang pantas dikritik saat jadi Menhan.
Tentu kalian masih ingat dengan serangan teror yang terjadi di Surabaya beberapa tahun lalu. Saat itu terjadi, barulah desakan untuk sahkan UU Terorisme mengemuka dan meluas. Sebelumnya adem dan tidak dianggap serius. Dan ketika terjadi teror dan memakan korban, baru sibuk mengesahkan UU tersebut.
Sama juga dengan Densus 88 ini. Bagaimana kalau sampai dibubarkan? Bukan saja menghambat penindakan atau pencegahan terorisme, tapi ini dianggap sebagai sebuah kemenangan bagi kelompok radikal atau komplotannya yang memang haus akan teror.
Lebih bagus kalau Fadli Zon yang diturunkan dari jabatannya sebagai wakil rakyat. Banyak ucapannya yang seakan ingin menjadikan dirinya jadi musuh rakyat.
Kalau memang mau dibenci rakyat, silakan mundur saja dan gabung dengan Rizal Ramli, Rocky Gerung dkk. Atau join dengan mantan prihatin dan dirikan boyband. Siapa tahu bisa populer seperti BTS.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword