KESAKSIAN MANTAN SATPAM: BENDERA HTI DI KPK ITU BUKAN HOAKS

Jakarta – Sosok Iwan Ismail tiba-tiba muncul di tengah keriuhan pemberhentian pegawai KPK yang tidak lulus tes wawasan kebangsaan (TWK) per akhir September lalu. Mantan tenaga pengamanan dalam (pamdal/satpam) KPK itu membuat surat terbuka yang ditembuskan ke Presiden Jokowi.
“Intinya sih saya terinspirasi dari beberapa surat-surat terbuka yang saya baca di media sosial. Kedua, saya teringat kembali ketika kemarin teman-teman diberhentikan dengan hormat di KPK, bahwa saya juga pernah diberhentikan,” jelas Iwan saat ditemui di detikcom di kamar kontrakannya di Meruya, Jakarta Barat.

Pada 26 Desember 2019, dia resmi diberhentikan dari pekerjaan anggota pamdal setelah dianggap melakukan pelanggaran berat. Pelanggaran dimaksud adalah memotret bendera HTI di meja ruangan penyidik di lantai 10 gedung KPK. Foto tersebut lantas ada yang mengunggahnya di media sosial.

“Saya tidak pernah menyebarkan foto itu di media sosial. Saya hanya membagikannya di grup WhatsApp yang anggotanya kawan-kawan saya di Bandung,” kata lelaki kelahiran Bandung, 8 Septermber 1983, itu.

Iwan, yang mengaku pernah kuliah jurusan bahasa Inggris hingga semester VI di Universitas Islam Nusantara, Bandung, memotret bendera HTI seiring aksi-aksi demo menolak revisi UU KPK. Tapi sejak awal menjadi satpam di KPK pada Februari 2018, dia mengaku pernah melihat bendera HTI di dua meja penyidik.

“Saya heran saja, bendera ormas yang sudah dilarang kok masih ada yang pasang. Terus saya potret sengaja sambil menghadap kamera CCTV. Eh, saya dianggap melanggar berat padahal pemilik benderanya tak pernah diperiksa,” kata Iwan.

Dia menepis pernyataan Juru bicara KPK Ali Fikri bahwa apa yang disampaikan adalah hoaks. “Ini bukan hoaks, bendera itu benar ada, bisa diperiksa rekaman CCTV waktu saya motret,” tegas Iwan Ismail. Sejak diperiksa Pengawas Internal, ia mengaku ada yang menyapanya, “Iwan Taliban”.

“Saya hanya mengambil foto bendera yang mungkin menyebabkan KPK gaduh dan dicap Taliban. Tapi malah saya pun ada yang memanggil Iwan Taliban,” ujarnya.

Sejak dari KPK, bapak tiga anak itu bekerja sebagai petugas satpam di perumahan milik bank plat merah di kawasan Meruya. Dia tinggal sendirian di kos-kosan berukuran 3 x 4 meter.(ddg/jat)
sumber: detik.com

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *