Widodo SP – Masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 rasanya tak bisa lepas dari ingatan kita begitu saja. Tak hanya bagi warga Jakarta … yang kini 58 persen warganya yang ikutan nyoblos Anies-Sandi kudu menanggung akibat dari pilihan mereka … tapi juga secara nasional. Pilkada DKI Jakarta bisa dibilang (kalau bukan satu-satunya) sebagai salah satu Pilkada terburuk sejak proses pemilihan kepala daerah secara langsung digelar di negeri ini.
Sampai hari ini pun, jelang tahun terakhir masa kepemimpinan Anies Baswedan yang dulu berpasangan dengan Sandiaga Uno tapi kini berganti partner dengan Ahmad “Bemper” Riza Patria itu .. kisah kepemimpinan Anies di Jakarta lebih banyak kontroversinya daripada manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Jakarta secara keseluruhan.
Nah, bicara soal janji kampanye dulu sewaktu Pilkada DKI Jakarta 2017 digelar, salah satu tudingan paling keras (boleh bilang kasar gak?) yang disampaikan Anies Baswedan adalah menyangkut bangunan benda mati yang disebut menjadi fokus Ahok selama menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Mungkin waktu itu ada semacam iri hati yang dilihat oleh Anies Baswedan ketika menyebut bahwa dirinya tidak berencana hanya membangun benda mati, tapi membangun manusianya. Benda mati disebut ketika itu hanya menarik untuk difoto dan ditunjukkan.
“Karena itu politisi senang membangun benda mati,” kata Anies waktu itu dengan pesonanya sebagai ahli tata kata.
Saking ahlinya, menurut saya nggak heran kalau ada banyak yang lantas terkecoh, lalu mengangguk-angguk tanda tak mengerti … karena terbuai pesona kata-kata indahnya. Seperti buaian janji-janji manis lainnya yang terbukti sukses mengecoh 58 persen warga peserta Pilkada DKI Jakarta yang dulu mencoblos Anies-Sandi, tapi kini semakin melihat bahwa pilihan mereka (rasanya) benar-benar keliru.
Kembali ke persoalan benda mati ….
Seingat saya, ada legacy kuat yang ditinggalkan oleh pemerintahan Ahok, yang sempat dilanjutkan oleh Djarot … yakni dengan Simpang Susun Semanggi yang megah itu. Selepas dari penjara di Mako Brimob, Ahok berkesempatan melintasi jalan yang megah itu, yang dahulu dibangun pada masa pemerintahannya tanpa sepeser pun memakai uang APBD. Beda dong sama proyek Formula E, dimana lebih terlihat membuang uang rakyat dengan percuma tapi sampai hari ini hasilnya nol besar!
Saya rasanya tak perlu menyebut karya-karya lain yang disebut Anies sebagai benda mati itu, karena selama hampir 4 tahun pemerintahan Anies … tak ada satupun yang bisa mengalahkan satu bangunan yang mungkin justru sudah berkali-kali dilintasi Anies Baswedan selama menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Kita mau sebut apa? Tugu Getah-Getih? Monumen peti mati dan setan-setanannya? Genteng bercat warna-warni? Jalur sepeda di jalan protokol yang kini tinggal kenangan? Jembatan tanpa atap yang katanya akan menarik minat warga untuk foto-foto? Atau …. yang paling aktual … epatu raksasa yang kini sudah tak nampak lagi setelah menjadi sasaran aksi vandalisme?
Kita belum bicara soal anggaran dari berbagai proyek benda mati yang dibangun pada masa Anies Baswedan, yang terkesan membuat sosok “gubernur santun dan seiman” itu seperti menjilat ludahnya sendiri. Ya kan?
Bagi saya setidaknya ada dua dugaan kenapa sampai Anies justru sibuk membangun benda mati, padahal dulu sepertinya dia dengan yakin akan lebih berfokus pada membangun manusia Jakarta. Eh, terbukti ding kepedulian Anies membangun manusia belum lama ini … yakni dengan menjamu para anggota DPRD yang terhormat, lalu membuat mereka kenyang supaya imunitas naik dan tidak mudah sakit. Hahahaha…!
Pertama, Anies dulu asal bicara … yang penting terlihat kontra dengan program yang sudah dan akan dilaksanakan oleh Ahok-Djarot. Kedua, Anies memang tak tahu apa-apa buat mewujudkan apa yang sudah diomongkannya semasa menarik simpati dari para calon pemilihnya pada Pilkada DKI Jakarta 2017 silam.
Bagaimana menurut Anda? Adakah bangunan benda matinya Anies yang mungkin terlewat dari ingatan saya … yang misalnya kita tandingkan dengan Simpang Susun Semanggi sebagai “benda mati” yang murni dibangun sebagai bukti kapasitas Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta (bukan karena bantuan dari pemerintah pusat) … bisa mengalahkan warisan Ahok itu?
Rasanya kok belum ada ya? Entah kalau besok tiba-tiba dibangun monumen dengan bentuk mobil Formula E, sebagai kenang-kenangan supaya program itu nggak dibilang gagal total dan merugikan negara karena menggunakan dana APBD untuk membayar DP-nya .. sekaligus bisa dipakai ngeles dengan berkata:
*“Tuh ada buktinya Formula E bisa dibikin (monumen mobilnya) di Jakarta.”
Daaan … silakan berpikir apakah gubernur dengan omongan yang tak bisa dipegang itu pantas buat diberi kesempatan meramaikan Pilpres 2024 atau sebaiknya kita doakan bareng-bareng agar kiprah politiknya “dicukupkan” sampai mentok pada 2022 nanti.
Begitulah kura-kura…
sumber: seword