PERINGATAN PANGKOSTRAD SOAL FANATISME AGAMA INI KEREN, KENAPA ADA YANG SEWOT?

Widodo SP – Kita ini memang tinggal di negeri yang unik. Kata orang ber-flower dengan segala macam perilaku manusia di dalamnya. Kondisi yang semakin ke sini tampaknya semakin membuat kita menyadari bahwa negeri ini memang spesial, beda dari negara-negara lain, termasuk dalam pemahaman dan penerapan soal agama.

Seperti yang baru ramai dibahas soal pernyataan Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman, ketika beliau sedang memberi petuah kepada para prajurit TNI dalam kunjungan ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/9).

Letjen Dudung ini yang dulu dikenal publik lebih luas karena aksinya memimpin penertiban baliho-baliho yang didirikan oleh para pengikut Rizieq Shihab. Masih pada ingat momen yang indah itu?

Nah, Letjen Dudung inilah yang belum lama ini menasihatkan agar para prajurit TNI dapat menghindari sikap fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Pernyataan yang dikabarkan langsung mendapat dukungan dari Menag Gus Yaqut, yang sepakat berkata bahwa segala sesuatu yang berlebihan memang tak baik.

*”Semua yang berlebihan kan tidak baik. Lemah lembut kepada orang lain, bahkan yang berbeda keyakinan. Jangan dibalik. Fanatik apalagi yang berlebihan diberlakukan untuk orang lain, sementara untuk diri sendiri malah lunak,” ujar Gus Yaqut kepada CNNIndonesia.com, Selasa (14/9).

Letjen Dudung juga sempat berkata bahwa semua agama benar di mata Tuhan, pun harus bisa dipahami dengan melihat dari sudut pandang yang benar, bukan atas dasar fanatisme suatu agama, sehingga lantas menyalahkan orang lain yang tidak seagama maupun yang dianggap tidak meyakini dan tidak melakukan ajaran agama seperti yang dianut seseorang.

Mengenai hal ini, Menag juga sepakat dan memberi penjelasan:

“Bagi pemeluknya, tentu agamanya paling benar di mata Tuhan kan? Bukan berarti tidak boleh kritis terhadap keyakinan yang dipeluk orang lain yang berbeda. Tetap boleh kritis dalam mencari kebenaran absolut, dengan mengedepankan dialog.”

Saya pernah bercerita kan kalau sempat menjadi begitu fanatik sebagai seorang Kristen yang merasa telah memahami kebenaran, padahal yang saya pahami baru seupil

Waktu itu, saya lantas menganggap bahwa mendengarkan musik duniawi itu “haram”, kalau meminjam istilah yang kerap dipakai oleh saudara-saudara Muslim yang saya kenal.

Saya bahkan sempat “membangun tembok” dengan mereka yang sekalipun sama-sama Kristen, tetapi beda aliran dan saya anggap masih cethek dalam pemahaman agamanya. Benar-benar mabok agama kan? Kalau sekarang ada istilah “kadrun”, mungkin saat itu sebutan yang pas adalah domba gurun (domdrun). Agak susah ya ngucapinnya? Hehehe..

Karena punya pengalaman itu, saya jadi paham betapa sangat mendesaknya urusan soal fanatisme agama ini, sehingga selaku Pangkostrad, Letjen Dudung merasa perlu memperingatkan para prajurit TNI mengenai hal tersebut.

Pesan yang kalau boleh saya sederhanakan: “Anda boleh saja berpegang teguh dengan keyakinanmu, tetapi kalau sudah urusan nasionalisme kudu dicari titik temunya, demi kepentingan bersama, juga kepentingan bangsa dan negara ini.”

Ngeri membayangkan jika di kesatuan TNI ada beberapa orang saja yang fanatik terhadap agamanya, lalu mulai berbuat yang aneh-aneh, bahkan membahayakan kesatuan secara umum dan keamanan nasional. Kalau lantas orang semacam itu punya pengaruh kuat, apakah tidak berpotensi melahirkan pengkhianatan di tubuh TNI bahkan kudeta terhadap negara, seperti adegan-adegan dalam film?

Maka dari itu, jika sampai ada pihak yang menafsirkan pernyataan Pangkostrad dengan berbeda, keberatan, atau malah merasa pernyataan beliau sebagai sesuatu yang keliru trus jadi sewotnya luar biasa … kita bisa menerapkan langkah antisipasi berikut ini:

(1) Catat baik-baik namanya (kita tandai)

(2) Cermati dari lembaga, instansi, atau partai politik mana

(3) Hati-hati dengan setiap pernyataan atau ajarannya

Alasannya, bukan tidak mungkin mereka justru sedang bersikap fanatik terhadap agama atau keyakinan tertentu … dimana kalau sudah fanatik, kita tahu efeknya lebih cenderung merusak daripada membangun kepentingan orang banyak, dimana pun fanatisme itu diperlihatkan.

Ah, makin mantap saja nih Pak Dudung. Layak didukung dan dibela dari orang-orang yang tidak senang dengan sepak terjang sebagai Pangkostrad. Semoga para prajurit yang mendengar pesan yang amat bagus dari Pak Dudung bisa memahami sepenuhnya peringatan agar jangan terlalu fanatik.

Ingat, semua yang berlebihan itu tidak baik … termasuk mabok agama. Apalagi ditambah mabok minuman keras dan judi di pinggir jalan. Bisa lekas berangkat kalau sewaktu-waktu dicium truk nyasar!

Begitulah kura-kura…

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *