Jakarta – Seorang wanita mengungkap penyesalannya pernah membesarkan seekor simpanse. Tak hanya merawat selayaknya peliharaan, psikoterapis sekaligus profesor tersebut membesarkannya seperti anak sendiri. Sempat menjadi perhatian hingga tahun 80an, kini ia melihat kembali pengalaman tersebut dan meratapi keputusan pernah mengambil anak simpanse itu dari ibunya.
Di tahun 1960an, sepasang suami istri Jane dan Maurice Temerlin mengadopsi seekor simpanse untuk dibesarkan seperti seorang manusia. Mereka mengambil hewan itu saat baru berusia dua hari. Kisah Jane dan Lucy sudah banyak mendapat perhatian namun beberapa waktu lalu dokumentari terbaru dirilis yang mengungkap penyesalan sang ibu membesarkan Lucy untuk berpakaian, tidur di kasur hingga memberinya minuman kopi.
“Ibunya diberi minum coca cola dengan obat penenang yang kuat dan ketika dia tidur, anaknya diambil darinya dan diberikan ke Jane yang menamai Lucy. Mereka menerbangkannya dengan pesawat komersil dan diselimuti, Lucy tidur di bahu Jane dan ketika Lucy tiba di rumah, perjalanan sains kami dimulai,” kata Maurice.
“Setelah tidur delapan jam di kasur ukuran king, dia akan sarapan kopi, oat meal dengan kismis dan segelas jus jeruk. Di malam hari, dia akan duduk mempelajari dirinya sendiri dengan cermin favoritnya, dan kadang-kadang membuat miniman gin dan tonic, memeras limo dengan giginya,” ungkap Jane dalam dokumentari Lucy the Human Chimp di Channel 4.
Ketika itu Jane merawat Lucy sebagai bagian dari eksperimen. Ketika sudah menginjak usia remaja, Lucy dikirim ke Zambia untuk hidup seperti simpanse kebanyakan setelah mengalami perubahan sikap. Tapi setelah tinggal di habitat aslinya, simpanse tersebut malah tampak menderita.
“Dia kehilangan banyak berat badan, kebanyakan karena parasit dan mulai kehilangan rambut. Aku pikir itu karena ketidakfamiliarannya dengan makanan dan iklim. Dia sulit sekali bertahan,” kata Janis yang merawatnya di Zambia. “Aku pikir Lucy mengenali ada simpanse lain dan ada kategori yang berbeda tapi aku tidak berpikir dia memasukkan dirinya pada kategori itu, dia melihat dirinya sebagai manusia,” tambahnya.
Lucy akhirnya meninggal di Zambia pada 1988. Melihat kembali kisah ‘anaknya’, Jane mengaku menyesal pernah mengadopsi karena membuat sisa hidup Lucy menjadi menderita karena kesulitan berbaur dengan habitat asli.
“Aku selalu menunggu. Kapan mereka akan menelepon (untuk mengabarkan Lucy sudah meninggal). Dan itu sangat sangat sulit untuk diterima. Itu adalah kehilangan menyedihkan bagi kami semua,” kata Jane. “Dia punya banyak tahun-tahun menyenangkan dan dia punya kebebasan dan tidak di kandang. Dia dilindungi, dicintai, dia punya Janis, tapi aku tidak akan mengambil anak simpanse dari ibunya lagi,” tuturnya.(ami/ami)
sumber: detik