Lama banget saya gak nulis tentang langkah catur Pakdhe Jokowi.
Sejak lama, sejak 2014, saya mengikuti apa yang dia lakukan. Saya kagum dengan dia, bukan karena sosoknya, tapi karena dia berani dan brilian memainkan langkah-langkahnya. Ahok itu juga berani, tapi masih kurang brilian sehingga dia jatuh dari kursinya.
Seperti main layang2, Jokowi main tarik ulur tarik ulur sampe banyak org gemas, “Kok kurang tegas sih ??” Padahal itulah yang membuatnya memenangkan pertarungan. Kadang mundur selangkah, maju 3 langkah. Kalau tarik terus, entar putus benangnya.
Seperti kasus BLBI ini. Hutang yang belum dibayar oleh para penghutang itu 111 trilyun rupiah. Banyak banget. Para penghutang itu kaya-kaya dan beberapa dari mereka berkuasa. Kalau disentuh dikit aja, mereka ngamuk trus tebarkan duitnya untuk goyang pemerintahan lewat demo-demo besar. Kejadian demo 212 tahun 2017 jadi pelajaran. Itu situasi paling berbahaya, tapi juga menguntungkan..
Lho kok menguntungkan ? Iya dong. Akhirnya Jokowi tahu, darimana harus memulai. Langkah pertama, hajar anjing2 penjaganya.
Dan kita jadi saksi mata ganasnya Jokowi kalau menghajar. Bukan main pukul, tapi seperti merebus kodok pelan-pelan. Diundang pulang, baru sikat miring ampe pecah berantakan. Jangan sampe provokatornya bisa seenaknya ngomong dan koordinasi dari negeri orang. Cari celah hukum yang tepat, baru kandangkan. Ormasnya dibubarkan, panglimanya diseret sampe nyari-nyari sandal.
Otoriter ? Ya harus. Kalau gak, gak beres ini kerjaan. Tapi otoriternya harus sesuai hukum yg berlaku. Bukan seperti jaman pak Harto, yang malah jadi blunder karena muncul perlawanan.
Sesudah anjing penjaganya beres, datang utusan Jokowi ke para penghutang, “Gimana ? Masih mau melawan ? Atau mau kerjasama ? Kalian bebas kerja, asal hutangnya bayar…” Sebuah ancaman halus dan mengerikan. Para penghutang tahu, betapa powerfullnya Jokowi sekarang.
Mulailah mereka ramai-ramai datangi Menteri Keuangan, serahkan harta2 mereka berupa aset tanah yang ada. Sampai sekarang sudah 5 juta hektar yang di tangan pemerintah. Yang bandel, kayak Tommy Soeharto, dibuka datanya ke publik. Yang mau kerjasama, disimpan. Semuanya terukur yang penting tujuan tercapai.
Saya kagum sama Jokowi. Dia mampu menempatkan bidak-bidaknya di tempat yang tepat. Dia bisa terlihat lemah sehingga lawannya jadi terlalu percaya diri untuk melangkah. Disaat yang tepat, ketika mereka masuk perangkap, beruntun hajaran dilakukan sampai mendekati skak mat.
Saya tidak hidup di zaman Soekarno. Tetapi bagi saya, Jokowi adalah titisan Soekarno yang sebenarnya. Dia kembalikan kedaulatan yang diimpikan si bapak bangsa. Gak banyak ngomong, tapi kerjanya luar biasa..
Trus apa yang bisa kita bantu ? Ya menjaganya. Kita jaga ruang2 media sosial yang dipakai lawan untuk memfitnahnya. Kalau untuk itu saya harus disebut buzzer, biarlah seluruh orang tahu, sayalah buzzer Jokowi sesungguhnya. Demi mimpi Indonesia jaya.
Sebarkan pesan ini ke oposisi, biar panas hati mereka..
Siapa mau ikut ? Ayo, angkat cangkir kopinya. Seruputtt… ☕
Denny Siregar & fb