ISRAEL HADAPI LONJAKAN KASUS COVID-19 WALAUPUN TINGKAT VAKSINASINYA SANGAT TINGGI

Merdeka.com – Israel adalah salah satu negara yang telah memvaksinasi mayoritas populasinya dan sampai Maret 2021, sebagian besar warga Israel telah divaksinasi.

Pada Juni, kewajiban masker dicabut dan pembatasan yang diberlakukan hanya terpusat di pintu masuk dan keluar negara tersebut. Sekarang angka infeksi naik menjadi 5,4 persen dan Perdana Menteri Naftali Bennett menyampaikan dia akan mengambil setiap tindakan yang memungkinkan untuk menurunkan angka tersebut dan menghindari pemberlakukan lockdown keempat.

Dikutip dari Al Jazeera, Kamis (26/8), pakar kesehatan menyampaikan ada dua alasan utama kenapa virus corona varian Delta menghantam Israel. Pertama, warga Israel mengabaikan kewajiban masker, yang kembali diterapkan pada akhir Juni. Sekarang polisi mengenakan denda bagi mereka yang tidak memakai masker.

Alasan kedua tingginya angka infeksi karena sebagian besar warga Israel divaksinasi menggunakan vaksin Pfizer, yang datanya menunjukkan kurang efektif melawan virus daripada Moderna.

“Benar bahwa Moderna lebih melindungi orang dari infeksi, tapi dua vaksin tersebut hampir sama efektivitasnya melawan penyakit parah,” jelas wakil dekan ilmu pengetahuan alam Universitas Bar Ilan, Profesor Cyril Cohen. Cohen juga anggota badan penasihat vaksin virus corona kementerian kesehatan.

“Ini penting agar rumah sakit-rumah sakit kita tidak kewalahan.”

Selain mewajibkan tes Covid-19 untuk anak-anak dan siapapun yang belum divaksinasi penuh, Israel akan mewajibkan semua guru memiliki Kartu Hijau untuk bekerja. Israel juga menerapkan pedoman yang lebih ketat untuk masuk ke negara tersebut.

Orang asing tidak diizinkan masuk tanpa ada izin khusus dan harus melakukan sejumlah tes. Orang Israel dilarang terbang ke “negara-negara merah” seperti Spanyol, Brasil, dan Meksiko tanpa izin dari komite khusus. Mereka yang telah berada di negara-negara kategori merah ini, termasuk orang Israel di negara-negara “oranye” seperti AS, Prancis, dan Jerman, harus melakukan karantina setelah kembali ke Israel, walaupun mereka telah divaksinasi.

Israel juga mulai memberikan suntikan booster vaksin kepada penduduk berusia 60 tahun ke atas, bahkan sebelum pemerintah menyetujuinya. Sejak saat itu Israel telah menyetujui pemberian suntikan booster kepada warga berusia 40 tahun ke atas.

“Jika Anda bertanya kepada saya dua bulan lalu ketika kita hanya memiliki 100 kasus per hari, saya akan mengatakan kita tidak perlu booster,” jelas Profesor Cohen.

“Tapi saat ini kita beralih dari 100 kasus per hari menjadi 8.000 kasus per hari dan saya tidak kaget jika dalam beberapa hari lagi kita akan melihat lebih dari 10.000 (kasus). Kita tidak punya pilihan kecuali memberikan suntikan booster.”

Lebih dari 1,3 juta warga Israel dari 9,3 juta populasi telah menerima dosis ketiga vaksin Pfizer, tapi beberapa orang terinfeksi virus corona walaupun telah menerima suntikan tiga dosis. (mdk/pan)
sumber: merdeka

This entry was posted in Berita, Informasi Kesehatan. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *