BUKTI KUATNYA PENGARUH JOKOWI: DATANGKAN LONJAKAN OMZET KE PENJUAL PAKAIAN ADAT SUKU BADUY

Widodo SP – Lupakan sejenak nasib pemuda alay yang kabarnya mengundurkan diri dari “kantor”-nya, berinisial T, usai viralnya cuitan yang diduga kuat menghina Presiden Joko Widodo ketik mengenakan pakaian adat suku Baduy pada 16 Agustus 2021 kemarin. Biarkan dia tetap deg-degan menanti seperti apa nasibnya karena permintaan maaf dan pengunduran dirinya sepertinya membuat netizen bergeming, bahkan tetap berharap ada proses hukum yang dikenakan kepada anak muda itu.

Kali ini kita lebih baik membahas soal “Efek Jokowi” setelah mengenakan pakaian adat suku Baduy di acara Sidang Tahunan Bersama MPR/DPR, yang berimbas pada meroketnya permintaan pesanan pakaian suku adat Baduy tersebut hingga senilai 20 juta rupiah, dalam waktu singkat sejak pakaian tersebut dikenakan oleh RI-1.

Hal ini diakui oleh Kudil, salah seorang pelaku UKMK, seperti dilansir Okezone.com belum lama ini. Momen acara Sidang Tahunan MPR/DPR tersebut membawa berkah bagi usahanya, dimana langsung ada pesanan 30 konsumen dari Bali, seperti pengakuannya berikut ini:

”Kami merasa kewalahan melayani pesanan dan di antaranya 30 konsumen dari Bali. Kami tidak menyangka meningkatnya permintaan pesanan itu berkah dipakai Presiden Jokowi itu,” katanya.

Omzet itu terbilang cukup besar karena biasanya dalam kondisi sepi seperti sekarang, paling banter maksimal pendapatan Kudil ada di kisaran 3 jutaan rupiah per pekan. Pakaian itu sendiri, seperti dilansir dari Antara, memang terbilang masih cukup terjangkau karena hanya seharga Rp. 240.000, seperti yang dikenakan oleh Presiden Joko Widodo kemarin.

Pengakuan ini datang langsung dari Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten bernama Jaro Saija. Masyarakat Baduy diakui menjual busana tersebut dengan harga normal, seperti juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo bahwa pakaian yang dikenakannya sederhana, tetapi nyaman dipakai.

Seingat saya memang bukan sekali ini saja efek busana yang dikenakan oleh Presiden Joko Widodo memiliki side effect yang cukup signifikan. Dulu pernah ramai pesanan jaket setelah Jokowi mengenakan model bomber, yang bahkan meningkatkan penjualan jaket dengan model serupa di Tanah Abang.

Apakah efek yang sama akan berlaku untuk sepatu yang dibeli Jokowi dari Greysia Polii saat pemberian penghargaan para atlet Olimpiade Tokyo 2020 yang juga mendapat respons positif setelah diberitakan oleh media online dan para netizen di media sosial? Kita juga menunggu pemberitaan soal Jokowi effect terkait pakaian adat Lampung yang dikenakan Presiden Jokowi pada upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI yang diadakan tadi pagi, yang disiarkan langsung oleh banyak stasiun televisi, juga disiarkan lewat YouTube.

Memang kerenlah Presiden RI kita kali ini. Meskipun tujuan beliau sebenarnya bukanlah promosi produk, seperti kerap dilakukan oleh para endorser di media sosial, tetapi tak bisa disangkal bahwa seorang Jokowi memiliki pengaruh besar yang dapat memberi “efek samping” yang positif bagi apa pun pakaian dan aksesoris yang dikenakannya, ketika sudah menjadi pemberitaan di media.

Saya yakin beliau hanya ingin memperkenalkan warisan budaya bangsa yang luar biasa banyaknya lewat busana yang dikenakan pada acara-acara resmi kenegaraan, yang pastinya mendapat sorotan dan liputan secara luas … bahkan dari media internasional.

Selain pakaian adat suku Baduy dan pakaian adat asal Lampung itu, kita ingat bahwa pakaian adat Suku Sabu, NTT dikenakan Jokowi pada Sidang MPR 2020, lalu setahun sebelumnya lagi beliau mengenakan pakaian adat Sasak, Nusa Tenggara Barat pada Sidang Bersama DPR-DPD. Jujur saja, siapa dari kita yang selama ini hanya mengetahui macam-macam baju adat dari buku pelajaran, lantas mengagumi ketika dikenakan oleh Presiden Jokowi dengan berkata:

“Oooh, ini ya pakaian adatnya. Bagus juga kok. Beli ah!”

Efek nama besar Jokowi sebagai Presiden RI, lantas dipantulkan kembali oleh para netizen hingga pendukung Jokowi, sehingga tak heran jika lantas terjadi efek domino yang berujung pada berkah yang diterima oleh pelaku usaha UMKM, seperti dialami oleh pelaku usaha pakaian suku Baduy tadi. Efek yang saya yakin akan sangat berbeda ketika dikenakan oleh Fadli Zon, Rocky Gerung, atau Abdul Somad … sekalipun mungkin dibayar sebagai endorser. Bahasa sederhananya: “Ora doyan!”

Bagaimana jika yang mengenakan Anies Baswedan? Kalau ini efek sampingnya bisa berupa keraguan, karena orang yang akan membelinya mungkin bertanya-tanya: “Benarkah harga pakaiannya segitu? Nanti dilebih-lebihkan …!”

Begitulah kura-kura….

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *