GANJAR SAKTI, KONSTITUEN PDIP LEBIH PILIH GANJAR

Adin – Tahun politik masih 3 tahun lagi. Tahun 2024 merupakan tahun Pemilu dimana masa bhakti Presiden Jokowi berakhir. Tentu saja tahun politik nanti terasa spesial karena kita akan memiliki Presiden baru. Kira-kira siapakah kandidat calon Presiden terkuat?

Dua tahun belakangan Indonesia disibukkan memerangi penyebaran COVID-19 yang sulit dikendalikan. Sekarang ini pemerintah bukan hanya terfokus ke Pulau Jawa tapi juga pulau lainnya. Karena COVID-19 menyebar ke berbagai penjuru daerah di Indonesia.

Walaupun Pilpres 3 tahun lagi dan sekarang sedang sibuk menghadapi penyebaran COVID-19, tapi riak politik tetap terasa. Partai politik walaupun malu-malu tetap menyusun rencana untuk menghadapi Pilpres 2024.

Beberapa partai besar mulai memasang baliho jagoannya untuk dikenalkan ke masyarakat dan diharapkan bisa menaikan elektabilitas. Foto elit politik seperti Airlangga Hartarto yang merupakan Ketua Umum Partai Golkar, Puan Maharani yang merupakan putri mahkota dari PDI Perjuangan dan lain-lain.

Kondisi yang menarik dan disorot publik adalah partai pemenang pemilu yaitu PDI Perjuangan. Partai dibawah pimpinan Megawati Soekarno Putri ini dinilai mengambil langkah tak wajar karena memiliki resiko tinggi.

PDI Perjuangan sebenarnya telah santai karena mempunyai kader mumpuni yang mempunyai elektabilitas sangat tinggi. Secara teori PDIP hanya tinggal memoles sedikit, menjaganya untuk Pilpres 2024. Kemungkinan menang sangat besar karena tokoh yang merupakan kader PDIP ini sangat populer dan elektabilitasnya terus meroket. Bahkan elektabilitas Prabowo Subianto pun mulai tergerus dan dikalangkan oleh tokoh ini.

PDIP memiliki kader terbaik yang ada pada diri Gubernur Jawa Tengah yaitu Ganjar Pranowo. Ganjar merupakan tokoh politik yang telah lama dikenal dengan sejarah politik yang mentereng. Dua kali jadi anggota DPR RI, dan sekarang 2 periode menjadi Gubernur Jawa Tengah. Prestasi dan pengalaman ini sangat besar manfaatnya bila kelak Ganjar menjadi Capres di tahun 2024.

Bekal elektabilitas yang terus meroket, prestasi karir politik yang mentereng dan kedekatan dirinya dengan rakyat merupakan modal sangat besar untuk meraih suara rakyat. Rakyat tidak butuh foto di baliho tapi lebih butuh kerja nyata dan kedekatan langsung dengan tokoh bangsa. Sehingga masyarakat bisa menilai dari dekat dan langsung melihat bagaiman sesungguhnya karakter tokoh yang mungkin akan menjadi Calon Presiden mereka.

PDIP malah mengambil jalan dengan resiko sangat tinggi. Yaitu mengusung Puan Maharani sebagai Calon Presiden di tahun 2024 nanti. Puan walapun elit PDIP dan keturunan langsung Bung Karno tetapi sepak terjangnya masih asing di masyarakat Indonesia.

Mungkin itulah salah satu alasan PDIP memerintahkan seluruh kader di seluruh Indonesia untuk memasang baliho berfoto Puan Maharani. Selain untuk menaikan elektabilitas juga untuk mengenalkan Puan kepada masyarakat.

PDIP lupa bahwa cara ini sudah tidak berlaku lagi. Pemasangan baliho dan iklan yang gencar melalui media elektronik seperti televisi tidak mampu membuat masyarakat memilih tokoh tersebut.

Hal ini sudah terbukti dahulu, ketika stasiun televisi dibawah MNC grup mengiklankan besar-besaran Wiranto dan Hari Tanoe sebagai kandidat Presiden dan Wakil Presiden. Walaupun sangat sering wajah mereka bertengger di televisi tetapi masyarakat cuek aja. Mereka lebih memilih orang yang langsung terjun ke masyarakat berbicara langsung dan tertawa bareng.

PDIP sepertinya salah langkah dengan mencuekan Ganjar Pranowo. Karena ternyata konstituen PDI Perjuangan cenderung memilih Ganjar Pranowo sebagai presiden daripada putri mahkota PDI Perjuangan Puan Maharani. Hal itu terungkap dari temuan survei Lembaga Survei Charta Politika yang dilakukan pada 12 hingga 20 Juli 2021.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, Ganjar meraup 44,7 persen suara dari konstituen PDIP. Angkanya terpaut jauh jika dibandingkan dengan dukungan kepada Puan.

Jika dibandingkan Puan dan Risma, 4,8 persen dari pemilih PDIP yang menyatakan mendukung Puan sebagai presiden. Sedangkan Risma mendapatkan 7,7 persen suara dari pemilih PDIP.

Data ini harus mendapat perhatian serius dari Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. Jangan sampai Mega salah pilih orang. Bekerja ekstra keras untuk menggolkan Puan Maharani yang mempunyai elektabilitas rendah, sedangkan kader yang telah mempunyai elektabilitas tinggi dibiarkan begitu saja.

Akan nyesek nantinya, Jika Ganjar diangkut partai lain dan menang dengan mudah menjadi Presiden RI berikutnya. Untuk itu Mega lebih baik berhitung lebih cermat dan lebih logis, dengan melepaskan ego sebagai keturunan darah biru.
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *