OLIMPIADE TOKYO: CERITA AYAHANDA APRIYANI RAHAYU ‘MENGUNCI KAMAR’ SAAT LAGA DAN MENDOAKAN GREYS DAN APRI SELAMA BERJUANG MERAIH EMAS

Luapan kegembiraan di Indonesia dilontarkan semua pihak setelah Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil meraih medali emas – pertama kali bagi cabang bulutangkis ganda putri Indonesia sekaligus emas satu-satunya bagi negara itu di Olimpiade Tokyo 2020.

Ayah Apriyani Rahayu, Amiruddin Pora, termasuk di antara mereka yang tidak dapat menyembunyikan kegembiraan dan rasa bangganya setelah menonton aksi putrinya itu di rumahnya di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Saat para kerabatnya berkumpul di ruang tengah sambal bersorak-sorai menyaksikan aksi Greys dan Apri di final Olimpiade, Amiruddin justru pilih menyendiri.

Dia mengunci pintu kamarnya, sendirian menonton Apri dan Greys meraih medali emas pertama bersejarah pertama bagi ganda putri Indonesia – sekaligus emas satu-satunya bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.

Netizen China puji Greysia/Apriyani, serang atlet Tiongkok yang gagal raih medali emas

Buket bunga Olimpiade Tokyo: Tragedi di balik ide pemberian bunga kepada peraih medali

“Semua orang bersorak kegirangan di luar, lalu saya putuskan mengurung diri di kamar sehingga bisa fokus berdoa sambal menonton pertandingan sendirian dan Allah mendengar doa saya. Dia menang medali emas,” kata Amiruddin kepada AFP Selasa (3/8) sehari setelah kemenangan Apriyani dan Greysia.

Pria 63 tahun itu mengungkapkan bahwa istrinya, sekaligus ibunda Apri, yaitu Siti Jauhar, telah meninggal pada 2015. Namun, walau sudah tiada, ibundanya selalu menjadi penyemangat bagi Apri untuk meraih kemenangan penting.

Kemenangan ini menjadi hadiah bagi perempuan yang telah menginspirasi Apri untuk bangkit menjadi pebulutangkis profesional.

Sehari sebelum ke Jepang, Apri ke kampung halaman di Kota Konawe, Sulawesi Tenggara, untuk ziarah ke makam ibunda sekaligus meminta doa restu dari ayahnya.

“Sudah menjadi tradisi bagi Apri setiap mau ikut kompetisi dia selalu pulang ke rumah untuk bertemu orang tua, minta doa restu dari saya,” katanya.

“Doa-doa kami akhirnya dikabulkan Allah.”

Begitu sampai di Tokyo, Apri pun menelpon ayahnya setiap hari dan meminta dia untuk terus mendoakannya.

Bagi Amiruddin kesuksesan putrinya menggapai emas berkat doa disertai kerja kerasnya sendiri.

“Setiap dia keluar dari hotel menuju arena, dia selalu telepon saya minta didoakan. Saya selalu bilang ke dia agar tetap tenang dan serahkan semuanya kepada Allah,” ujar Amiruddin.

Dia pun mengaku telah memberi Apri nasihat untuk bisa terus berprestasi setelah menang di Olimpiade: dengarkan pelatihmu dan jangan sombong.

“Dia itu orang yang selalu penuh motivasi. Dia tidak pernah lelah berlatih,” ujarnya.

“Jangan salah, saya tidak cuma mendoakan Rahayu, namun juga untuk Greysia. Saya mendoakan mereka berdua. Mereka membuat kita semua bangga.”

Menangis haru

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu langsung menangis haru begitu dipastikan menyumbang medali emas untuk Indonesia di cabang olahraga bulu tangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020.

Tampil sebagai non-unggulan, mereka berhasil menundukkan unggulan kedua asal China, Jia Yifan/Chen Qingchen, dalam dua set langsung, 21-19 dan 21-15 dalam pertandigan di Musashino Forest Sports Plaza Tokyo, hari Senin (02/08).

Greysia Polii dan Apriyani Rahayu pertahankan tradisi emas Olimpiade

Baru kali pertama ada ganda putri Indonesia yang tampil di babak final dan langsung mempersembahkan medali emas sejak badminton dipertandingkan di Olimpiade 1992 di Barcelona, Spanyol.

Dengan prestasi ini, Indonesia kini telah berhasil meraih emas dalam lima nomor bulutangkis, negara kedua yang meraih lengkap dalam semua nomor setelah China.

Medali emas ini juga merupakan medali emas ke delapan dalam partisipasi Indonesia di Olimpiade, semuanya dari badminton.

Anthony Ginting raih medali perunggu, persembahan untuk ‘masyarakat Indonesia’

Pesan Candra dan Owi, peraih emas Olimpiade, untuk pemain badminton Indonesia yang berjuang di Tokyo

Sejarah bulu tangkis di Olimpiade: Mengapa Indonesia sulit lahirkan Susy Susanti generasi baru?

Jawaban dari mimpi

“Peraih medali emas Olimpiade, kedengarannya brilian” ucap Greys sambil tertawa.

“Saya kehabisan kata. Kami di sini dan kami mendapat medali emas dan ini rasanya, sesuatu yang tidak bisa diungkapan dengan kata-kata. Ini sangat berarti bagi kami.”

“Saya berterima kasih kepada partner saya Apriyani bahwa dia mau berjuang bersama saya, mau berlari bersama dan saya sangat menghargainya,” lanjut Greys, seperti yang dipublikasikan oleh tim media PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

Senada dengan Greys, Apriyani juga masih tidak percaya dengan apa yang telah ia raih.

“Saya tidak percaya ini yang telah saya raih. Saya benar-benar tidak menyangka akan sampai sejauh ini karena yang saya pikirkan hanyalah bagaimana melewati semua tantangan yang saya hadapi. Bagaimana saya bisa membalikkan keadaan dan bangkit kembali?” ujar Apri.

“Dan saya benar-benar memaksakan diri untuk datang sejauh ini dan melakukan yang terbaik yang saya bisa. Saya benar-benar ingin berterima kasih kepada Tuhan dan Kak Ge (Greysia). Juga terima kasih berkat doa dari keluarga dan seluruh masyarakat Indonesia kamj bisa meraih medali emas. Saya sangat senang dan bahagia,” ucap Apri.

Bagi Greysia, raihan ini adalah jawaban dari mimpinya selama ini. Greysia yang ingin membuat sejarah di sektor ganda putri akhirnya mewujudkan mimpi tersebut di kali ketiga keikutsertaannya di Olimpiade.

“Dua puluh tahun yang lalu ketika saya berusia 13 tahun, saya tahu Indonesia belum membuat sejarah di ganda putri dan saya bersabar. Saya tahu saya dilahirkan untuk menjadi pemain bulutangkis dan saya memiliki keyakinan pada bahwa saya ingin membuat sejarah di bidang ini,” ungkap Greys.

“Tuhan telah memberi saya mimpi dan keyakinan di hati saya bahwa saya memilih ini. Ketika orang berkata: ‘Anda tidak akan berhasil, Indonesia tidak memiliki sejarah di ganda putri.’ Tentu saja China dan Korea kuat di lapangan. Lalu kita semua tahu apa yang terjadi di London 2012, saya bangkit di Rio 2016 tapi belum juga berhasil mendapat medali,”

“Tapi saya tetap sabar dan berkomitmen. Dibutuhkan komitmen untuk meraih mimpi dan emas. Dan di sinilah kami sekarang. Keluarga saya juga untuk tidak menyerah, jangan berhenti,” tutur Greys.

Tampil sabar dan konsisten

Dalam final melawan Jia dan Chen yang berlangsung tidak sampai sejam itu, Greys dan Apri tampil sabar dan konsisten.

Mereka memainkan reli-reli panjang sampai akhirnya lawan membuat kesalahan, baik itu menempatkan shuttle cock ke luar lapangan maupun menyangkut di net.

“Kunci kami adalah ketenangan dan kesabaran. Pokoknya kami naikkan mental dulu sebelum pertandingan,” ujar Greys, yang juga mengaku mereka jarang main media sosial selama ini.

Begitu pula Apri yang menyatakan mereka harus selalu fokus ke partai berikut setiap kali menang.

“Sebelum bertanding kami sudah bahas strategi. Dan yang penting kami tetap jaga pikiran dan ketenangan di lapangan,” kata Apri.

Minim melakukan kesalahan sendiri menjadi salah satu kemenangan di final.

Di sisi lain, kesalahan sendiri ini sering dilakukan oleh pasangan China.

Selain itu, Jia/Chen tak bisa mengeksploitasi keunggulan mereka di area net. Chen sempat beberapa kali meraih poin dari dengan netting yang efisien, namun ini dilakukan di akhir set kedua, yang sudah terlambat untuk mengejar ketertinggalan.

Strategi itu juga Greys dan Apri terapkan dalam babak semifinal Sabtu (31/7), saat berhasil mengandaskan ganda andalan Korea Selatan, Lee Soo Hee dan Shin Seung Chan, dalam dua set langsung, 21-19 dan 21-17, selama 71 menit.

Peraih medali emas Olimpiade cabang olah raga Bulu Tangkis

Dalam jumpa pers usai pertandingan, Greysia mengungkapkan penguasaan mental atas atmosfer pertandingan menjadi kunci kemenangan. “Karena kita sering bertemu, jadi secara teknik dan fisik kita sudah sama-sama tahu.

Jadi saya bersama Apri dan pelatih sepakat mentalnya dulu yang dinaikin, itu strateginya,” ujar Greys, demikian panggilan akrabnya, dalam jumpa pers yang ditayangkan Champions TV.

Tidak mau terpancing

Faktor penting lainnya, lanjut Greys adalah ketenangan dan kesabaran.

“Kami tidak mau terpancing dengan irama permainan mereka juga. Justru kami yang harus membuat mereka terpancing sehingga bikin kesalahan sendiri. Main reli-reli panjang, akhirnya mereka bikin kesalahan,” kata Greys yang sempat menderita kram di kaki usai babak perempat final, namun sudah pulih dan tampil prima hari ini.

Ditanya mengenai persiapan mereka berikutnya di babak final, Apri mengungkapkan untuk saat ini adalah pemulihan dulu.

“Kita mau berupaya lagi semaksimal mungkin, kita tidak mau mikirin gimana nanti mainnya dan kita mau istirahat dulu, recovery lagi, masih ada waktu satu hari lagi untuk persiapan,” lanjut Apri sambil berharap dukungan yang terus-menerus dari masyarakat Indonesia.

Tidak menyangka bisa ke final

Dalam pernyataan yang dirilis PBSI, baik Greys dan Apri tidak menyangka bisa melangkah jauh ke babak final.

“Saya masih belum percaya (masuk final). Sebelum berangkat saya sempat bilang, saya tidak pernah berpikiran main di Olimpiade secepat ini tapi tiba-tiba sekarang saya ada di final,” sahut Apri, yang tampil di Olimpiade Tokyo sebagai debutan.

Dia pun mengungkapkan peran besar Greysia, yang lebih berpengalaman.

“Saya mengucapkan terima kasih untuk Kak Ge (Greysia Polii) yang sudah membawa saya sejauh ini. Saya sempat bilang untuk jangan berhenti dulu, bermainlah dengan saya.

Dari situ saya diyakinkan melalui motivasinya, kerja kerasnya setiap hari, ketabahannya, dan keinginannya untuk menjadi juara,” lanjut pemain usia 23 tahun asal Lawulo, Sulawesi Tenggara tersebut.

Kesan serupa juga dilontarkan Greys. Dari tiga kali mengikuti Olimpiade,, di Tokyo ini lah dia meraih prestasi tertinggi.

“Puji Tuhan. Rasanya luar biasa. Ini Olimpiade ketiga saya dan saya tidak muda lagi. Dua edisi sebelumnya saya gagal dapat medali tapi hari ini saya (dan juga Apri) akhirnya bisa ke final. Menyumbang medali untuk Indonesia,” kata Greys usai pertandingan.

“Saya merasa situasi dan kondisi di lapangan benar-benar menguntungkan kami. Kami menang kalah lawan mereka. Jadi kami tidak terlalu memikirkan tentang itu. Kami hanya menyiapkan yang terbaik,” lanjutnya.

Kaki Greys sempat kram

Ini mengulangi pencapaian luar biasa mereka sebelumnya di babak perempat final. Seperti dilansir laman PBSI, mereka menyudahi perlawanan pasangan China, Du Yue/Li Yin Hui lewat 3 set dengan skor 21-15, 20-22, 21-17 dalam waktu 97 menit.

“Kami merasa emosional setelah pertandingan hari ini. Tapi kami sadar tugas kami belum selesai,” ujar Greys.

“Kami bersyukur dengan apa yang sudah kami capai tapi kami mau langsung fokus ke pertandingan selanjutnya. Kunci kemenangan kami tadi adalah bermain sabar untuk tidak terpancing pola permainan mereka,” jelas Greys.

Saat pertandingan tersebut berakhir, Greys harus dipapah untuk meninggalkan lapangan pertandingan karena mengalami kram.

“Ada ketegangan pada otot paha Greys sehingga mengalami kram, sekarang sudah ditangani terapis untuk direcovery. Besok juga ada rest jadi harusnya semua baik-baik saja,” papar Eng Hian, sang pelatih, yang dilansir laman badmintonindonesia.org.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *