ANIES BIKIN MALU, KEMLU TURUN TANGAN SELAMATKAN MUKA INDONESIA

Alifurrahman – Apa yang dilakukan oleh Anies Baswedan di Jakarta benar-benar tak masuk akal.

Bayangkan, Pemprov mengirim surat resmi kepada duta besar negara perwakilan yang ada di Jakarta untuk dimintai donasi. Ini jelas sebuah upaya merendahkan kepemipinan Jokowi. Upaya membangun citra buruk terkait pemerintah pusat atau Indonesia di mata negara sahabat.

Bayangkan, untuk urusan gayung dan ember pun masuk dalam surat permohonan donasi.

Pertama, ini adalah gaya diplomasi FPI. Yang mengirim surat kepada pengusaha untuk dimintai sumbangan. Persis. Entah apakah staf Anies ini memang orang-orang FPI, sehingga kebijakannya persis sama. Ataukah ini hanya kebetulan saja.

Kedua, tidak ada alasan mendesak yang mengharuskan Pemprov mencari sumbangan atau donasi.

Lalu terakhir, dengan APBD 84 triliun tahun ini, sangat tidak logis kalau untuk urusan gayung dan ember harus minta donasi.

Gara-gara ini, Kementerian Luar Negeri sampai harus turun tangan untuk meminta klarifikasi. Karena jelas ini memalukan, mencoreng nama Indonesia di mata negara sahabat.

Ini ibarat ada salah seorang keluarga kita menyebar selebaran permintaan donasi. Padahal posisi kita adalah orang kaya dan mampu.

Setelah ditanyakan kepada Pemprov DKI, akhirnya surat permohonan donasi itupun dicabut tanpa alasan. Intinya sudah tidak berlaku lagi dan tidak bisa dilanjutkan sekalipun ada yang mau donasi.

Dari kejadian ini, saya ga habis pikir kalau setelah ini masih ada partai yang mau mencalonkan Anies Baswedan. Karena bukan hanya tidak mau kerja, suka-suka pergi ke mana saja tanpa alasan yang jelas, yang penting elektabilitasnya naik. Tapi juga hari ini Anies terlihat tidak paham soal konsep pemerintahan.

Pemerintah itu berbeda dengan ormas. Dampak politik dan hubungan internasional dengan negara sahabat bisa kurang baik kalau ada kasus permohonan donasi seperti ini. Karena di negara manapun, rasanya tidak ada satupun kota yang meminta-minta donasi kepada duta besar negara sahabat.

Kalaupun suatu negara kesusahan keuangan, maka solusinya adalah hutang secara resmi. Ini Anies malah minta donasi.

Untungnya surat ini cepat menyebar dan menjadi pembicaraan. Karena bayangkan ini tidak viral, hanya segelintir yang tahu, mau ditaru mana muka pemerintah Indonesia?

Tapi meski begitu, tetap saja muka Indonesia sudah dicoreng oleh Anies. Saya berpikir bahwa yang dilakukan Anies ini adalah kesalahan dan harus ada teguran secara jelas. Agar ke depan, jangan sampai terus memainkan isu-isu untuk menyerang Jokowi. karena kalau masyarakat tidak puas dengan Jokowi, Anies punya kans untuk menaikkan elektabilitasnya.

Meski di sisi lain, nampaknya Anies salah perhitungan. Mungkin dia merasa bisa meniru langkah Jokowi yang berseberangan dengan SBY di 2013 lalu. Memanfaatkan momentum kekecewaan masyarakat dan ujung kekuasaan.

Cuma yang Anies tidak pahami, SBY dan Jokowi adalah dua orang yang berbeda. Secara survei terbaru, lebih banyak orang yang puas terhadap pemerintahan Jokowi. Sehingga berlawanan dengan Jokowi sama saja melepas peluang setengah permainan.

Tapi ya biarkan saja. Karena dengan dibiarkan, kita jadi lebih yakin Anies mudah dikalahkan, atau bahkan tidak akan mampu diusung oleh partai koalisi. Karena strategi melawan Jokowi jelas adalah bunuh diri. Kans untuk menangnya semakin kecil, pun minim pemberitaan.

Selanjutnya untuk partai politik di Indonesia, apakah masih ada yang tertarik mengusung Gubernur DKI ini untuk Pilpres 2024? Dengan fakta kelakuan kirim surat dan ditarik lagi setelah ditegur kementerian luar negeri.

Bayangkan, betapa hancurnya negeri ini kalau dipimpin oleh orang seperti Anies Baswedan. Tak sadar diri, tak tau fungsi. Pokoknya cari uang dengan segala cara, termasuk dengan meminta-minta.

Jadi ya sudahlah. Tahun depan Anies sudah tidak bisa menjadi Gubernur DKI dan akan digantikan oleh Plt. Semoga dengan begitu tidak ada lagi drama kelebihan bayar dan donasi.

Malu lah Nies. Bagaimanapun, meskipun kamu tidak suka Jokowi, ya tetap saja kan mau ga mau kamu adalah warga Indonesia. Nah malasahnya, kalau citra Indonesia buruk, yang repot bukan cuma segelintir orang atau pihak terkait. Tapi bisa melebar ke mana-mana. Hingga ujung-ujungnya pasar lesu, pendapatan turun dan seterusnya. Begitulah kura-kura.

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *