PERJALANAN: BERKUNJUNG KE KUMZAR, ‘NORWEGIA ALA ARABIA’ YANG SPEKTAKULER DI OMAN.

Tersembunyi di antara fyord — celah sempit di antara tebing dan menjorok ke dalam membentuk teluk — di utara Oman, di antara pegunungan dan laut, di teluk yang tenang, terletak desa kecil Kumzar.

Ini adalah perbatasan paling utara negara pesisir tenggara Jazirah Arab itu, tetapi Kumzar memiliki atmosfer berbeda dari Oman.

Faktanya, wilayah ini mengalami keterasingan luar biasa — desa ini hanya dapat diakses dengan naik speedboat selama satu jam atau perjalanan 2,5 jam dengan kapal layar dari kota terdekat, Khasab — telah membuat Kumzar mengembangkan bahasa dan budayanya sendiri.

Karakter unik Kumzar disebabkan karena bentuk geografinya.

Desa ini terletak di Semenanjung Musandam, sebuah ekslave atau daerah kantong (bagian negara yang dikelilingi oleh wilayah suatu negara lain) di pantai kecil Oman, terpisah, dari wilayah utama Oman, oleh gurun berbatu Uni Emirat Arab sejauh 100 km.

Julukan Musandam — ‘Norwegia ala Arabia’ —berasal dari garis pantainya yang bentuknya sangat dramatis, mirip fyord — meskipun tidak seperti bagian yang ada di Skandinavia, ceruk berbatu di Kumzar dibentuk bukan oleh lelehan gletser melainkan oleh tumpukan lempeng tektonik.

Lempengan ini memecahkan kerak bumi dari bawah seperti makhluk mengerikan yang berlomba-lomba untuk keluar dari telur.

Di luar soal fjord, Kumzar terletak di Selat Hormuz; yang menjadi pemisah dengan negara Iran.

Selama 700 tahun, penduduk desa telah menyerap beraneka ragam pengaruh dari Selat tersebut, yang telah lama menjadi wadah bagi perdagangan luar negeri, budaya dan drama tinggi geopolitik.

Ini tercermin paling mencolok dalam bahasa Kumzari, yang tidak seperti bahasa lainnya.

“Kumzari adalah campuran bahasa Persia dan Arab kuno, dan bahasa lain seperti Akkadia, Asyur, Turki, Inggris, dan Hindi,” kata Makeyya Al Kumzari, seorang penduduk lokal yang mempelajari bahasa dan budaya Kumzari.

“Itu hanya diucapkan di sini saja dan tidak di mana-mana lagi.”

Bahasa adalah masalah kebanggaan lokal yang sangat kuat. Moyath Al Kumzari, yang menjadi koordinator tur keliling Musandam, mengatakan kepada saya:

“Kumzari adalah bahasa ibu kami, dan ketika kami bersama, kami tidak berbicara bahasa lainnya — meskipun kami semua juga tahu bahasa Arab.”

Banyak kata Kumzari mungkin terdengar asing bagi penutur bahasa Inggris. Bintang menjadi ‘stārg’, lotion adalah ‘lōšan’, dan ‘dar’ adalah pintu. ‘Niglis’ adalah kalung, dan, agak menyenangkan, papan menjadi ‘pling’.

Sementara itu, banyak kata yang diambil Kumzari dari bahasa Arab dan Persia, terdengar lebih mirip dengan pengucapannya di era abad pertengahan ketimbang di zaman modern.

Berbagai pengaruh unik bahasa tersebut bersamaan dengan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan yang sangat Arab, telah lama membuat penasaran ahli bahasa seperti Christina van der Wal Anonby dan Erik Anonby, yang tinggal dan bekerja di Kumzar selama setahun.

Perpaduan pengaruh Kumzar selama berabad-abad telah menghasilkan bahasa unik yang tidak dipahami oleh orang lain.

“Kumzar telah menjadi pusat ekosistem regional yang dinamis secara sosial dan historis selama berabad-abad, jadi meskipun hanya dapat dicapai dengan perahu, akan salah jika menganggapnya ‘terisolasi’,” kata Erik.

“Kumzar sangat penting secara historis: salah satu dari sedikit tempat yang mempunyai sumur dengan air tawar berlimpah, antara pusat perdagangan Basra, Muscat, Zanzibar, India dan sekitarnya.”

Pasangan Anonbys disambut di desa sebagai bagian dari komunitas, bergabung dengan warga Kumzari dalam rutinitas sehari-hari mereka di samping melakukan penelitian linguistik mereka.

Christina menggambarkan, pada pagi hari mengobrol dengan para perempuan setempat sambil menikmati secangkir kecil kopi kapulaga, dan sore hari menghabiskan waktu mengolah kurma dan ikan atau menenun daun kelapa.

Dia percaya keramahan ini berasal dari lokasi Kumzar yang unik.

“Saya pikir mereka sangat ramah karena secara historis. Dalam sejarahnya, mereka seringkali menerima pelaut yang selamat dari kapal karam di Selat, menyembunyikan kapal di fjord ketika mereka melarikan diri dari bajak laut, atau mengisi kembali pasokan air bersih kapal yang lewat dari sumur di Kumzar,” katanya.

Geografi Kumzar yang unik, yang terbungkus di antara dinding gunung tipis di tiga sisi dan lautan di sisi lain, telah membentuk tidak hanya bahasanya, tetapi juga cara orang-orangnya menafsirkan dunia di sekitar mereka.

Orang-orang Kumzari mencari nafkah dari ikan yang hidup di teluk itu, selama sembilan bulan dalam setahun, pindah ke Khasab untuk memanen kurma ketika suhu terik musim panas yang membakar mengeringkan air.

Laut memberi Kumzar kehidupan, dan akibatnya, Erik menjelaskan, Kumzari adalah bahasa yang dibentuk oleh laut.

“Kami telah menemukan 200 nama berbeda untuk jenis ikan di Kumzari,” katanya kepada saya, “dan banyak dari kata-kata ini tidak mirip dengan nama ikan yang ditemukan dalam bahasa lain di dunia.”

Geografi Kumzar yang unik, yang terbungkus di antara dinding gunung tipis di tiga sisi dan lautan di sisi lain, telah membentuk tidak hanya bahasanya, tetapi juga cara orang-orangnya menafsirkan dunia di sekitar mereka.

“Daripada menggunakan arah mata angin utara, selatan, timur dan barat,” seperti yang kita lakukan dalam bahasa Inggris dan Arab, “dunia mereka berorientasi ke arah ‘atas’, ke arah pegunungan, dan ‘turun’ ke arah laut,” kata Erick.

Masalah maritim juga tidak pernah jauh dari interaksi sosial: masyarakat Kumzari saling menyapa dengan ungkapan “či kawlā?” – “Angin apa ini?”

Bahkan kambing di sini dikatakan rasa ikan; mereka makan sarden ketika tidak ada yang lain di tanah kering.

Kehidupan laut berpengaruh besar membentuk tradisi rakyat setempat.

Kerang Cowrie menggantung dari buritan kapal, dikatakan untuk mengusir roh jahat yang mengancam untuk menarik pelaut ke kapal karam.

Cerita rakyat Kumzari juga sering berkisah tentang laut dan lokasi unik Kumzar.

“Setelah seharian memancing, saatnya untuk hiburan. Dongeng sangat populer di desa ini,” jelas Makeyya.

“Cerita kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan mereka tentang laut dan makhluknya. Ada juga cerita tentang sumur yang menjadikan Kumzar tempat yang penting bagi para pelancong untuk berhenti dan memasok air minum.”

“Warga Kumzari memiliki perpustakaan lisan lengkap lagu-lagu tradisional dan cerita rakyat,” tambah Erik.

“Aliko Shobubo, yang meninggal baru-baru ini, adalah salah satu pendongeng Kumzari yang hebat.

“Dalam ingatannya, dia memegang seluruh kumpulan cerita rakyat lisan yang kaya dan detailnya seperti Seribu Satu Malam tetapi yang selalu dia ceritakan dengan bakatnya sendiri, menyampaikan cerita di Kumzar menggunakan karakter lokal yang otentik.”

Terdapat aspek lain dari budaya Kumzari yang juga sangat menarik.

“Orang-orang Kumzari dikenal di seluruh Arabia karena pernikahan mereka yang semarak, penuh warna, berlangsung selama seminggu penuh dengan tarian siang dan malam, lagu-lagu tradisional, dan pesta mewah di mana seluruh komunitas berkumpul bersama,” kata Erik.

Pernikahan warga Kumzari adalah acara yang berlangsung selama seminggu penuh dengan tarian dan nyanyian.

Kumzar mungkin jauh dari mana saja, tetapi tidak terpencil. Desa ini mandiri, dengan sekolah, rumah sakit, dan pabrik desalinasi sendiri.

Kebanggaan lokal sangat membara di sini, dan mungkin tidak ada yang lebih baik diungkapkan daripada Kumzar Football Club, yang, secara luar biasa, mengalahkan tim dengan sumber daya yang jauh lebih besar, baik manusia maupun finansial, untuk memenangkan piala regional Oman pada 2016.

“Itu adalah pencapaian luar biasa bagi klub kami, dan semua orang Kumzari bangga dengan momen itu,” kata Moyath. “Ini jelas mendorong rasa identitas lokal kami.”

Masa depan Kumzar masih butuh perjuangan. “Kumzar sedang berubah,” kata Moyath.

“Generasi muda sangat berinvestasi dalam pendidikan mereka, dan mereka sering pindah ke Muscat untuk studi mereka.”

Hari-hari di masa lalu, ketika penduduk setempat secara eksklusif berbicara Kumzari dan tidak setuju belajar bahasa Arab, telah berakhir, dan kaum muda sering mencari pekerjaan di daratan atau di UEA setelah lulus.

“Berkat penangkapan ikan komersial, stok ikan menipis, dan mata pencaharian awak nelayan Kumzari menjadi genting,” kata Erik.

“Dengan munculnya pendidikan universal, TV, dan sekarang internet, bahasa Arab masuk ke setiap momen hari-hari masyarakat Kumzari.

“Selama 10 tahun terakhir telah terjadi perubahan besar, dengan sebagian besar keluarga kini mengajar anak-anak mereka bahasa Arab sebagai yang pertama.

“Anak-anak masih bisa memahami bahasa Kumzari, tetapi mereka tidak berbicara dengan baik, dan pewarisan bahasa antar generasi menghilang dengan cepat.”

Namun, ada alasan untuk optimis. Sekelompok pakar dan penggemar lokal bekerja sama dengan akademisi seperti Christina dan Erik untuk membangun sistem penulisan Kumzari dan membantu melestarikan bahasa dan budaya mereka.

“Syukurlah, ada sekelompok orang Kumzari yang berdedikasi yang tidak ingin kehilangan semua sejarah, pengetahuan budaya, kemampuan mereka untuk bertahan hidup dan berkembang melawan rintangan lingkungan yang menakutkan, dan identitas unik Kumzari mereka yang membuat bahasa tetap hidup,” kata Erik.

“Dengan menjaga Kumzari tetap hidup, mereka memperkaya warisan budaya seluruh dunia, karena tidak ada bahasa lain seperti Kumzari.”

Meskipun semakin banyak orang Kumzari yang pindah ke kota-kota besar, ada rasa kebanggaan lokal yang kuat.

Terlebih lagi, meskipun anak-anak muda meninggalkan desanya untuk kuliah, tingkat kelahiran yang tinggi berarti tidak ada kekurangan bagi kaum muda Kumzar untuk menjaga agar bahasa tetap hidup.

“Populasi meningkat, dan rumah-rumah baru sedang dibangun di pegunungan di atas Kumzar,” kata Moyath.

Sama pentingnya bagi masa depan Kumzari adalah rasa kebanggaan lokal mereka yang penuh gairah.

“Kami warga Kumzar selalu mengucapkan ‘Kumzari maafi couf’ (Kumzari tidak pernah takut) karena tradisi kami adalah berperang, baik melawan alam maupun musuh lainnya,” kata Moyath.

“Kami semua bangga berasal dari Kumzar. Kami memiliki tanggung jawab untuk tumbuh bersama menghadapi tantangan dunia modern, tetapi kami tidak akan pernah meninggalkan budaya dan bahasa kami.”

Artikel ini pertama kali tayang dalam bahasa Inggris di BBC Travel.
sumber: bbc

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *