TEPUK TANGAN HARAM, TAPI HASIL TANGAN YAHUDI HALAL?

Panjath H. – Dalam iman Kristen, Yahudi itu bangsa pilihan Allah. Lewat bangsa inilah, Tuhan Allah mewujud ke dalam dunia ciptaan-Nya. Allah yang bisa melakukan apa saja, sah-sah saja menjelma jadi manusia jika itu memang kehendak dan rencana-Nya. Tapi ada saja manusia yang meributkan itu. Padahal mudah saja: mau percaya silakan, tidak percaya juga, monggo. Gitu aja kok repot.

Orang Yahudi itu jumlahnya relatif sedikit, dibanding tetangganya, bangsa Arab. Namun kaum Yahudi menguasai banyak hal soal peradaban umat manusia di era modern ini. Soal kecerdasan, kaum ini tidak ada yang menandingi. Hadiah Nobel, peraihnya mayoritas dari keturunan bangsa ini. Penemuan-penemuan teknologi yang memudahkan kehidupan umat manusia pun, banyak tercipta dari hasil pikir dan kreasi orang-orang yang merupakan keturunan bangsa ini.

Perihal kecerdasan dan penguasaannya atas dunia inilah yang membuat banyak orang sesumbar bahwa itulah salah satu bukti, bangsa Yahudi yang pada 1947 memproklamirkan negara Israel ini, memang benar umat pilihan Allah.

Konflik abadi dengan Palestina yang disebut-sebut sebagai pemilik sebenarnya wilayah negara tersebutlah yang membuat Israel dibenci dan dimusuhi banyak orang muslim. Katanya, karena bangsa Palestina itu muslim. Padahal tidak juga, sebab ada banyak penganut agama Kristen di sana, yang juga menderita di bawah kependudukan Israel.

Isu Palestina sangat populer di negeri kita, lagi-lagi karena isu agama yang sering digembar-gemborkan. Padahal menurut banyak pihak — termasuk bangsa Palestina sendiri — konflik antara Israel dan Palestina tidak ada kaitan dengan agama Islam dan Kristen. Persoalan itu murni soal perebutan tanah.

Palestina menuding wilayah mereka direbut Israel. Sementara pihak Israel mengklaim bahwa kawasan itu adalah Tanah Perjanjian yang sudah diberikan oleh Tuhan Allah kepada mereka, jauh sebelum agama Kristen dan Islam ada. Klaim itu diperkuat ayat-ayat di Kitab Suci.

Isu Palestina kerap dipanas-panasi juga sebagai “perang” antara Kristen dan Islam. Alasannya karena Yahudi itu identik dengan Kristen. Padahal tidak benar, sebab Yahudi (ortodoks) sendiri tidak menyukai orang Kristen. Bahwa Mesias yang oleh umat Kristen diyakini sebagai Yesus Kristus, tidak pernah diakui oleh Yahudi. Hingga kini kaum ini masih menantikan kedatangan Mesias.

Jadi kalau ada orang Indonesia yang membenci umat Kristen terkait isu Palestina, mereka jelas salah alamat. Apalagi kebencian itu diejawantahkan dengan mengharamkan berbagai hal. Misalnya, meniup terompet kertas di malam pergantian tahun baru masehi haram, karena itu budaya Yahudi.

Larangan ini sendiri sudah berlangsung sejak tahunan lalu, terutama ketika politik identitas menguat seiring hadirnya parpol yang misinya mengkhilafahkan negeri ini. Salah satu langkah, yakni menekan dan menyingkirkan segala sesuatu yang mereka anggap kafir. Maka segala apa yang dianggap berkaitan dengan kafir dituding sebagai haram. Termasuk meniup terompet (kertas), yang dikatakan sebagai budaya Yahudi.

Sejauh ini kampanye ini sukses. Sebab sebelum larangan “baru” ini dimaklumkan kaum intoleran bersumbu pendek itu, bisnis terompet kertas ini sangat marak menjelang pergantian tahun. Di Jakarta, menjelang pergantian tahun, banyak penjual terompet kertas berdatangan dari berbagai daerah.

Dari berbagai wawancara, mayoritas pedagang itu mengaku mengantongi keuntungan yang jumlahnya sangat signifikan. Ketika mereka kembali ke desa masing-masing dengan wajah sumringah, geliat perekonomian sangat terasa disebabkan uang dari kota mengalir ke desa-desa, tempat perajin terompet kertas itu berdomisili.

Tapi suasana yang sangat membahagiakan pada momen pergantian tahun itu, lambat laun sirna setelah oknum penceramah membodohi masyarakat lugu itu pakai ayat-ayat agama. Larangan itu meluas hingga ke acara penyambutan tahun baru yang juga diharamkan.

Entah sampai kapan masyarakat bisa ditipu oleh oknum-oknum penceramah agama tersebut. Padahal besar dugaan, mereka hanya iri melihat mengapa penyambutan tahun baru kafir sangat meriah?

Dan kini ada lagi larangan baru yang dikaitkan dengan budaya Yahudi. Adalah Abdullah Hehamahua yang beberapa hari lalu menarik perhatian gara-gara melarang tepuk tangan di acara pendeklarasian partai barunya. Alasannya, tepuk tangan itu budaya Yahudi.

Padahal beberapa hari sebelum itu, si “brewok putih” yang pernah jadi penasihat KPK ini, justru mengklaim ibarat Nabi Musa menemui Firaun. Padahal Nabi Musa sendiri kan, nabinya bangsa Yahudi.

Bahkan hampir seluruh nabi yang tercatat di Alkitab — dan kitab suci lain — adalah keturunan Yahudi. Perihal hampir semua nabi dari kalangan bangsa Yahudi, ada yang mengklaim itu sebagai penegas bahwa mereka itu memang bangsa pilihan Tuhan Allah.

Ketika terompet diharamkan karena dianggap budaya Yahudi, itu saja sudah terdengar bodoh bin dungu. Kini ditambah lagi larangan bertepuk tangan. Padahal kalau mau konsisten dengan segala larangan atas segala hal yang dianggap budaya Yahudi, atau berbau-bau Yahudi, maka adalah haram hukumnya pula menggunakan perangkat-perangkat komunikasi masa kini yang adalah hasil kreasi bangsa Yahudi.

Tentu bukan hanya menyangkut teknologi informasi yang adalah karya kaum kafir. Segala bentuk peradaban modern yang berkaitan dengan bisnis, keuangan, gaya hidup, dan lain sebagainya itu, yang nyata-nyata punya jejak rekam dari kaum Yahudi, harus dihindari.

Hanya saja, penulis memang tidak tahu apakah Abdullah Hehamahua menggunakan smartphone, laptop, mobil, pesawat terbang, dan lain sebagainya itu? Sebab logikanya, jika tepuk tangan yang adalah budaya Yahudi saja dia haramkan, apalagi perangkat teknologi modern yang unsur Yahudi-nya kental.

Semoga beliau konsisten dengan apa yang dia katakan.

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *