SEBUT KAFIR AHOK DALAM SURAT WASIAT ZAKIAH BUKTI EFEK BURUK PILKADA DKI 2017 SANGAT BRUTAL

Abu Daeng Al-Makasary – Banyak rakyat indonesia berjuang agar tetap bisa survive atau hidup dengan segala kekurangan ekonomi. Terus terang termasuk saya juga. Tapi ternyata, ada juga yang memilih bunuh diri, bom bunuh diri, menebarkan teror, padahal mereka tidak miskin-miskin amat, tidak menderita secara ekonomi. Masih bisa punya motor yang siap diledakkan, masih punya rumah warisan orang tua, dan masih punya dana merakit bom.

Sungguh dua cara berpikir yang sangat berbeda. lalu manakah yang Allah SWT ridhoi? Berjuang agar tetap bisa survive hidup atau mati bom bunuh diri atau minta mati ditembak?

Bukan hanya itu, ada juga yang bunuh diri bukan atas nama jihad. Ada persoalan psikis dialaminya dan belum mampu meredamnya. Hal ini bisa disebut “baper akut”. Sehingga rela gantung diri atau terjung dari ketinggian atau pun minum racun.

Tanpa diminta, jatah umur pasti ada masanya. Mau negara kolaps atau maju pesat, umur manusia ada masanya.

Mungkin, pelaku bom bunuh diri atau yang cari mati dengan atas nama Jihad atau perjuangan di jalan Allah, awalnya mengalami “baper akut”, cuma karena saat itu belum berani bunuh diri, ia pun melampiaskannya dengan mengisi hari-harinya ikut kajian-kajian keagamaan. Tentu saja harapannya akan melegakan hatinya dan melepaskan semua kekecewaan yang menderanya selama ini. Atau merasa mendapatkan pencerahan.

Tapi ternyata, pengajian yang diikutinya membuatnya justru berani melakukan bunuh diri, atau bom bunuh diri. Bahkan diajarkan kebencian melawan pemerintahan, melawan aparat, mengthoghutkan pemerintah dan negara. Astagfirullah…

Ya Allah…lindungilah bangsa ini dari segala kebodohan dan baper akut. Lindungilah kami dari segala macam ajakan-ajakan menyesatkan. Yaa Allah…resapkanlah cinta dalam hati dan pikiran kami. Kalau bukan cinta dariMu, bagaimana kami bisa selamat dari segala macam tipu daya? apalagi tipu daya yang mengatasnamakan DiriMU.

Zakiah Aini hanyalah korban dari serentetan kekejaman dari para durjana yang gemar menjual agama demi kepentingan kekuasaan duniawi.

Adanya nama Ahok disebut dalam surat wasiat Zakiah, itu menandakan orang-orang seperti Zakiah berhasil didoktrin menjadi pembenci, lalu meningkat ke tingkatan yang sangat berbahaya yaitu terorisme.

Bukankah untuk menjadi teroris harus menumbuhkan rasa kebencian yang sangat mendalam? Dan ditumbuhkan pemahaman merasa yang paling benar dari semua keyakinan yang ada? Lalu dibuat pede bisa memberikan syafaat kelak jika mati karena bom bunuh diri atau mati menebarkan teror di dalam negeri.

Kebencian itu sudah lama tertanam. Pada pilkada DKI yang sangat brutal di tahun 2017, jelas sekali siapa-siapa yang seharusnya bertanggungjawab.

Tentu saja, bagi mereka yang sudah berkontribusi menjadikan pilkada DKI 2017 menjadi pilkada yang paling brutal di Indonesia, akan ramai-ramai cuci tangan. Mereka akan mencari-cari alasan dan merasa tidak ikut menyumbangkan benih-benih terorisme kepada generasi muda.

Para Durjana itu merasa tidak sedang menanamkan kebencian pada saat itu. Padahal inilah hasilnya, jangan-jangan mereka tertawa terbahak-bahak dalam hati karena sudah banyak korban serta merasa berhasil karena sudah ikut menyumbangkan suasana teror di negeri ini? Apakah ini adalah bentuk simbol ancaman yang akan mereka lakukan lagi?

Ada pun yang masih membela diri dan merasa tidak ikut berkontribusi menumbuhkan kebencian itu, melihat semua ini adalah manuver politik. Artinya politik di atas segalanya daripada kemanusiaan. Maka karena itulah, adu kelicikan tetap berkiprah. Tak peduli generasi muda menjadi korbannya.

Cara pembelaan mereka di depan media kalau bukan pencitraan dan sok peduli pada bangsa, juga bermain retorika. Mereka tetap mencari celah untuk menyalahkan pemerintahan saat ini. Dan berhubung Zakiah adalah perempuan, polisi pun disalahkan.

Jangan heran kalau ada yang menyalahkan polisi, misalnya pentolan FPI Munarman. Ia mengatakan di Channelnya Raffli Harun bahwa begitu murahnya nyawa sampai-sampai sosok perempuan muda ditembak mati.

Munarman sudah sering berbohong. Tidak bisa dipercaya, dan apa yang diucapkannya hanyalah upaya memperkeruh suasana. Jelasnya, Munarman pernah ikut hadir dalam acara ISIS, dan namanya jelas disebut oleh anggota FPI yang sudah ditangkap.

FPI adalah organisasi terlarang yang jelas-jelas sudah berkontribusi melahirkan terorisme. Organisasi yang menjadikan Islam sebagai topengnya. Organisasi yang telah menampung banyak pemuda-pemudi frustasi yang siap jadi korban-korban dari busuknya oknum politisi yang haus kekuasaan. Dan juga sudah menampung emak-emak stress yang salah satunya wajahnya mirip Si Tofa.

Kebencian yang timbul dalam organisasi terlarang ini, bukan karena mereka sangat miskin atau karena ingin menegakkan keadilan, tapi karena mereka diperdayakan secara seksama oleh si Bohir yang licik itu. Si Bohir telah menyuntikkan pupuk beracun (candu) demi ambisi berkuasanya. Si Bibieb dan para pengikutnya justru merasa gembira karena tidak menyadari mereka sudah diberi racun secara perlahan-lahan. Bibieb mengira, semua pemberian itu adalah tulus tanpa pamrih. Padahal, semua itu ada harga yang harus dibayar, bahkan nyawa para anggotanya.

Dan bukti nyata yang bisa disaksikan saat ini adalah seorang perempuan yang masih muda sudah menanamkan kebenciannya sehingga nekat melakukan tindakan yang sangat bodoh. Adanya surat wasiat yang menyebut nama kafir Ahok, adalah buah dari manuver politik identitas berbaju agama yang sangat brutal dan sangat kotor. Apakah ini belum cukup?

Tak peduli berapa banyak nanti korban lagi, yang penting demi kekuasaan bisa diraih? Demi kursi gubernur terus bisa dipertahankan? Demi proyek-proyek raksasa yang akan menjaga posisi kenyamanan hidup di dunia?

Bagitumi kura-kuraya, tabe’

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *