AGAMA ITU SEPERTI PASAR

Oleh Sumanto Al Qurtuby
Co-founder & director, Nusantara Institute

Wacana dan teks keagamaan itu seperti pasar atau supermall yang menyediakan banyak barang bagi para konsumennya, yaitu pengikut atau pemeluk agama yang beraneka ragam selera dan keinginannya. Mereka mau “belanja barang” (teks, wacana, dalil) apa saja ada di “pasar agama” itu.

Makanya jangan heran kenapa agama melahirkan aneka ragam corak pengikut: ada yang suka tasawuf, ada yang doyan politik, ada yang hobi dagang, ada yang gemar teologi, ada yang seneng ‘pekih’ (hukum), ada juga yang ketagihan ‘jihad’ dan seterusnya.

Sebagaimana anda akan membeli barang-barang yang disukai di pasar atau mall, anda pun akan cenderung membeli atau belanja ‘barang-barang’ yang anda gemari di “pasar/supermall” agama.

Oleh sebab itu:

Mereka yang hobi “fulustik” akan belanja barang-barang di pasar agama yang mendukung & memuluskan aksi-aksi “fulustik” mereka.

Mereka yang hobi menyelami relung-relung dunia spiritual akan belanja barang-barang di pasar agama yang mendukung dan memuluskan jalan bagi laku spiritual.

Mereka yang hobi menggali dunia keilmuan akademis akan belanja barang-barang di pasar agama yang mendukung dan memuluskan jalan bagi pengembangan dunia akademik-ilmiah.

Mereka yang hobi melakukan kejahatan (terorisme, kerusuhan, rasisme dlsb) akan belanja barang-barang di pasar agama yang mendukung & memuluskan aksi-aksi kriminal mereka.

Mereka yang gemar ngencuk dan kelon akan belanja di pasar agama barang-barang yang mendukung & memuluskan jalan bagi dunia perngencukan dan perkelonan. Begitu seterusnya.

Jadi santai aja. Nggak usah mayah-mayah, mrekungkung, atau jaim membela agamanya mati-matian kalau ada pengikut agama yang kebetulan seagama tapi sontoloyo dan tukang bikin onar.

Kalau kamuh, barang apa yang suka dibeli? Selain barang-barang diskon dan murah tentunya: seringgit seringgit seringgit🙊

fb Sumanto Al Qurtuby.