TANPA UANG, RIZIEQ DITINGGAL SENDIRI

Alifurrahman – Ketika permintaan Rizieq dikabulkan oleh hakim, yang ingin sidang dilakukan secara offline, ada banyak orang yang kecewa. Termasuk saya. Sampai saya bertanya-tanya, ini hakimnya udah masuk angin apa gimana?

Karena ini kan kasus hukum terkait kerumunan. Ya mestinya dilakukan secara online saja. Kalau dilakukan secara offline, bisa menimbulkan kerumunan baru. itu kan jadi kayak menyelesaikan masalah dengan masalah baru. Melunasi hutang dengan hutang ke orang lain. ya ga selesai.

Mestinya hakim tegar saja dengan rengekan Rizieq yang diam, atau mendadak shalat di ruang sidang. Biarin aja. Toh terdakwa memang punya hak untuk tidak menjawab atau melakukan pembelaan kok. Proses saja!

Saya juga kesal melihat euforia Munarman dan gengnya. Yang seolah-olah diberi kesempatan dan keadilan. Karena untuk orang kayak Munarman yang sudah menyebar propaganda hoax penembakan 6 orang FPI itu tidak pantas bicara soal keadilan.

Tapi ternyata, dengan dikabulkannya sidang secara offline, kita bisa memetik sebuah kesimpulan sempurna. Bahwa Rizieq itu tak memiliki massa. Yang datang demo di sidang Rizieq sangat sedikit. Hanya beberapa ekor saja.

Ini menunjukkan betapa kekuatan uang atau logistik, untuk memobilisasi massa, itu sangat penting peranannya. Tanpa uang, tanpa subsidi ongkos, tanpa bus gratis, ga ada massa yang mau datang bela Rizieq. Padahal Rizieq ini kan katanya imam besar, ulama dan seterusnya. Tapi tanpa uang, ya ga ada yang bela.

Sampai di sini kita bisa cukup lega. Karena bohir-bohir, yang biasa membiayai Rizieq sudah mundur. Maka amanlah negara ini dari demo besar-besaran.

Meski sebenarnya ini masih tarik ulur dan belum sepenuhnya clear. Karena kasus Rizieq ini mungkin hanya akan membuatnya dipenjara dalam waktu singkat. Sebelum 2024 sudah keluar dan koar-koar lagi. Siap kampanye SARA lagi.

Dan orang yang memanfaatkan Rizieq mungkin akan kembali membiayai, demi kepentingan politiknya, atau minimal kepentingan pertunjukan adu banyak massa. Hal ini penting dalam kampanye.

Tapi gapapa, soal kemungkinan buruk di belakang itu kita pikirkan nanti. Yang penting sidang berlangsung damai tanpa demo berarti. Yang penting Rizieq masuk penjara dulu. Perkara nanti keluar mau berulah lagi, ya nanti diproses lagi.

Selain itu, dalam pengamatan saya, Rizieq bukan hanya ditinggal oleh simpatisan tukang demonya. Bahkan pembelaan di sosial media, baik komentar atau tulisan opini para pendukungnya, jelas terasa tidak signifikan. Tidak ada bantahan atau pembelaan seperti biasanya.

Lagi-lagi ini membuktikan, bahwa kekuatan mobilisasi buzzer tanpa subsidi pulsa atau logistik, jadi tidak terasa apa-apa. Jadi Rizieq bukan sekedar ditinggal para pendemonya, tapi juga cyber army nya. Sehingga omong kosong kalau mereka selama ini mengaku berjihad atau membela ulama dan sebagainya.

Bagi saya ini cukup mengejutkan. Karena ternyata Rizieq sangat lemah sekali. Sangat bergantung pada logistik. Bandingkan dengan kasus Ahok dulu. Meskipun yang datang demo juga tidak seberapa, tapi pembelaan di sosial media sangat agresif. Banyak orang bersuara secara sukarela. Dan itu yang tidak dimiliki oleh Rizieq saat ini.

Pemerintah dan aparat kepolisian mestinya bisa memantau hal ini. Sehingga ke depan dapat melakukan tindakan yang lebih efektif dan efisien.

Pengerahan massa mestinya dilawan dengan pemotongan dana bohir. Baik dilakukan dengn cara perampasan atau perampokan di tengah jalan. Atau, menangkap bohir-bohirnya agar tidak bisa menyalurkan dana.

Karena sekarang terbukti. Tanpa logistik dan kekuatan uang, Rizieq kayak kerupuk kesiram air. Ditinggal sendiri tanpa pembelaan. Bahkan untuk banner aksi bela ulama pun sudah tidak ada lagi. Lihatlah bagaimana luar biasanya kekuatan logistik dalam menciptakan aksi demo.

Kalaupun sekarang masih ada demo, masih ada massa, tapi jumlahnya tidak signifikan. Hanya beberapa ekor saja. Ada kalangan emak-emak yang nampaknya memang berprofesi sebagai tukang demo, hadir di demo pilpres, sekarang demo Rizieq. Ya mungkin ini dari kalangan bohir kecil atau relawan yang duitnya ga seberapa itu. Cukup lah untuk membuat berita, daripada ga ada?

Terakhir, bagaimanapun pemerintah dan aparat tetap harus waspada. Karena politik ini dinamis. Bisa saja kelompok yang sekarang sedang terjepit malah memanfaatkan Rizieq. Ada kan? itu lho keluarga si itu. hehehe begitulah kura-kura.
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *