Xhardy – Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda Islam (GPI) melaporkan Presiden Jokowi dan Gubernur NTT Viktor Laiskodat ke Bareskrim Polri terkait kerumunan yang terjadi saat Jokowi melakukan kunjungan kepresidenan ke Maumere, NTT.
Sebelumnya sudah ada pihak lain yang melaporkan, tapi laporan tersebut ditolak.
Dan sekarang laporan polisi (LP) dari GPI tidak terbit.
“Begini, saya tidak berani menyatakan ini ditolak karena di saat saya meminta ketegasan, ‘apakah ini ditolak?’ tidak ada jawaban ini ditolak. Intinya, ‘silakan bikin laporan secara resmi’. Itu jawaban yang kami terima. Kalau ditanya tingkat kepuasan, jelas kami tidak puas dengan jawaban ini,” kata Ketua Bidang Hukum dan HAM PP GPI Fery Dermawan.
Fery mengaku tidak mendapat penjelasan soal tidak diterimanya laporan tersebut. Namun dia diminta membuat laporan secara resmi. “Intinya tadi kita sudah masuk ke dalam dan ini laporan masuk, tapi tidak ada ketegasan di situ. Jadi intinya bukti kita dikembalikan hanya ada pernyataan bahwasanya ini untuk diajukan secara resmi kembali. Makanya kita juga bingung bahasanya, secara resmi itu gimana? Apakah ini tidak resmi atau gimana? Ataukah ini apa, kita juga nggak paham,” keluh Fery.
Kalau mereka tidak puas dengan hasil laporan, kita juga tidak puas dengan mereka yang tanpa melihat situasi, perbedaan dan konteks dalam melaporkan presiden. Terkesan hanya pakai emosi dalam melihat peristiwa ini. Kalau mereka bingung, kita juga sama bingungnya, kenapa mereka bisa-bisa bikin laporan seperti ini?
GPI berharap kepolisian bisa memberi ketegasan dalam menolak setiap laporan yang masuk. “Peristiwa hari ini tidak keluarnya, tidak terbitnya LP dari Bareskrim ini bagian menjadi catatan kami. Semoga ke depan kalaupun ditolak kami punya suratnya atas dasar apa, pasal berapa,” kata mereka.
Saya jadi berpikir, mereka yang melaporkan presiden, apa niat sebenarnya. Apakah murni menegakkan hukum, atau sekadar benci dengan Jokowi atau memang kayak kelompok sebelah, apa pun itu tetap salah Jokowi dan Jokowi ujung-ujungnya harus turun?
Tadi saya baca artikel dari media tak jelas, yang mengutip seorang pakar hukum, yang menyebut Jokowi bisa dimakzulkan karena kasus ini. Gila bener. Media tak jelas, makanya saya tak perlu sebut namanya. Ujung-ujungnya mau Jokowi turun? Apa pun ceritanya Jokowi harus turun. Khas kelompok mana nih, hahaha.
Pemerintah melalui Sekretariat Presiden sudah membenarkan bahwa peristiwa itu terjadi di Maumere. Masyarakat saat itu sudah menunggu rombongan Presiden Jokowi di pinggir jalan.
“Benar, itu video di Maumere. Setibanya di Maumere, Presiden dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Bendungan Napun Gete. Saat dalam perjalanan, masyarakat sudah menunggu rangkaian di pinggir jalan, saat rangkaian melambat masyarakat maju ke tengah jalan sehingga membuat iring-iringan berhenti,” kata Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.
“Dan kebetulan mobil yang digunakan Presiden atapnya dapat dibuka, sehingga Presiden dapat menyapa masyarakat sekaligus mengingatkan penggunaan masker. Karena kalau diperhatikan, dalam video tampak saat menyapa pun Presiden mengingatkan warga untuk menggunakan masker dengan menunjukkan masker yang digunakannya,” kata Bey.
Jokowi baru bisa dianggap melanggar dan ditindak kalau misalnya undang warga di sana kumpul rame-rame dalam acara dangdutan, atau mengundang 10.000 orang di acara ultah cucunya. Namanya juga presiden yang sedang menjalankan tugasnya. Pastilah ada informasi atau pengumuman. Bahkan warga juga bisa tahu, berkat informasi dari media sosial. Bahkan tanpa diundang atau dilarang pun, warga pasti akan penasaran ingin melihat langsung presiden dari dekat.
Di video udah jelas, paspampres berusaha menghalangi tapi warga terus maju sehingga iring-iringan sempat terhenti. Jokowi bahkan ingatkan warga soal masker.
Jadi kalau ini dilaporkan? Tentu sangat membingungkan.
Saran aja sih, kalau laporan nanti benar-benar tidak diproses, coba tes lapor ke PBB, sekalian ke WHO. Atau lapor aja ke dunia internasional. Kalau mau cari sensasi, jangan tanggung-tanggung. Jadikan viral. Siapa tahu nanti disorot media, jadi populer dan diundang di acara TV. Lumayan jadi artis dadakan.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword