Rinto Simorangkir – Baru-baru ini Anies ternyata mendapatkan perhatian dari salah satu lembaga dunia yang berfokus kepada bidang transportasi. Nama lembaga tersebut adalah ITDP (Institute for Transportation and Development Policies). Mereka mengeluarkan atau merilis juara atau memberikan award setiap tahunnya kepada kota atau daerah yang paling sustainable atau berkelanjutan di dalam sistem transportasinya.
Alhasil DKI Jakarta di tahun 2021ini ternyata mendapatkan award di peringkat pertama dengan mengalahkan sejumlah nominasi dari kota-kota lain. Bahkan ketika mendapatkan anugerah atau award ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung menayangkannya secara live di ofisial youtube milik pemprov, supaya banyak orang yang mengetahuinya.
Dapatnya info ini setelah salah satu rekan penulis seword memposting berita tersebut. Langsung kroscek kebenaran akan dapatnya award tersebut. Benarkah dan valid kah yang memberikan award tersebut? Kemudian teman ini juga menanyakan, apakah yang sudah dibangun oleh Anies selama 4 tahun ini untuk DKI Jakarta? Sehingga menggelitik untuk menuliskan hal ini.
Bicara tentang kemajuan transportasi di DKI Jakarta tentu sudah lama dikerjakan oleh para pendahulunya. Seperti Trans Jakarta digagas oleh Sutiyoso. MRT dan LRT digagas dan oleh Jokowi dan Ahok. Dan kini Anies tinggal menikmati apa yang sudah ditinggalkan oleh para pendahulunya.
Artinya untuk proyek-proyek raksasa sudah lama dimulai dan diselesaikan oleh para pendahulu Anies. Tinggal menambah proyek receh seperti memperpanjang jalan untuk para pesepeda. Membuat pohon buatan yang kerlap-kerlip di taman-taman. Membuat monumen bambu yang wujudnya seperti orang yang lagi mesum. Terakhir mengecat sejumlah atap dan jalan-jalan tol supaya tampak lebih indah dan lebih asri.
Kemudian sempat berencana membuat event internasional yang sangat prestisius dan sangat tendensius untuk hadir di Jakarta. Balap e-formula yang katanya sudah membayarkan sejumlah fee untuk pelaksanaan event tersebut.Tapi akhirnya semua itu dibatalkan dan komitmen fee tidak bisa dikembalikan.
Untuk rencana balap e-formula tersebut tidak sedikit yang dikorbankan. Mulai dari mengaspal batu alam yang sangat langka di sekitar lapangan monas yang umurnya bisa lebih dari ratusan tahun. Sampai menebang pohon-pohon yang ada di sekitar kawasan monas yang bisa mencegah polusi udara. Dan sampai sekarang bekas dari batang-batang pohon yang sudah ditebang itu tak tahu dimana rimbanya.
Kembali ke model sustainable transport yang dimaksudkan oleh lembaga internasional tersebut, seperti TUMI yang sempat mensejajarkan nama Anies dengan Elon Musk. Maupun ITDP yang akhirnya mendaulat DKI Jakarta sebagai peringkat pertama yang mendapatkan award Sustainable transport tersebut.
Tentu akan membuat Anies kian berbunga-bunga untuk bisa menaikkan peringkat election poin di sejumlah survei-survei yang akan merilis terbaru hasil surveinya. Modal Anies untuk bisa menaikkan namanya ada di pemilihan presiden di tahun 2024 mendatang.
Banyaknya pengakuan internasional dan pengakuan orang-orang terdekatnya lewat award-award yang didapatkan tentu akan mendongkrak namanya bisa naik.
Tapi pertanyaannya sudah selesaikah permasalahan urban yang ada di DKI Jakarta? Benarkah transportasi yang ada di DKI Jakarta sudah jauh lebih baik bahkan sudah jauh lebih sustainable jika dibandingkan dari moda-moda transportasi negara-negara lainnya?
Terakhir masalah yang terjadi adalah banjir. Yang meskipun bukan hanya terjadi di Ibukota saja, tapi di daerah-daerah lain. Menimbulkan bukan hanya kerugian material bahkan juga sudah menelan korban jiwa. Bahkan dengan bangganya mengatakan ketinggian banjir yang sudah mulai berkurang dari tiga meter di tahun lalu dan kini hanya dua meter saja.
Munculnya banyak spekulasi apa penyebab banjir, tapi Anies enggan mengatakan bahwa itu adalah salahnya. Bisa pasti yang keluar dari mulutnya, itu adalah salahnya orang lain, salahnya daerah hulu dan mungkin menyalahkan alam mengapa hujan harus terjadi?
Tanpa harus membuat pembenahan-pembenahan seperti yang pernah ia katakan yakni mengerjakan naturalisasi sebagai pengganti normalisasi. Tapi kenyataannya, jangankan pelebaran sungai, pengerukan sungaipun oleh pengakuan sejumlah warganyapun menyatakan hal tersebut sudah jarang dikerjakan oleh Anies dan jajarannya.
Giliran mendapatkan award itu adalah hasil kerjanya. Sedangkan giliran mendapatkan masalah itu adalah kerja orang lain dan bukan kerjanya. Selalu mengkambing hitamkan orang lain.
JIka pemimpin yang sedemikian adanya, akan kemanakah bangsa ini kedepannya melaju jika dipimpin oleh watak-watak jahat seperti ini?
sumber: seword