Xhardy – Masalah banjir di Jakarta adalah masalah yang terjadi tiap tahun. Warga yang rumahnya terbiasa berlangganan banjir mau tak mau harus siap menghadapi ini tiap tahun.
Masalah banjir juga akan menjadi santapan empuk bagi siapa pun yang menjabat sebagai gubernur DKI. Ada yang menggunakan ini sebagai pencitraan untuk meraih simpati warga. Ada pula yang menggunakan ini untuk membodohi masyarakat dengan janji muluk yang pada akhirnya membuat seluruh warga kena getah kesengsaraan.
Baru-baru ini Jakarta kembali dilanda banjir. Sejumlah pihak saling memberikan komentar dan kritiknya atas banjir Jakarta, baik pihak yang pro maupun kontra.
Tapi siapa yang patut disalahkan dan harus tanggung jawab?
Hanya ada dua nama. Ada yang salahkan Anies karena lamban dalam bekerja. Tapi para pendukungnya sudah pasti salahkan Jokowi. Saling serang dan sindir tak terelakkan di dunia maya.
Sebenarnya kalau kita lihat pengakuan dan analisis berbagai pihak, jelas Anies adalah masalahnya.
Tapi beda dengan politisi PKS Hidayat Nur Wahid (HNW). Dia justru menyentil Presiden Jokowi dalam menanggapi soal banjir Jakarta. Alasannya adalah Jokowi dahulu pernah berucap soal banjir Jakarta yang akan lebih mudah diatasi saat dirinya menjadi Presiden.
“Filosofi menahan air banjir? Mungkin justru agar Warga Jakarta ingat kepada @jokowi, yang saat jadi Gubernur DKI pernah nyatakan bahwa banjir di Jakarta lebih mudah diatasi jika Jokowi jadi Presiden RI,” katanya.
Atas hal tersebut, HNW pun kini meminta pertanggungjawaban Presiden Jokowi atas pernyataannya dahulu. Dia menagih janji Presiden Jokowi untuk mengatasi masalah banjir dengan kekuasaannya sebagai Presiden seperti saat ini.
Pasalnya, saat ini, sudah menjadi tahun ketujuh kepemimpinan Presiden Jokowi sebagai kepala negara Indonesia. “Kini, sudah tahun ke 7 Jokowi jadi Presiden, bagaimana banjir di Jakarta, sudah diatasi?” tanya HNW.
Politisi tak berguna, asal ngomong aja. Mau bela Anies sampai segitunya. Ada baiknya HNW ini suruh Anies bercermin dulu. Atau ada baiknya juga sama-sama bercermin lah.
Jokowi memang lebih mudah atasi banjir jika kepala daerah yang bersangkutan mau diajak bekerja sama. Seandainya saat ini gubernurnya masih Ahok, mungkin Jakarta saat ini sudah hampir bebas banjir, atau banjirnya banyaj berkurang. Sinergi pemerintah pusat dengan pemerintah daerah sangat ditekankan.
Masalahnya, lihat deh Anies, sok gaya, sok pintar, cuma pintar berwacana dan eksekusi nol. Apakah HNW tidak bisa melihat itu?
Menteri PUPR aja bingung lihat kelakuan Anies. Bahkan pernah sekali, dua kali kalau tidak salah, Anies diundang untuk jelaskan soal naturalisasi sungai. Tapi yang datang malah wakilnya yang entah siapa, dan tidak paham apa yang dibicarakan. Habis itu, pembebasan lahan terhambat, sehingga normalisasi sungai tak bisa dilanjutkan. Bahkan baru-baru ini menteri PUPR pun sempat marah-marah karena ulah Anies yang sulit diajak bekerja bersama.
Apakah HNW paham soal ini? Kalau tidak paham, makanya tadi saya katakan silakan bercermin bersama-sama biar sadar konyolnya di mana.
Menurut HNW, permasalahan soal banjir di Jakarta bukan hanya permasalahan Pemerintah Provinsi Jakarta. Akan tetapi, Presiden Jokowi selaku presiden negara juga seharusnya ikut bertanggungjawab atas masalah banjir Jakarta ini. Presiden Jokowi selain pernah memimpin Jakarta juga pernah berjanji akan mengatasi banjir jika memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. Jokowi dinilai masih belum memberikan tindakan yang sesuai dengan pernyataannya dahulu saat masih menjadi Gubernur Jakarta.
Bukankah presiden sudah bekerja di hulu? Bagian Anies mana? Apakah maksudnya Anies mau enaknya aja, duduk santai, lalu terima hasil? Dan pada saat ada penghargaan dia yang paling cepat berdiri di barisan terdepan.
Coba HNW tanya Anies, apa kabarnya naturalisasi yang tak jelas itu. Apa maksudnya meniadakan normalisasi sungai? Dan apa maksudnya 3 tahun lebih naturalisasi bahkan masih belum jelas wujudnya?
Tanyakan lagi kepada Anies soal sumur resapan. Katanya target mau dibuat 1,8 juta sumur, tapi di beberapa media yang saya baca, malah baru siap 1.700 sekian sumur. Baru siap sekitar 0,1 persen doang.
Lebih baik ngaca dulu deh sebelum nyentil Pak Jokowi. Sudahlah tak bisa kerja masih dibela. Yang bela pun sama aja, dari partai itu lagi.
Bagaimana menurut Anda?
sumber: seword