SERAKAH! TERNYATA SEBELUM PACITAN, SUDAH ADA MUSEUM SBY DI MAGELANG!

Niha Alif – Tak bermaksud body shaming, tapi kenyataannya nafsu SBY serupa dengan badannya. Saat ia mengkritik keras soal bencana yang dihubungkan dengan keserakahan hingga mengabaikan lingkungan, lantas bagaimana dengan ia sendiri. Bukannya ijin pelepasan lahan hutan era SBY adalah terbesar kedua setelah Soeharto? Bisa-bisa kalau masa jabatannya sama dengan Soeharto, keserakahannya akan lebih banyak. Sebelum selesai masa jabatannya, SBY tak hanya minta ratusan milyar untuk rumah, tapi juga kemaruk soal museum.

Tepat sebelum tak menjabat, ia ternyata memiliki koleksi kisah keluarga dan kemiliteran di museum akmil Magelang. Meski sayangnya tak banyak orang yang tahu soal keberadaan museum ini. Mungkin karena itu, dirinya ingin membuat museum megah bak istana Bogor di Pacitan. Dana 9 milyar dari Pemprov Jatim tentunya hanya sumbangan kecil dibanding nilai pembangunan sebenarnya. Anehnya ketika dikritik soal masuknya APBD, Demokrat langsung berang dan menumpahkan kemarahan pada bangunan Graha Megawati.

Mereka pikir rakyat Indonesia bodoh seperti AHY. Sudah jelas Graha Megawati milik daerah yang berfungsi sebagai gedung pertemuan. Bupati Sri Mulyani sengaja menamai Megawati lantaran kekaguman pada sosok mantan RI 1 tersebut. Beda jauh dengan museum SBY dan museum SBY-Ani yang isinya benda-benda unfaedah seperti riwayat perjalanan SBY. Melihat keprihatinannnya di media sosial saja sudah bikin mual, apalagi disuruh mengunjungi secara langsung.

Dilansir dari kompas.com (18/2/2021) , ternyata tak hanya di Pacitan, Jawa Timur. ‘Museum SBY’ bahkan sudah berdiri di kota lain. Tepatnya di dalam Komplek Akademi Militer (Akmil) Magelang. ‘Museum SBY’ merupakan Museum Paviliun 5 Akademi Militer (Akmil) Magelang tersebut diresmikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa jam sebelum ia melepaskan jabatannya sebagai kepala negara pada Jumat (17/10/2014).

Paviliun bernomor 5A dan 5B yang ada di Kompleks Akmil Magelang tersebut menyimpan benda-benda yang berkaitan dengan Presiden RI ke-6 tersebut terutama saat dirinya menjadi prajurit militer pada tahun 1970-1973.

Paviliun tersebut tidak terlalu besar dan hanya berukuran 8×6 meter. Namun dahulu paviliun tersebut menjadi tempat tinggal ‘istimewa’ untuk taruna berprestasi.

Saat masuk ke pavilun, pengunjung akan disuguhi suasana kamar tidur SBY yang masih asli.

Di kamar tersebut ada tempat tidur kuno dari rangka besi lengkap dengan kasur kapuk dan bantal.

Sementara di dinding, terdapat foto-foto kenangan SBY dan istri, Ani Yudhoyono saat masih muda. Termasuk foto bersama anak-anaknya serta keluarga.

Di paviliun itu juga ada sebuah lemari kayu yang berisi seragam, tas ransel, sepatu, dan topi perang.

SBY pernah bercerita, ia pernah menyimpan roti di sebuah meja di paviliun tersebut.

Padahal jika ketahuan akan dimarahi oleh pelatih.

“Ini (meja) kami menyimpan roti. Kalau ketahuan pelatih bisa berat hukumannya, tapi saya jarang, yang sering dimarahi Pak Sjafri (Letjen Sjafrie Sjamsoeddin, Wakil Menteri Pertahanan),” tutur SBY sembari terkekeh dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 19 Oktober 2014.

Di samping kamar itu terdapat ruangan berisi alat perang dengan judul “Dari Timor Timur Hingga Bosnia”. Alat perang itu tersimpan rapi dalam etalase kaca memanjang.

Menuju ruang belakang paviliun, terdapat sebuah kamar mandi mungil yang sangat sederhana, berdinding semen dan closet jongkok.

Di beberapa sudut terdapat beberapa benda kesayangan SBY seperti sepeda onthel kuno, pakaian, tongkat kebesaran, hingga podium pidato kepresidenan dengan latar banner foto Istana Negara Jakarta.

Sedangkan di bagian belakang paviliun, para pengunjung akan disuguhi beragam tulisan tentang sepak terjang dan prestasi SBY sebagai kepala negara.

Pertanyaannya, kenapa SBY begitu serakah dalam mencitrakan dirinya? Apakah ini ada hubungannya dengan dinasti keluarga agar orang-orang tak cepat lupa? Kita semua tahu, SBY dan istri berambisi membuat sang putra jadi presiden penerus. Entah untuk ambisi berkuasa semata atau yujuan lain menyelamatkan sang adik dari kasus Hambalang. Yang jelas, AHY belum dan tidak pantas masuk terjun di politik. Heboh isu kudeta justru membuatnya terlihat bodoh dan jadi bahan bullyan.

Dulu memang Ani yang diplot sebagai presiden menggantikan SBY, tapi karena waktunya mepet, rencana diundur ke tahun 2019. Sayangnya posisi Jokowi terlalu kuat, hingga akhirnya ambisi AHY mundur ke 2024. Itupun tampaknya hanya ambisi fatamorgana karena ia tak jadi apa-apa. Pantas saja Andi Arief ngamuk-ngamuk saat Prabowo menggandeng Sandiaga. Ini adalah batu sandungan kedua setelah gagalnya AHY di pilkada DKI. Nasibnya sebentar lagi akan menyusul Amien Rais dan Gatot Nurnantyo sebagai gelandangan politik.

Kita aminkan saja kalau akhirnya Demokrat dikudeta dan ada KLB menggantikan AHY. Sudah terlalu muak kita disuguhi drama baper anak bapak hingga menantu. Biarlah mereka berkakhir dengan kehinaan suatu saat nanti. Karena negeri ini terlalu suci untuk dikotori orang-orang macam mereka. Jangan sampai ambisi keluarga mengalahkan kecintaan pada NKRI. Mereka yang bekerja dan memimpin dengan tulus akan dikenang dengan sendirinya tanpa harus ngotot membuat museum beserta segala warisan mangkrak di eranya.

Begitulah kura-kura

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *