MUSEUM SBY-ANY BUKAN UNTUK RAKYAT, BUKAN PROGRAM BERKUALITAS TAPI CUMA AMBISI EGOIS

Abu Daeng Al-Makasary – Ambisi dan ego pribadi klan Cikeas sangat kental sekali. Pembangunan museum SBY-ANI sangat jelas bukan untuk rakyat, meskipun Pemprov Jatim berharap museum ini akan menggerakkan ekonomi masyarakat. Apa menariknya museum SBY-ANI sehingga banyak orang yang mau datang? saya kira yang tertarik hanya orang-orang SBY yang terpaksa ikut suka apa yang disajikan SBY.

Andai saja Museum itu menampilkan kasus mangkrak Hambalang secara detail, pasti banyak yang akan hadir untuk menyaksikan kebenaran yang sesungguhnya. Atau pun kasus Century, pasti menarik sekali. Tapi kalau melihat foto-foto dan benda-benda koleksi khas orang-orang kaya, yahh…rakyat mah ogah.

Seberapa pentingkah Museum SBY-ANI bagi negara? bisakah negara maju dan menyelesaikan masalah-masalah sosial yang selalu saja bertambah? Bisakah museum itu mendatangkan devisa yang melimpah sehingga ekonomi meroket?

Saya kira para bule dari manca negara lebih tertarik wisata panorama alam yang eksotik dan budaya serta peninggalan-peninggalan sejarah bila dibandingkan dengan museum yang dibangun hanya untuk membesarkan ego pribadi atau keluarga.

Apalagi kalau museum itu hanya berkisah tentang kehidupan kesenangan mereka berdua atau keluarga Cikeas saja. Rakyat mah ogah, mending memajukan wisata alam seperti Bromo, Semeru, Kelud, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung, atau monumen Jenderal Sudirman, Permandian Banyu Anget, Pantai Teleng Ria, Pantai Serumi, Goa Gong, dan lain-lain.

Tempat wisata itu semuanya bermanfaat dan perlu pengelolaan yang lebih maksimal, tentu saja bagus buat masyarakat daripada buat museum yang hanya memamerkan galery koleksi pribadi dan framing pencitraan agar berharap semua kasus-kasus di zaman kekuasaannya bisa redup dan hilang begitu saja. Rakyat Indonesia tidak akan mau lupa, menolak lupa! atas segala kasus-kasus yang masih perlu ditelusuri dan didalami lebih lanjut.

Dan terkait duit 9 Miliar yang heboh itu, Bagi SBY, duit dengan sejumlah itu sangatlah amat kecil, yahh…kayak beli cemilan gitu. Bayangkan saya, sesuai data dari LHKPN bahwa kekayaan SBY tahun 2014 tanggal lapor 5 November yaitu Rp.25.368.048.460. Dua lima milyar? Catat!, itu dari tahun 2014, dan itu yang tercatat. Apakah ada yang tidak tercatat? Mmmhhh… sekarang sudah tahun 2021, apakah bertambah hartanya lagi?

Belum lagi AHY, Ibas, dan beberapa koleganya. Jadi kecil sih kalau 9 M untuk tambahan buat bangun museum. Beda dengan rakyat kecil seperti saya, dapat 100 juta sebulan saja sudah sangat Alhamdulillah. Wow Banget. Hehehe…

Tapi kenapa sampai Pemprov Jatim dikaitkan? apakah agar kesannya bahwa museum SBY-ANI itu sangat penting sampai-sampai Pemprov Jatim ikut “membantu”? Apa pemprov Jatim tidak terkesan abai para rakyat kecil sementara sangat peduli pada hal-hal prestisius gitu? Atau bisa jadi ini permainan SBY saja, duit itu bisa saja dari dia juga, wkwkwwk. Bisa saja kan? Sehingga ingin menimbulkan kesan bahwa museum itu “Wow Gitu” padahal isinya yahh…ngak menggairahkan bagi rakyat.

Tapi menurut kabar berita seperti yang dimuat kompas, bahwa Asal-usul dana Rp 9 miliar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pacitan yang diberikan kepada Yudhoyono Foundation itu, Bupati Pacitan Indartato mengatakan bahwa pernah mengusulkan dana bantuan itu kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

“Ceritanya dulu pemerintah daerah (Pacitan) mengusulkan kepada gubernur (Pemprov) untuk memohon dukungan,” kata Indartato di kantor bupati, Senin (15/2/2021). Percaya ngak?

Pemprov Jawa Timur ternyata mendukung usul dari Pemkab Pacitan tersebut “Oleh karena itu, Pemprov memberi bantuan. Namanya Bantuan Keuangan Khusus kepada pemerintah daerah untuk pembangunan museumnya Pak SBY,” terang Indartato. Catat pemirsa “Museumnya pak SBY” mmhh….museum untuk rakyat? bukan kan?

Pemprov Jawa Timur juga telah mencairkan dana bantuan keuangan khusus itu pada 9 Desember 2020. Setelah dana itu cair, Pemkab Pacitan memasukkan dana tersebut ke dalam ABPD 2021. Wow…wow…

Jadi meskipun telah dicairkan Pemprov Jatim, dana 9 M itu belum diserahkan ke Yudhoyono Foundation. Indartato menegaskan, masih ada urusan administrasi yang perlu diselesaikan sebelum dana itu dikirim. “Alhamdulillah uangnya keluar. Keluarnya sesuai dengan peraturan Pemprov Jatim. Dan sampai hari ini uangnya belum diserahkan,”

Lalu menurut Bendahara Umum Partai Demokrat Renville Antonio membenarkan Yudhoyono Foundation mendapatkan dana hibah dari Pemprov Jatim untuk pembangunan museum itu. Katanya SBY tak pernah meminta. Yah masa sih orang kaya minta-minta, apalagi cuma 9 M saja. Kalau orang kaya yang korupsi kayaknya sih ada ya?

Jadi mau minta atau tidak minta, itu ngak penting, pemprov disini pun kesannya cuma pro SBY atau orang kaya, bukan pro rakyat. Tentu pemprov punya kewajiban kepada rakyatnya daripada mengurusi Museum pribadi SBY, meskipun SBY mantan Presiden.

Ada atau tidak ada museum itu, nama SBY tetap tercatat sebagai orang yang pernah jadi presiden RI. Jadi ngak perlu-perlu amat sih, yang perlu itu Museum Nasional yang memuat sejarah para Presiden. Yang terpenting adalah bagaimana rakyat bisa diperhatikan dengan segala macam pelayanan yang berkualitas.

Museum itu terkesan ambisi pribadi, bukan untuk kepentingan rakyat secara umum, meskipun mengatasnamakan demi memajukan parawisata untuk ekonomi rakyat. Kan itu semua bahasa-bahasa yang sudah memuakkan rakyat. Rakyat ngak mau lagi dikibulin dengan hal-hal yang unfaedah.

Begitulah kura-kura…

sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *