JOKOWI MENUNGGU KRITIK DAN SARAN, BUKAN NYINYIR, FITNAH DAN PENGHINAAN

cak soed – Pada saat hari Pers Nasional Jokowi sudah tegas bilang bahwa beliau terbuka terhadap kritik, bahkan beliau meminta masyarakat untuk aktif mengkritiknya. Dan selama masa pemerintahan Jokowi lebih dari 6 tahun ini, sudah kita saksikan dan buktikan bahwa semua orang bebas mengkritik Jokowi. Tidak ada pengkritik yang ditahan atau ditangkap silakan saja buktikan kalau ada. Kalau jaman orba mungjink kalau mengkritik sudah hilang dari perederan dunia ini, Ini salah satu bukti bahwa Jokowi memang membawa transparansi dalam pemerintahannya dan terbuka terhadap kritik. Kalau ada segelintir manusia yang bilang Jokowi anti kritik, mungkin itu termasuk golongan manusia pekok dan tidak mensyukuri, karena apa? Ya dia aja masih bebas teriak-teriak Jokowi anti kritik. Ingat ya kritik bukan nyinyir atau menghina, kalau ada yang bilang “plonga plongo” itu jelas menghina dan jangan lupa kami pendukung Jokowi tidak akan diam.

Nah para penyinyir Jokowi ini jangan cengenglah kalau di Medsos dihajar oleh para pendukung Jokowi, medsos adalah media tempat kami bersuara, kalau kalian maunya bebas mencuit apa saja, masakan kami hanya diam saja? Sorry lah ya, didunia medsos kita sama, kita adalah netizen. Kita semua mempunyai kasta yang sama. Tidak perduli dia ahli ekonomi profesor atau mantan menteri sekalipun, di medsos mempunyai tingkatan yang sama. Ingat juga bahwa kami pendukung Jokowi orang baik itu tidak peduli bila disebut sebagai buzzer sekalipun, bahkan kami penulis di Seword ini tidak pernah mengharapkan imbalan apapun dari Jokowi, kami hanya dapat 3 rupiah perklik dari tulisan yang kami buat, bayangkan kalau diklik 10ribu kami baru dapat tiga puluh ribu rupiah saja (buat beli bakso tambah teh manis okelah) sayangnya banyak tulisan kami dibaca paling banter 3ribua saja, tapi uang bukan tujuan kami. Kami hanya ingin Indonesia maju dan sejajar dengan bangsa lain di dunia ini. Indonesia jangan termasuk negara terbelakang lagi, Indonesia bebas kadrun dan lebih toleran lagi. Itu cita-cita seluruh penulis Seword ini.

Kembali kepada kritik tadi, buka deh mata kita, hanya di masa pemerintahan Jokowi, orang-orang bebas menghina Presiden, gila kan, menghina ya bukan mengkritik, Bahkan ada yang berbaju religi tidak malunya dengan baju religinya dan sebutan tokoh agamanya dia menghina Jokowi di mimbar-mimbar keagamaan. Ini kan sudah level yang sangat parah, bagaimana mungkin tokoh agama kerjaannya menghina pemerintah. Ada juga partai yang kerjanya nyinyir terus terhadap pemerintah, nyinyir bukan kritik ya kritik jelas sekali menjelaskan kelemahan-kelemahan terhadap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, nyinyir hanya menjelekan saja seolah apa yang dilakukan pemerintah selalu jelek.

Jadi apa yang dihimbau oleh bapak Presiden kita Joko Widodo bahwa beliau menunggu peran aktif masyarakat untuk melakukan kritik, sebetulnya tamparan bagi orang yang selama ini bilang bahwa Jokowi anti kritik, tamparan juga bagi orang-orang yang selama ini berpikir bahwa mereka rajin mengkritik pemerintah padahal apa yang mereka lakukan adalah nyinyir dan menjelekan pemerintah. Jadi kalau ada narasi bahwa pemerintah membungkam kebebasan berbicara itu narasi yang sangat keliru, apalagi hal ini dinarasikan oleh tokoh yang pernah berada dalam satu kabinet dengan bapak Jokowi, maunya apa mereka menarasikan hal seperti itu. Tentu saja tujuan mereka ingin mendiskreditkan Jokowi, mau menggambarkan bahwa Jokowi adalah Presiden yang represif, jika itu yang mereka inginkan, jangan harap kami para pendukung Jokowi akan diam saja, kami mendukung Jokowi tanpa pamrih, mau disebut buzzer pun kami tidak perduli. Kami bekerja tanpa nasi bungkus kami bekerja memakai hati, orang baik akan mendukung orang baik, sederhana saja.

Jadi kalau ada partai yang teriak-teriak tertibkan buzzer, hendaknya mereka refleksi dululah, siapa yang pertama kali membentuk buzzer yang militan. Yang jelas kami para pendukung Jokowi terutama penulis Seword biasanya sudah siap disebut buzzer, kami buzzer yang mendengungkan kebaikan, toleransi dan berharap Indonesia akan menjadi negara yang maju, dan tidak lagi menggunakan politik identitas dalam proses demokrasinya.

Terakhir harap diingat ya, medsos alias dunia maya itu adalah dunia tanpa batas, semua orang berhak menyuarakan apa yang ingin disuarakan, jika ada mantan menteri yang merasa dibully, ingat itu didunia medsos semua berhak bersuara dan tanpa diorganisasikan pun semua orang bebas berpendapat, jadi jangan baperanlah di medsos, kalau tidak siap berbeda pendapat ya tidak usah bermedsoslah. Sederhana bukan, karena kalau minta pemerintah mengendalikan para buzzernya, mohon maaf kami tidak dikendalikan oleh pemerintah, sekali lagi kami dikendalikan oleh hati kami, untuk mendukung hal-hal yang baik. Itu ajalah.
sumber: seword

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *