KISAH PERCAKAPAN AYAM DAN SAPI, ANTARA LELUCON DAN PESAN MORAL

Aboeyy – Kisah Percakapan Ayam dan Sapi ini mungkin sudah basi, karena sudah sering dipublikasikan di berbagai media sosial. Namun hingga saat ini, Ane tidak mengetahui siapa penulisnya yang asli.

Meski tidak aktual lagi, Ane pikir ada yang terlupa dari cerita tersebut, yaitu pesan moral yang terkandung di dalamnya. Selama ini mungkin orang yang membaca cerita tersebut hanya menganggapnya sebagai lelucon, humor, anekdot, atau apalah, yang pada intinya hanya sebagai hiburan saja.

Namun jika dicermati dengan seksama, ternyata di dalamnya terdapat pesan moral yang mungkin tidak pernah kita dengar dari guru di bangku sekolah, atau dari ustadz di dalam ceramah. Kalau menurut Ane, ini namanya “Ilmu Alam”, yakni ilmu yang diperoleh dengan memperhatikan fenomena yang terjadi di alam sekitar. 

Oke, sebelum membahas pesan moral tersebut, kita simak ulang dulu ceritanya yang sudah Ane gubah dan edit sedikit untuk penyesuaian:

Suatu hari, ayam dan sapi bertemu di sebuah padang rumput, lalu terjadi percakapan antara keduanya:

Sapi: Hai Sob! Ngapaian kamu tampak murung begitu?

Ayam: Iya Sob, soalnya Ane lagi sebel banget nih dengan yang namanya manusia!

Sapi: Lah emangnya ada apa dengan manusia, Yam? Apa mereka melakukan pelecehan se*ual terhadapmu? 

Ayam: Bukan begitu, Pi. Mereka sih sebenarnya baik ama Ane. Cuma dalam hal-hal tertentu, sikap mereka sungguh sangat menyakitkan.

Coba loe bayangin, gue makan beras yang berserakan di lantai atau di halaman rumah saja diusir-usir. Padahal kurang apa lagi jasa kami terhadap mereka.

Hampir setiap hari daging dan telur kami mereka santap. Tapi saat kami buang kotoran sedikit aja di teras rumah mereka, kami langsung dicaci maki dan disambit pake sandal.

Kalau mereka berbuat kesalahan, selalu kami yang dijadikan “Ayam Hitam”, misalnya:

Tulisan jelek dikatakan “Kayak Cakar Ayam”.

Tidak bisa tidur nyenyak, selalu dibilang bagai “Tidur Ayam”.

Lagi hilang semangat, mereka sebut itu “Angat-angat Tai Ayam”.

Dan parahnya lagi, jika mereka masak telur ayam, eh malah mereka bilang “Telur Mata Sapi”.

Di situ kadang Ane merasa sedih, kata ayam mengakhiri curhatnya.

Sapi: Derita loe itu tak seberapa kalo dibanding gue.

Ayam: Emangnya loe diapapin sama manusia?

Sapi: Coba loe pikir! Setiap hari susu gua dielus-elus, diremes-remes, dan dipencet-pencet, dan diambil lagi air susu gue, tapi sampai sekarang gue tak pernah dinikahin. Emangnya gue sapi murahan apa?   

Dari cerita tersebut, pesan moral yang terkandung di dalamnya menurut Ane adalah:

1. Ternyata moto “Ikhlas Beramal” itu lebih dulu dipakai oleh Hewan daripada Kemenag. 

2. Ternyata pepatah “Air Susu Dibalas Air Tuba” itu lebih dulu dirasakan oleh hewan ketimbang manusia. 

3. Ini serius lho ya! Setiap sesuatu itu pasti punya kelebihan. So, jangan merendahkan orang lain seperti apapun keadaan dia. Pandailah bersyukur dan berterima kasih terhadap orang lain, semisal terhadap pembantu, pengemis, atau orang yang di bawah kita. Sebab tanpa mereka, kita bukan siapa-siapa.
*
Itulah tiga pesan moral yang terdapat di dalamnya. Selebihnya silakan GanSis tambahkan sendiri, soalnya Ane udah capek mikir dan nulisnya.  (*)
sumber: kaskus

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *