Manuel – Pembubaran FPI dan memenjarakan Rizieq di dalam berbagai kasus yang ia buat, membuat bangsa ini lebih tenang dan berpengharapan dalam langkah maju. Langkah maju Joko Widodo membangun bangsa ini, tidak lepas dari berbagai strategi yang ia susun dan rancang rupa.
Saat ia disumpah menjadi presiden Republik Indonesia di tahun 2014, dia berikhtiar dan bersumpah untuk menjalankan amanat rakyat. Doing amanat rakyat bukan hal yang mudah. Apalagi di negara Pancasila yang memiliki homogenitas keagamaan yang cukup seragam.
Gerakan Joko Widodo dalam menjalankan amanat rakyat dan sumpah setia kepada NKRI sebagai panglima tertinggi di negara ini, sangat indah. Jokowi sangat sulit menangkap secara instan. Jika melihat gerakan instan dari Jokowi alias tindakan seketika , maka kita lihat Jokowi masuk akal.
Tapi di dalam lambatnya, ada perhitungan yang begitu mendalam dan mendarat. Jokowi tidak mudah menjadi presiden di tahun 2014. Kubu Prabowo sudah menggebuk orang ini sejak awal. Apalagi sejak ia mencalonkan diri jadi Presiden saat ia menjadi gubernur usungan Gerindra bersama dengan Ahok.
Akan tetapi, rakyat tetap bersamanya. Rakyat tetap mendampingi Joko Widodo, untuk maju ke pertarungan melawan Prabowo yang punya rekam jejak nggak jelas. Jokowi datang membawa harapan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ya. Seluruh rakyat Indonesia.
Tentu FPI sebagai anjing penyerang dari politisi, ikut serta dalam keadaan pada saat itu. Jokowi di-PKI-kan. Ahok dikafir-kafirkan. Puncaknya ada di tahun 2016, saat Pilkada DKI Jakarta dihelatkan. Perhelatan pertarungan antara Ahok dan Anies, diisi oleh duka dan sobekan mendalam kepada pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika di bawah kaki Garuda.
Negara ini membara. Kontestasi politik DKI Jakarta diwarnai dengan umpatan, ujaran kebencian dan provokasi busuk saling SARA. Dilakukan oleh Rizieq dan FPI. Selain itu masih ada nama-nama yang saya enggan untuk sebutkan, karena takut diciduk. Ha ha ha. Tapi kita serang saja FPI dan Rizieq.
Pada saat Ahok digempur oleh Anies, FPI dan Rizieq, diam Jokowi. Jokowi tidak banyak bicara. Bahkan sampai ada suara-suara miring dari kubu pendukung Ahok garis keras yang mengatakan Jokowi berpihak kepada Anies. Jokowi saat itu tidak lagi di Jakarta.
Semua tujuan yang dibuat oleh Rizieq pun dilakukan. Ahok seolah-olah jadi tumbal. Tumbal politik, demi stabilitas negara ini. Pada akhirnya, Ahok pun dipenjara. Dipenjara di saat Joko Widodo seolah tidak berdaya menyelamatkannya. Semua bertanya-tanya arah politik Ahok. Ahok pun diam. Dia tidak mau gegabah.
“Pak Ahok, sahabatmu, Pak Jokowi kok diam?”
Kira-kira begitu pertanyaan yang dibangun oleh media, saat Ahok dipenjara. Seolah Jokowi bisa membantu Ahok. Tapi sekali lagi, Ahok diam. Dia diam dan tidak banyak bicara. Doing hari-hari tidak adil itu di Mako Brimob. Terorisme pecah di dalam. Ahok pun mengatakan dirinya baik-baik saja.
Semua peringatan bangsa ini dimulai dari Ahok. Saat Ahok bebas, dia mendukung Jokowi dan Ma’ruf Amin. Publik lega. Jokowi dan Ahok tetap menjadi sahabat. Sahabat dan tidak terpisah oleh kesulitan. Satu ibu kandung, yaitu Ibu Pertiwi. Visi mereka satu. Indonesia maju.
Akhirnya, waktu berlalu, urutan FPI semakin mengenaskan. Rizieq di Arab. Badai pandemi pun datang. Angin sepoi-sepoi menghampiri Rizieq. Dia dibelai oleh angin surga dari Indonesia. Ada orang yang datang, menjamin Rizieq pulang aman, bisa dihancurkan rezim zalim. Namun apa hasilnya?
Rizieq hancur, 4 status tersangka langsung diberikan. Polda Metro Jaya diganti jadi Fadil Imran. Panglima TNI fokus pada target untuk menghancurkan Baliho. Hancur, kena Covid, diam-diam, ngumpet. Merasa masih besar. Pada akhirnya, dia jadi pecundang, siap membusuk.
Kita tahu bahwa jika FPI masih ada sampai saat ini, pasti vaksinasi sulit. Karena vaksin perawatan sama si Felix penjual Khilafah itu sebagai konspirasi Yahudi. Apalagi Jokowi divaksinasi. Jokowi bisa didemo karena kemakan konspirasi. Indonesia terancam rusak.
Jika FPI masih ada, penunjukkan Kapolri akan sangat banyak. Kapolri pilihan Jokowi adalah Listyo Sigit. Agamanya Kristen. Pasti bakalan didemo. Ya sekarang tinggal MUI aja nih yang harus di- “segerakan”. Maka, sekarang saya melihat waktu Tuhan tidak pernah salah. Satu lagi, jika FPI masih ada….
Tentu bangsa ini sulit untuk maju bukan?
Begitulah tanya-tanya.
sumber: seword