MEDAN (Waspada): Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah (PD) Pasar Medan Benny Harianto Sihotang mengatakan, untuk pemindahan pedagang grosir maupun eceran yang berjulan di Pusat Pasar seputaran Jln. Sutomo ke pasar induk Tuntungan di Kel. Lau Cih, Kec. Medan Tuntungan, membutuhkan waktu sosialiasi selama dua bulan.
Sosialiasi sendiri, lanjut Benny, diperuntukkan untuk memberikan informasi sejalan dengan perampungan pasar induk yang menyediakan sebanyak 1.150 unit kios yang terbagi dengan grosir, sub grosir, dan kios. “ Kita akan melakukan sosialisasi intens kepada pedagang selama dua bulan, itu untuk memberikan informasi ke pedagang, “ ujarnya kepada Waspada, Minggu (13/1).
Benny mengatakan, dengan direlokasinya pedagang, maka seputaran Jln. Sutomo menjadi bersih. “Memang tidak mudah untuk memindahkan pedagang, namun kita tetap berusaha. Dalam sosialisasi nanti akan memanggil ketuaketua pedagang pasar,” katanya.
Selain itu, tambahnya, banyaknya jumlah pedagang yang ada akan masuk ke Pasar Induk 1.150 kios, dan bisa ditambah kapasitasnya menjadi 1.300 unit. “Kan masih ada tempat kosong jadi bisa kita tambah sampai 1.300 unit,” sebutnya seraya mengatakan sosialisasi akan dibagi dalam tiga gelombang.
Wali Kota Medan Rahudman Harahap mengatakan, akan memperkenalkan pasar induk Tuntungan kepada pedagang dengan membawa mereka melihat kondisi pasar yang diklaim terbesar di Sumatera. “Nanti kita bawa pedagang untuk liat kondisi pasar induk, “ katanya.
Berdasarkan data dari PD Pasar, jumlah pedagang ada sekitar 200 truk yang berisi sayur dan buah yang membongkar muatannya di kawasan tersebut. Kehadiran truk itu untuk memenuhi permintaan para grosir sayur dan buah untuk selanjutnya dijual kepada para pedagang. Aktifitas ini berlangsung sampai pagi hari. Selain menyebabkan kesemrawutan lalulintas, para grosir dan pedagang meninggalkan tumpukan sampah yang menyebabkan seputaran Pusat Pasar sangat jorok dan kumuh.
Menurut Rahudman, kondisi tidak harus menyalahkan para pedagang grosir. “Jadi jangan pernah menyalahkan mereka. Saya yakin jika disediakan infrastrukturnya, mereka pasti tidak akan berjualan di tempat ini,” tuturnya.
Meski begitu, kata Rahudman, hal ini tidak bisa dibiarkan berlarutlarut. Apalagi jumlah para pedagang setiap harinya bertambah. Jika dibandingkan ketika melakukan penataan beberapa waktu lalu, pertambahan pedagang sampai saat ini sangat luar biasa.
“Kita tidak mengenal kata penggusuran tetapi jangan sampai kepentingan masyarakat banyak sebagai pengguna jalan terganggu akibat aktifitas jual beli ini. Artinya, Jln. Sutomo ini sebagai jalan protokol harus bebas dari pedagang sehingga tak mengganggu aktifitas warga,” ungkapnya.
Rahudman yakin para grosir, sub grosir, maupun pedagang bisa memahami ini. Yang terpenting bagaimana pemerintah bisa menyediakan infrastruktur yang baik bagi mereka untuk melakukanm aktifitas jual beli. Kita harus dukung dan bina mereka sehingga usaha kecil ini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Sementara itu, pedagang di sana mengakui kehadiran mereka berjualan di kawasan itu menyebabkan terjadinya kesemrawutan lalulintas. Karenanya, tidak menolak untuk direlokasi, namun Pemko Medan harus memikirkan nasib para pedagang. “Kalau kami direlokasi, saya takut pelanggan jauh berkurang. Sebab, para pelanggan langsung naik ke Brastagi untuk membeli sayur dan buah langsung dari petani,” ujarnya. (m50)
sumber: waspadamedan