MedanBisnis – Medan. Sebagai upaya menunjang pencapaian target surplus beras nasional 10 juta ton tahun 2014, sekitar 12.000 hektare irigasi potensi pertanian di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat akan dibangun. Dengan irigasi yang mantap, produksi pertanian di Langkat diharapkan mengalami peningkatan secara signifikan.
Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara (Distan Sumut), M Roem, mengatakan, sarana irigasi merupakan syarat mutlak keberhasilan pertanian masyarakat.
“Jika areal persawahan irigasinya kurang baik, maka produksi padinya lebih sedikit dibandingkan dengan areal persawahan yang irigasinya baik. Karena itu, pemerintah memberikan perhatian yang lebih dalam terhadap perbaikan sarana dan prasarana pertanian. Kalau irigasinya kurang baik, produksi pertanian kita bisa terancam,” katanya kepada MedanBisnis, Kamis (1/11) di Medan.
Langkat, kata dia, merupakan salah satu sentra produksi padi di Sumut selain Deliserdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Karo dan Mandailing Natal. “Di Kecamatan Secanggang, potensi areal sawahnya seluas 12.000 hektare yang mana jika didukung dengan pembangunan irigasi yang baru, akan menghasilkan produksi padi yang sangat signifikan,” ujarnya.
Hingga Juli 2012, kata Roem, produksi padi di Langkat mencapai 199.800 ton, dengan tingkat produktivitas 47,56 kuintal per hektare. “Selain membangun irigasi baru, peningkatan produktivitas juga didukung dengan pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk daerah-daerah yang mempunyai intensitas pertanaman (IP) seluas 25.000 hektare serta bantuan langsung pupuk,” kata dia.
Dikatakan Roem, untuk pertanaman Oktober – Desember, pihaknya telah meningkatkan alokasi pupuk bersubsidi. Alokasi tersebut lebih tinggi daripada periode Januari – September. Misalnya untuk pupuk SP 36, dari 34.646 ton, menjadi 55.410 ton. Pupuk ZA, dari 39.684 ton menjadi 51.000 ton. Pupuk NPK, dari 84.895 ton menjadi 144.000 ton. Pupuk organik, dari 18.721 ton menjadi 34.600 ton. Sementara itu pupuk urea tetap 113.134 ton.
Selain itu, yang tidak boleh dilupakan kata Roem, adalah meningkatkan pengawalan terhadap perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT), meningkatkan sarana pengendalian OPT dan mengefektifikan Kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida di semua tingkatan. “Serangan hama tikus hingga kini masih saja menyerang pertanaman padi petani dan menyebabkan 40 hektare mengalami puso,” ujarnya. (dewantoro)
sumber: medanbisnisdaily