Kabanjahe-andalas Kesehatan merupakan unsur penting dan merupakan elemen konstitutif dari kehidupan seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi telah menjadi kebutuhan mendasar dan tentunya menjadi kewajiban pemerintah dalam upaya pemenuhannya. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan kebijakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Sayangnya, pelayanan Jamkesmas di Rumah Sakit Umum (RSU) Kabanjahe sangat menyedihkan. Bukan sekali dua kali saja didengar keluhan pemegang kartu Askes (asuransi kesehatan) yang merasa diperlakukan diskriminatif di RSU Kabanjahe.
Ramli Manihuruk pasien pemegang kartu miskin, Selasa siang (30/10) mengungkapkan kekecewaanya kepada sejumlah wartawan di Kabanjahe. Menurut Ramli, pelayanan kesehatan RSU Kabanjahe, sungguh diluar dugaanya. “Saya tidak menyangka, pemegang kartu Askes tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya. Setelah apa yang saya alami, baru saya percaya,” ujarnya polos.
Dikatakan, setelah mengurus kartu Askes dan menyampaikannya ke bagian Center Askes RSU Kabanjahe, dia dibawa ke bagian Poli dalam. Anehnya lagi, bukan diperiksa secara medis malah sekedar ditanya-tanya saja seputar penyakit saya yang sudah komplikasi, ujarnya merasa diterlantarkan.
Pukul 12.00 WIB siang baru datang dokter yang saya tidak tahu namnya, tiba-tiba memberikan resep obat. Setelah membeli obat sesuai resep yang diberikan, kembali saya datangi RSU Kabanjahe dengan harapan mendapat perawatan intensif termaasuk memperoleh perawatan inap. Tapi bukannya saya dirusuh rawat inap, justru saya disuruh pulang.
“Kalau tahu begitu, buat apa saya capek-capek “di ping-pong” ngurus kartu Askes,” ujarnya kecewa.
Ketika hal itu dikonfirmasikan ke Direktur RSU Kabanjahe, dr Tery Surbakti yang kebetulan tidak berada di kantor dan mengaku lagi berada di Medan, melalui pesan singkat (SMS) mengatakan, pihaknya mengutamakan pelayanan Jamkesmas. Namun apa yang dikatakannya sangat bertolak belakang dengan apa yang dialami pasien Jamkesmas, Ramli Manihuruk.
Terpisah anggota DPRD Karo, Sentosa Sinulingga ketika dimintai komentarnya mengecam pelayanan kesehatan, khususnya pemegang kartu Askes yang tidak dilayani dengan baik.
Apalagi untuk pelayanan Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin),urusan administrasi hingga realisasinya sangat ruwet (berbelit-belit), sehingga menyulitkan para pemegang Askes ini.
Menurut politisi Gerindra ini, diskriminasi dialami pemegang Askes juga terjadi pada pelayanan obat, karena tidak semua jenis obat masuk dalam layanan Askes, sehingga yang bersangkutan harus membeli obat sendiri. Lucunya lagi, ada apotik milik RSU Kabanjahe, tapi obatnya tidak ada, sehingga masyarakat harus keluar membeli obat.
“Kesehatan adalah komponen pembangunan memiliki nilai investatif, sebab berbicara tentang kesehatan akan membicarakan juga tentang ketersediaan tenaga siap pakai dalam hal ini SDM sehat dan produktif mutlak dibutuhkan,” tegas Sentosa.
Pelayanan diskriminatif terhadap pemegang askes sebenarnya tidak beralasan dan tidak perlu terjadi, karena selama ini mereka membayar kewajibannya dengan baik, hanya saja tidak melalui kasir di rumah sakit, tapi melalui penarikan iuran Askes setiap bulan.
Begitu pula untuk pemegang Askeskin juga memperoleh pelayanan yang tidak menyenangkan dan cenderung diskriminatif. “Padahal mereka sudah dijamin pemerintah,”ujarnya sembari minta agar bupati mengevaluasi Direktur RSU Kabanjahe. (RTA)
sumber : harianandalas