KINERJA DIREKTUR RSU KABANJAHE DIPERTANYAKAN

Kabanjahe-andalas Setelah pergantian pucuk pimpinan Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Kabanjahe dari dr Suara Ginting ke dr Tery Surbakti, pelayanan RSU milik Pemkab Karo itu dinilai bukan semakin baik, justru semakin memprihatinkan.

Hal itu terungkap saat sejumlah keluarga pasien mengungkap keprihatinannya terkait kondisi RSU Kabanjahe, kepada sejumlah wartawan, Rabu (31/11).

Sangat disayangkan bangunan RSU Kabanjahe ini kelihatan megah dari luar. Tapi didalam sangat mengecewakan. “Bangunan” tenaga medisnya sangat tidak bersahabat. “Mulai dari dokter memeriksa pasien yang hanya satu kali dalam sehari di atas pukul 11.00 WIBg, peralatan tidak memadai seperti alat ukur tensi, sampah berserak di mana-mana,” ujar keluarga pasien di ruang lima yang enggan menyebut identitasnya.

Di ruang lima, yang merupakan ruang rawat inap pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) jangan berharap dilayani dengan baik.” Mulai dari bantal, selimut sama sekali tidak ada, minta air putih untuk minum pasien pun susahnya minta ampun,” bebernya.

Hal senada dikatakan keluarga pasien yang lain. A Br Sembiring (51) mengaku kesal dengan pelayanan RSU Kabanjahe. Lebih gawat lagi bila malam hari. “Saat kita panggil perawat atau tenaga medis, yang datang malah mahasiswi Akademi Perawat (Akper) yang lagi Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSU yang datang. Itupun setelah kita capek bolak-balik memanggilnya. Coba bayangkan, mahasiswi PKL yang memeriksa pasien, makin tambah parahlah jadinya penyakit kita, karena dihantui perasaan was-was,” ketusnya.

Bahkan barang-barang milik keluarga pasienpun sering kehilangan. “Makanya kalau ada keluarga kita dirawat di sini, hati-hati kalau malam hari,” ungkapnya.

Bukan saja soal pelayanan kesehatan yang disorot berbagai elemen masyarakat, sarana dan fasilitas juga dinilai tidak layak lagi dan tidak tertata dengan baik. Parahnya lagi, dokter yang memeriksa pasien juga tidak dispilin dengan waktu. “Seharusnya dia datang pukul 08.00 WIB, tapi dokter datang pukul 10.00 atau 11.00 WIB siang,” ujarnya.

Hal lebih ekstrim dikatakan salah seorang warga Kabanjahe, Rakut Tarigan (48). Sales obat bebas keluar masuk ke ruang rawat inap pasien menemui dokter yang sedang bertugas. “Lucunya lagi, dokter-dokter RSU Kabanjahe terkesan “tunduk” kepada sales-sales obat yang menawarkan beragam jenis obat, dengan meninggalkan pasien,”ujarnya.

Siang hari saja, bulu roma bergidik melihat bangunan kamar mayat. Ini bangunan paling ujung selatan RS. Sebelumnya kita harus terlebih dahulu melewati dapur umum dan kamar cuci pakaian. Keduanya keadaannya tidak layak pakai lagi.

Kendati RSU ini telah tersedia alat EKG, Radiologi, USG, Endoskopi, dua buah Hemodialisa (alat cuci darah), Blood Bank (bank darah) namun warga Kabupaten Karo kelas “berduit” lebih banyak dirawat dan berobat ke Penang seperti RS Lam Wah Ee dan RS Adventis, Malaysia maupun ke Singapura.

Ketika hal itu dikonfirmasikan kepada Direktur RSU Kabanjahe, dr Tery Surbakti, Rabu (31/10) di ruang kerjanya membenarkan beragam keluhan terkait pelayanan rumah sakit milik Pemkab Karo yang dipimpinnya.

“Salah satu visi saya kemari untuk membenahi itu semua. Secara bertahap, kita benahi terus. Namun soal kebersihan, rumah sakit ini sudah jauh lebih bersih,” kelitnya.

Menyinggung kedisplinan dokter specialis, itu ada aturannya. “Profesi dokter tidak bisa disamakan dengan PNS. Namun demikian, tanggungjawab moral tetap kita utamakan melayani pasien,” pungkasnya. (RTA)
sumber : harianandalas

This entry was posted in Berita, Berita dan Informasi Utk Takasima, Informasi Untuk Kab. Karo. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *