SEKILAS TENTANG GURO-GURO ARON

Suku karo merupakan suatu suku yang ada di Indonesia, suku karo tinggal di tanah karo. Dalam suku karo memiliki berbagai macam kesenian mau acara pesta, yang dimana salah satu dari acara pesta Suku Karo adalah Guro-Guro Aron. Guro-Guro Aron berasal dari dua kata yaitu Guro-guro yang artinya pesta namun bisa juga diartikan main-main, dan Aron yang berarti Muda-Mudi. Namun, kata-kata Guro-guro Aron ini didepannya sering ditambah kata Gendang yang berarti pesta dan upacara. Sehingga Gendang Guro-guro Aron dapat diartikan sebagai suatu pesta permainan Muda-mudi. Yang dimana dalam hal ini acaranya merupakan suatu tari-tarian yang dimainkan oleh para pemuda-pemudi Tanah Karo.

Gendang Guro-Guro aron biasanya dilaksanakan bersamaan dengan pesta adat pada saat musim panen telah tiba, yang dimana pada awalnya pelaksanaan Gendang Guro-Guro ini bertujuan sebagai suatu upacara ucapan syukur karena telah member hasil panen yang melimpah, dan berharap panen besoknya dapat berjalan dengan baik. Pada awalnya, acara Gendangn Guro-guro Aron diiringin oleh gendang silima sedalanen yang merupakan alat musik khas karo yang terdiri atas Sarune, gendang singundungi, gendang Singanaki, Gong dan Penganak. Namun sejalan waktu yang telah berkembang dan modern, Gendang Guro-Guro Aron diiringin oleh Key Bord.

Dalam pelaksanaannya Gendang Guro-Guro Aron, memiliki beberapa syarat yang harus dilaksanakan, yang dimana syarat-syarat dalam pelaksanaan Gendang Guro-Guro Aron itu adalah sebagai berikut;

– Pengulu Aron dan Kembarahen Aron

Pengulu Aron dan Kembarahen Aron adalah seorang pria dan wanita yang memimpin Gendang Guro-Guro Aron, yang dimana Pengulu Aron berasal dari pemuda yang berasal dari keturunan Simantek Kuta ( yang mempunyai Kuta), dan Kemabarahen Aron berasal dari seorang wanita yang berasal dari keturunan Kalimbubu Kuta, tetapi juga bisa Pengulu Aron berasal dari pemuda keturunan dari Anak Beru Kuta, dan Kembarahen Aron berasal dari pemudi dari Simantek Kuta.

Pakaiana yang digunakan oleh Pengulu Aron dan Kembarahen Aron menggunakan pakaian pengantin adat Karo yaitu Ose emas, namun diatas tudung Kembarahen Aron dipakaikan Bunga Empalas yaitu ruas buluh laga yang dialis dan diurai sehingga menyerupai bunga pinang atau dalam bahasa karonya Minang. Selain itu juga, kembarahen Aron pada saat acara Guro-Guro Aron akan membawa sebuah tikar kecil (amak cur) sebagai tempat duduk.

– Simantek Guro-Guro Aron

Simantek Guro-Guro Aron adalah pemuda atau pemudi dari suatu desa yang ikut sebagai perserta atau pelaksana Guro-Guro Aron, yang dimana Simantek Guro-guro Aron ini bekewajiban untuk membayar biaya yang telaah ditentukan dalam suatu musyawarah.

– Pengelompokan Aron

Pengelompokan Aron adalah pengelompokan yang berdasarkan berunya masing-masing, sedangkan kaum pemuda harus duduk berdasarkan bere-berenya. Tujuan dari pengelompokan ini adalah agar tidak ada menari dan duduk bersama, yang dapat menyebabkan melangar adat.

– Kundulen Guro-Guro Aron

Kundulen Guro-Guro Aron adalah suatu tempat yang digunakan untuk melakasanakan Guro-Guro Aron, dalam hal ini rumah adat. Namun, apabila ada suatu sebab dan hal, sehingga tempat ini tidak bisa dipakai, maka Pengulu Aron dan Kemabarahen Aron harus meminta dan mencari tempat untuk dapat melaksanakan acara Guro-Guro Aron, dan meminta izin kepada yang empunya rumah.

Selain mempunyai syarat-syarat dalam pelaksanaan Guro-Guro Aron, dalam Guro-Guro Aron juga memiliki aturan-aturan yang dimana digunakan pada saat pelaksanaan Guro-Guro Aron tersebut, adapun aturan-aturan yang ada dalam pelaksanaan Guro-Guro Aron tersebut adalah sebagai berikut;

– Guro-Guro Aron dibuka oleh acara adu perkolong-kolong yang dimana dalam adu perkolong-kolong ini dia biasanya beradu pantun, namun bisa juga dalam acara pembukaan Guro-Guro Aron diisi dengan adegan Pencat silat.

– Setelah orang desa berkumpul semua, Guro-Guro Aron pun dimulai dengan menurut aturan Adat Karo, yang dimana dalam hal ini pertama kali tampil dalam Gendang adat adalah kelompok Pendiri Kampung ( keturunan Simantek Kuta), kemudian dilanjuti oleh kelompok Kalimbubu Kuta, dan terakhir dari kelompok Anak Beru Kuta.

– Setelah para kelompok Simantek Kuta, Kalimbubu kuta dan Anak Beru kuta nari, maka selanjutnya yang menari adalah lima marga besar, yang dimana dalam hal ini urutan untuk menarinya diatur oleh aturan kampung marga mana yang terlebih dulu menari.

– Setelah itu baru lah Landek Aron dimulai, yang dimana diawali oleh Pengulu Aron dan Kemabarahen Aron serta juga Nande Aron dan Bapa Aron dari setiap marga besar tersebut. Barulah muda-muda mudi per Aron menari, yang dimana urutan muda-mudi aron juga diatur oleh aturan kampung.

– Setelah semua aron menari, maka pada acara selanjutnya diberikan kesempatan kepada Aron-Aron yang datang dari kampung lain untuk menari. Namun, biasanya kedatangan Aron-Aron dari kampung lain akan diberitahukan terlebih dahulu kepada Pengulu Aron dan Kembarahen Aron.

– Setelah itu acara Gendang Guro-Guro Aron pun ditutup, pada acara penutup Guro-Guro Aron ditutup dengan aturan menari menurut adat, selain juga pada acra penutup para pemain musik juga diberi kesempatan untuk menari.

Itulah beberapa hal mengenai Gendang Guro-Guro Aron yang merupakan suatu kesenian dan juga pesta di dalam Suku Karo, namun yang membedakan dengan Tarian Suku Lain, dalam gendang Guro-Guro Aron, pada saat menari adalah orang-orang yang tidak menari biasanya akan bertepuk tangan dan membuat suara melengking tinggi, contohnya seperti eeee…….surak!(BrahmanaLimang)
sumber : kompasina

This entry was posted in Adat Istiadat Karo, Cerita (Turi - Turin). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *