NILAI KAPAHLAWANAN (KETOKOHAN) DALAM MASYARAKAT KARO (BAG. 1)

Berbicara mengenai masyarakat Karo, tentunya bukan saja mengupas komunitas orang Karo di kabupaten Karo. Darwan Prinst, seorang tokoh masyarakat Karo memperkirakan ada sekitar tiga juta jiwa jumlah orang Karo di Indonesia (Kompas , 18/10/2001) yang tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Sumatera Utara, seperti: Karo, Deli Serdang, Medan, Binjai, Langkat, hingga ke Dairi, Aceh Tengara, Simalungun serta di pulau Jawa. Sementara jumlah masyarakat Karo di kabupaten Karo sendiri kurang dari 300.000 jiwa. Artinya mayoritas masyarakat Karo telah berdomisili di luar Tanah Karo.

Namun menarik dicermati bahwa orang Karo bila berada dalam suatu komunitas dimana ia merupakan minoritas, tidak jarang atau bahkan sering terjadi (orang Karo) meneyembunyikan identitasnya. Berbicara sesama orang Karo di dalam bis misalnya, mereka menggunakan bahasa Indonesia, atau mungkin di pasar, tempat pekerjaan dsb. Kurangnya kesadaran untuk menunjukkan identitas ini menyebabkan orang lain terutama di luar etnis dari Sumatera Utara sering mengenal orang Karo sebagai orang Batak. Sekalipun pendapat itu tidak salah, namun pengenalan seperti itu juga tidak sepenuhnya benar. Sebab suku batak terdiri dari lima etnis, yaitu: Toba, Karo, Simalungun, Mandailing dan Pakpak Dairi.

Sebenarnya dalam beberapa sektor orang Karo sangat menonjol yang dapat memberi pengaruh positif bagi eksistensi masyarakat Karo dalam pergaulan nasional. Prof. DR. H.R. Brahmana, seorang Guru Besar dari Universitas Sumatera Utara menyebutkan dua bidang potensi utama orang Karo, yaitu: Pertama, Pertanian, dimana hasil pertanian dari tanah Karo telah menembus pasar ekspor. Petani dari Tanah Karo dikenal ulet. Kedua,Transportasi, dimana banyak terdapat pengusaha Karo di bidang transportasi baik antar provinsi dan juga di daerah, yang menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.

Namun, selain kedua bidang di atas masih ada bidang lain dimana orang Karo cukup menonjol, seperti: Pariwisata, alam Tanah Karo yang indah dan budayanya yang unik yang sudah dikenal sampai mancanegara merupakan suatu keunggulan yang cukup berharga.
Olah raga catur, dimana terdapat pecatur-pecatur putra Karo yang bertarap internasional dan nasional.
Pendidikan, dimana secara rata-rata jumlah masyarakat Karo yang berpendidikan tinggi secara persentase di atas rata-rata etnis lain di Indonesia.

Tetapi dalam pengamatan Darwan Prinst ada beberapa faktor penyebab menyusutnya jumlah orang Karo dan meninggalkan merga-nya, yaitu: Pertama, pada zaman perang kemerdekaan banyak orang Karo meninggalkan marganya agar tidak dikejar-kejar oleh penjajah. Kedua, sejak tahun 1970-an banyak orang Karo meninggalkan agama asli orang Karo yaitu pemena dan memilih agama yang baru yaitu Keristen dan Islam. Sebab agama pemena dituduh kafir. Terlebih pemeluk agama Islam banyak yang kawin dan berasimilasi dengan etnis lain dan banyak meninggalkan merga-nya.

Pada bagian ini, penulis ingin melihat dari sisi lain, mengapa orang Karo kurang bangga menunjukkan identitasnya serta meninggalkan marganya. Tulisan ini akan mengupas tentang kurangnya nilai kepahlawanan atau ketokohan dalam masyarakat Karo sebagai sebab lain kurangnya kebanggaan terhadap identitas ke-karo-annya.

Dari beberapa suku di tanah air yang cukup bangga dengan latar belakang etnisnya dalam pergaulan sehari-hari, dapat dipastikan telah ada pahlawan ataupun banyak tokoh dari kalangan mereka. Katakan saja etnis Jawa, Padang, Toba, Sunda, Manado dan seterusnnya. Telah ada pahlawan dan tokoh di masyarakat yang dikenal luas di tanah air. Hal inilah yang memberikan endorsment ataupun legitimasi bahwa suku mereka adalah tangguh dan hebat. Serta akan menjadi inspirasi bagi generasi penerus etnis itu dengan penuh rasa bangga. Apalagi nama pahlawan itu dipakai menjadi nama jalan di berbagai kota di tanah air.
sumber : http://www.karoweb.or.id

This entry was posted in Berita dan Informasi Utk Takasima, Cerita (Turi - Turin), Informasi Untuk Kab. Karo. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *