Pemkab Karo dinilai tak serius dalam menangani masalah pedagang kaki lima (PKL). Pasalnya, sejumlah PKL masih terlihat berjualan di trotoar dan di depan pusat pasar kota Berastagi.
Selain itu, para PKL sengaja menggelar dagangannya tanpa memperdulikan keselamatan dan keindahan tata kota.
Sebaliknya, para pedagang yang berjualan di Losd Jahe-jahe Berastagi mengeluh dengan keberadaan para pedagang liar yang berjualan di kawasan lods tersebut. Pasalnya, para pedagangan liar yang berasal dari dari berbagai daerah, seperti Medan dan Pematangsiantar terkesan dibiarkan mengisi dan memadati pusat pasar Berastagi.
Sehingga wajah Berastagi yang dikenal sebagai kota wisata menjadi tercoreng karena terlihat semrawut dan ter-kesan tidak tertata.
“Saat ini bangunan lantai III yang memiliki rastusan kios siap pakai menjadi kosong dan tak terisi. Para pedagang lebih memilih berjualan di emperan pasar,” ujar Rasmi beru Barus, pedagang di losd jahe-jahe kepada Jurnal Medan, Selasa (27/12).
Meski para pedagang sudah beberapa kali mendatangi Bupati Karo meminta agar para pedagang liar yang berjualan di depan pusat pasar Berastagi dipindah ke dalam losd, namun hingga kini permintaan mereka tetap saja tidak digubris.
Hal senada dikatakan Nd Andre Sembiring. Pedagang yang juga berjualan di losd Jahe-jahe ini mengaku rugi akibat barang dagangannya sama sekali tidak ada yang laku.
“Pembeli enggan naik ke lantai II dan III. Mereka memilih berbelanja di depan pusat pasar. Otomatis, dagangan kami jadi pajangan saja tanpa ada yang membeli,” tandas Nd Andre Sembiring.
Selain itu, para pedagang losd Jahe-jahe meminta kepada Pemkab Karo agar memberikan solusi sekaligus dapat menertibkan para pedagang liar yang berada di sepanjang pusat pasar Berastagi. “Pemkab Karo diminta lebih tegas menggusur para pedagang liar yang berjualan di losd jahe-jahe,” ujarnya.
sumber:http:// medan.jurnas.com