NASIB KARO DALAM PERKEMBANGANNYA

Kalau saya menggunakan istilah ‘nasib’ disini, saya merasa secara implisit mengikutkan sifat introversi manusia Karo terlibat didalamnya. Sebab jika sekiranya saya bukan orang Karo tetapi seseorang dari kultur extrovert, dalam bayangan saya tentu saya akan memakai istilah lain, misalnya cukup dengan mengatakan  ’Karo dalam perkembangan’. Apakah karena Karo lebih percaya pada nasib? Ada benarnya, setidaknya dilihat dari lirik lagu-lagu (minor, moll) Karo, ‘pengindo’, dsb. Tetapi saya lebih yakin karena sifat introversi Karo tadi, dan juga tak diragukan bahwa lirik-lirik lagu Karo yang introvert adalah karena introversi Karo. Sama halnya dengan lagu-lagu introvert (moll)musik klasik Eropah adalah ciptaan orang-orang atau pemusik besar Eropah yang berjiwa introvert.

Dalam posting-posting saya ke milis, sering terlihat tidak ada kepastian yang ‘mutlak’ tentang isi kebenaran dari apa yang saya tulis, karena prinsip dasar yang saya berusaha pertahankan dan juga kembangkan ialah semuanya dalam proses perubahan dan perkembangan. Kita sudah sering menjumpai bahkan masa lalu pun selalu berubah-ubah. Sering juga kita berkelakar dalam milis kita ‘hanya masa depanlah yang sudah pasti, masa lalu selalu berubah-ubah’. Memang betul juga, walaupun masa depan akan cepat juga berubah jadi masa lalu artinya akan berubah-ubah juga. Alhasil tidak ada yang tidak berubah. Motion, itulah alam semesta dan bagi kita terutama kehidupan itu sendiri.

Nasib Karo dalam motion, dalam zaman perang selalu didepan. Dedikasi dan patriotisme menonjol. Perang Sunggal Datuk Surbakti, begitu juga periode perang kemerdekaan, Karo mendominasi Sumut, dan terutama Sumtim sebagai lokasi perang paling intensif karena kekuatan perang kolonial difokuskan ke daerah ini, daerah leluhur orang Karo, tanahnya yang subur dan hasil buminya yang jadi inceran utama kolonialis Eropah (Belanda). Karo dipaksa harus berperang, Karo dengan senang hati menerima nasibnya, dan berlawan dengan gagahnya.

PRRI/Permesta muncul dengan bantuan imperialis barat terutama AS, mau meruntuhkan kekuasaan nasionalis Soekarno. Patriotisme Karo tak tergoyahkan, tidak ada keraguan membela Soekarno sebagai bapak nasional yang patriotis, dan Soekarno juga masih ingat perjuangan Karo menentang penjajahan. Soekarno mempercayakan kekuasaan militernya di Sumatra kepada Djamin Ginting yang diangkat jadi panglima teritorium Sumut (Aceh, Sumtim, Tapanuli).  Ulung Sitepu juga maju jadi gubernur Sumut.

PRRI/Permesta/imperialis mengubah taktiknya, yang tadinya dari daerah ke pusat dan gagal total, sekarang dari pusat ke daerah dan berhasil total pula. Dengan taktik intelijen yang sudah lazim dipakai di negeri-negeri lain yaitu dengan mengubah struktur kekuasaan dipusat satu negara, dan sangat mudah kemudian mengubah ke semua daerah, dengan menggunakan tradisi hierarkis rakyat negeri bersangkutan. Karo belum sempat memahami perubahan taktik imperialis ini, dan sebagai akibatnya nasibnya sangat buruk dalam perubahan dan perkembangan kali ini. Selama 32 th Orba, nasib Karo semakin buruk dan semakin buruk, terlihat juga dari perlakuan etnis tetangga atas Karo, daerahnya di’asak’ terus, nama Tahura pun mau diubah jadi nama asing bagi Karo.

Namanya nasib atau ‘pengindo’ tadi, ternyata juga ikut berubah dan berkembang. ‘Seh sura-sura tangkel sinanggel’ orang Karo atau ’thesis-antitesis-sintesis’ Hegel menimpa kekuasaan diktator Soeharto dan juga Karo. Bagi Soeharto dalam tingkatan antitesis (sinanggel), bagi Karo dalam tingkatan sintesis (sura-sura). Era baru Reformasi, artinya nasib Karo dan juga nasib seluruh rakyat Indonesia berubah lagi,  dari ‘sinanggel’ ke ‘sura-sura’ dalam proses dialektika perkembangan masyarakat Indonesia.

Era Reformasi diikuti oleh era internet sebagai perkembangan baru dalam hubungan sosial kemanusiaan terutama dalam komunikasi sosial dan perluasan informasi telah membawa ‘nasib’ Karo ketingkat yang sama sekali tak terduga oleh orang Karo sendiri. Karo bangkit dimana-mana diseluruh dunia. Era ethnic revival atau cultural revival rakyat dari berbagai nation/kultur melanda seluruh dunia, terutama yang selama ini tertindas secara kultur/budaya, ekonomi, dan kekuasaan oleh etnis/nation dominan. Kultur Karo mulai bangkit dan dengan gairah diperkenalkan ke dunia seperti lewat penggiat seni/budaya Karo seluruh Indonesia termasuk di pusat dan juga di luar negeri seperti di Eropah dan AS. Jasa internet tak bisa diremehkan, karena telah memungkinkan komunikasi yang tak menghiraukan jarak, dan juga aliran informasi  maupun pengetahuan yang tak terbatas. Karo sangat gairah dan juga lincah dalam memanfaatkan perkembangan teknik baru ini, pertama demi perubahan dan perkembangan nasibnya sendiri, selanjutnya demi nation Indonesia. Dari daerah ke nation dan kemudian ke seluruh dunia. Jalannya sudah pasti. sumber: http://groups.yahoo.com/group/infokaro/message/4217

This entry was posted in Cerita (Turi - Turin). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *